All Chapters of Dompet Rahasia Suamiku : Chapter 11 - Chapter 20
31 Chapters
Bab 11
"Aku tidak bercanda, Silvia. Makanya aku juga sangat bingung. Ini masalah perusahaan yang akan menjadi masa depan kita. Kalau maa tidak pergi semuanya akan gagal.""Apa tidak bisa diwakilkan? Apa gunanya kamu punya bawahan?" Silvia meninggikan suaranya."Nggak bisa Silvia, aku harus turun tangan sendiri.""Aku tahu ini pasti kerjaan istrimu! Tidaj mungkin waktunya yang sangat bersamaan seperti ini.""Tidak usah menyalahkan Anya, dia tidak tahu apa-apa.""Tapi Mas! Coba kamu berpikir pakai logika. Mana mungkin pekerjaan penting mendadak selalu hadir saat kita sedang bersama, aku sangat yakin semua ini pasti ada hubungannya dengan wanita itu.""Stop Silva! Kamu juga harus mengerti.""Apa Mas? Terus, belain dia, kamu lupakan bagaimana perasaanku. Kamu akan meninggalkan aku sendiri, menanggung malu. Bagaimana cara aku menjelaskan pada orang-orang besok. Nggak lucu Mas.""Bukan begitu Silvia, aku juga tidak mungkin tega. Tapi mau bagaimana lagi? Okey, aku lanjutkan pernikahan kita besok, ta
Read more
bab 12
*Berhubung suami sedang keluar kota, Anya memutuskan untuk tidur di rumah ibunya.30 menit kemudian Anya pun tiba dirumah Ibunya, setelah membayar taksi, Anya melangkah memasuki rumah dimana dulu ia di besarkan."Aunty ...!" Gadis kecil berusia tiga tahun itu menghambur ke pelukannya. Anya pun kaget sekaligus bahagia langsung memeluknya erat, melepaskan kerinduannya pada keponakannya itu.Sudah sangat lama mereka tidak bertemu, karena selama ini Laila ikut ke kampung merawat neneknya, ibu dari Rianty istri Angga."Sayang, kapan kalian pulang? Kenapa tidak memberi tahu Aunty?" Tanya Anya terus menghujani Laila dengan ciuman."Kemalin.""Terus kenapa nggak ngasih kabar ke Aunty?" "Nggak! Soalnya Laila mau kasih kejutan untuk Aunty, tapi Aunty nya sudah sini.""Oh, kalau begitu Aunty pulang sekarang ya." Anya berpura-pura memutarkan badannya. Seketika dicegah oleh sang pemilik tangan mungil itu."Jangan Aunty, kan disini Aunty juga telkejut.""Yups! Kamu benar, Aunty sangat terkejut se
Read more
kedatangan Bude Silvia
Sesampainya Angga dan Heru di luar kota, tepatnya di Bandung. Mereka tidak langsung ke perusahaan melainkan ke apartemen Angga. Bukan untuk istirahat melainkan untuk bergulat dengan berkas-berkas penting yang akan mereka bawa.Heru begitu galaunya karena tidak berkesempatan untuk memberi kabar kepada Silvia jika ia sudah sampai. Entah mengapa hatinya begitu buta tidak memikirkan Anya, istri yang beberapa tahun ini menemaninya dengan setia.Ia tetap mencoba mencuri-curi waktu agar bisa mengirimkan pesan, namun ia tidak mempunyai nyali dikarenakan kakak iparnya selalu berada disampingnya. Angga hanya tersenyum getir melihat kegelisahan Heru, meski dia sibuk dengan tumpukan kertas didepannya. Tapi, ekor matanya selalu menangkap kegelisahan Heru.Dia tahu Heru galau bukan karena tidak memberi kabar kepada adiknya melainkan pada wanita lain."Fokus Heru, ada ratusan kertas yang harus diperiksa, kenapa dari tadi ponselmu yang kau perhatikan." Suara Angga mampu membuat jantung Heru bergetar
Read more
Ponsel Heru disita
