Dompet Rahasia Suamiku

Dompet Rahasia Suamiku

Oleh:  Jeni Sasmita   On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
31Bab
8.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Suamiku punya banyak uang? Padahal kemarin dia bilang gajinya turun Aku menemukan dompet yang terselip diantara lipatan baju berisikan uang cash dan juga tiga ATM. Apa kabar dengan kebutuhan kami yang selama ini pas-pasan?

Lihat lebih banyak
Dompet Rahasia Suamiku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
31 Bab
Menemukan dompet
"Tumben mas Heru nggak bawa dompet," gumam Anya saat melihat sebuah dompet yang terselip rapi di pakaian milik Heru.Anya pun mengambil dan terkejut saat melihat isi dompet itu, ada uang cash dua juta dan ada tiga kartu ATM. Dompet itu jelas-jelas milik Heru karena KTP-nya juga ada di sana."