"Apa maksudmu?" tanya Bude lagi kali ini dengan kening mengerut."Lah tadi saya berak dikatakan jorok."Mata Bude mendelik tajam, ingin sekali rasanya dia meremas mulai Heni."Pembantumu kurang ajar sekali, Silvia.""Sudahlah Bude, Heni. Masalah kecil aja diributkan. Heni bikinin minum untuk bude." "Kenapa masih berdiri di situ, nggak dengar keponakanku ngomong apa? Sana bikinin minum," titah Bude dengan sombong."Bude nggak sabar melihat kamu menikah besok, bersanding dengan lelaki kaya." Mendengar celoteh Bude, yang bangga Silvia menikah dengan orang kaya, membuat Heni menahan tawanya agar tidak lepas.Dengan penuh rasa malas Heni melangkah ke dapur untuk membuatkan minuman sesuai perintah.Diruang tamu Bude masih terus mengagumi rumah dan isi perabotan keponakannya itu."Memang nasibmu begitu beruntung Silvia, belum menikah saja sudah diberikan rumah yang super gede ini. Apalagi kalau sudah menikah hartanya bisa kamu kuasai." Hasut Bude."Iya dong Bude, pokoknya Bude tenang saja
Read more
Gaun sobek
Suasana di kediaman Silvia orang-orang pun mulai ramai berdatangan. Hal ini pun mengundang protes Bude. "Katanya orang kaya, kok acaranya enggak dibikin di hotel saja."Silvia menjelaskannya walaupun tidak secara detail. Dia tidak mengatakan tentang kehamilannya dan dirinya yang menjadi istri kedua, karena bisa-bisa Bude menggagalkannya.Seharusnya dia bahagia hari ini adalah hari yang sudah sangat lama ia nantikan, namun wajahnya tampak kusut walaupun sudah di rias oleh MUA.Kini tinggal Silvia dan Heni yang dikamar, membantu Silvia mengenakan baju kebaya pengantin mewah sudah dibelikan oleh Heru. "Nyonya, sepertinya baju ini agak sempit, apa Nyonya tidak mencobanya dulu?" tanya Heni yang mencoba mengancing kebayanya."Iya memang tidak kucoba, semuanya sudah disiapkan oleh mas Heru, tapi mas Heru tahu semua ukuran pakaianku." Silvia terus memaksa kancing kebayanya. Kemudian ia menatap tubuhnya didepan cermin.'Apa mungkin ini pengaruh kehamilanku? Tapi kan baru satu bulan, belum ju
Read more
Kena mental habis-habisan
Bisik-bisik para tamu pun mulai berkicau ria, Silvia terlihat tetap tegar walaupun didalam hatinya bergemuruh hebat."Maaf Bu Silvia, sampai kapan kami harus menunggu? Sudah berapa jam namun pengantin prianya tak kunjung tiba," kata pak penghulu mereka."Saya mohon Pak, tunggu sebentar lagi. Aku yakin calon suamiku sekarang sedabg diperjalanan. Saya sangat memohon, Pak." Silvia terus menyakinkan pak penghulu dan orang-orang yang ada disana.Setelah dipertimbangkan, mereka pun masih mau menunggu sebentar lagi."Hey, Jeng. Katanya calon istri orang kaya. Tapi kok kebaya nya seperti jaman nenek saya dulu ya," ujar salah satu tetangga terkenal sebagai tukang gosip di komplek itu."Iya, warnanya sudah hampir pudar lagi." Tawa mereka memenuhi seluruh ruangan.Tangan Silvia mengepal, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Apa yang dikatakan oleh orang-orang itu benar adanya.'tunggu saja pembalasanku, kalian akan dibuat melongo setelah aku menikah dan harta mas Heru menjadi milik seutuhnya.'Ne
Read more
Pria asing lagi
Ketika hendak berjalan ke arah pintu, Silvia keluar dari kamarnya dan mencegahnya.Mau tak mau Heni kembali melanjutkan tugasnya yang tertunda. Sebenarnya hatinya sangat penasaran dengan siapa yang ada didepan mengobrol dengan Silvia.Tak lama kemudian pintu terbuka lebar, Silvia masuk mengandeng tangan seorang pria asing yang perawakannya hampir sama dengan Heru. Hanya saja pria ini tidak terlalu tampan.Silvia tanpa malu bergelayut manja di lengan pria itu seolah lupa beberapa saat ia mengamuk hampir merusak seisi rumah. Keduanya berjalan santai menuju kamar Silvia melewati Heni begitu saja."Siapa orang itu? Kok mereka ...." Heni benar-benar bingung dengan apa yang dilihatnya.'Jelas-jelas tadi dia histeris mendapati foto suaminya pelukan dengan wanita lain dan sekarang dia pun berbuat demikian bahkan tidak hanya pelukan malah membawa masuk pria asing ke kamarnya.'Heni melamun memikirkan pria asing yang bersama Silvia, bahkan tanpa segan mereka masuk kedalam kamar berdua seakan h
Read more
Barengan di salon
Hari ini Silvia sudah siap untuk pergi ke salon untuk menghilangkan suntuknya.Silvia pergi dengan mengunakan taksi.Tanpa ia sadari Luna dan Anya sudah menunggu sedari tadi dan kini langsung mengikutinya. Tak lupa mereka memberi jarak agar tidak dicurigai oleh Silvia.Selang tiga puluh menit kemudian, taksi yang ditumpangi oleh Silvia pun berhenti didepan salon tapi bukan salon ternama."Untung aku masih punya sedikit simpanan, jadi hari ini aku masih bisa ke salon. Seharusnya sebagai calon istri pengusaha kaya, aku datangnya ketempat yang lebih layak dan cocok untuk perawatan tubuhku. Tapi ya ...," gerutu Silvia saat didepan salon.Dengan berat hati Silvia pun masuk ke sana untuk creambath dan lainnya sesuai dengan keuangannya saat ini.Melihat Silvia yang sudah masuk kedalam, Luna dan Anya pun turun dari mobil."Apa rencanamu Anya?" "Tunggu sebentar, sepertinya ini akan terlihat lebih seru," ucap Anya merogoh ponsel di dalam tasnya."Mau ngapain?" tanya Luna yang masih tak mengert
Read more
Silvia kepanasan
"Wah-wah, sungguh tipe suami idaman," ucap Diah lalu berlalu pergi, tak mau menganggu."Sayang, kamu lagi dimana?" tanya Heru penasaran, karena ia tidak mengenali Diah."Aku lagi di salon Mas, yang tadi tuh Diah temanku sewaktu SMP, dan dia juga yang punya salon ini.""Oh ...," jawab Heru mengerti."Mas baik-baik disana ya, awas loh jangan macem-macem dengan perempuan lain," ucap Anya dengan nada mengancam."Ya enggak Sayang, hatiku sepenuhnya untukmu percayalah. Kamu tahu wanita di luaran sana yang suka cari perhatian sama mas. Ya, mas cuma menganggap mereka wanita murahan yang tak punya harga diri. Mana mungkin mas berpaling dari berlian hanya demi memungut sebuah beling," ujar Heru dengan nada tanpa dosa.Anya tidak tersanjung dengan sedikitpun. Tetapi para wanita yang ada di salon itu mengulum senyum, dalam hati mereka memuji betapa beruntung Anya memiliki suami yang setia. Lain halnya dengan Silvia yang mendengar semuanya, tangannya mengepal ingin sekali ia mencaci Heru saat itu
Read more
Heru pulang
Sekembalinya dari kantor, tampak wajah Heru berseri-seri mendengar ucapan kakak iparnya, kalau pekerjaan mereka di kantor cabang sudah hampir selesai.Dia berharap waktu berjalan dengan cepat agar bisa secepatnya bertemu dengan pujaan hatinya. Dia harus secepatnya menyelesaikan masalah terkait dengan obrolannya pada Anya kemarin. Bahkan dia berencana untuk memberikan hadiah untuk calon istrinya agar mendapatkan maaf."Dasar! Tak tahu diri!"Heru tersentak kaget mendengar suara khas Angga sampai ke kamar."Kak Angga marah dengan siapa?" tanya Heru dalam hatinya. Karena penasaran Heru beranjak dan menemui kakak iparnya yang sedang di depan televisi."Kak, apa ada masalah?" tanyanya dengan nada khawatir. Ia khawatir ada masalah lagi di perusahaan cabang yang membuat mereka lebih lama lagi menetap disana."Tuh." Angga menunjukkan ke arah televisi.Dengan polosnya Heru mengikuti arah yang ditujukan Angga, "Kak Angga marah dengan sinetronnya? tanya Heru bingung. Dia baru tahu jika Angga sam
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status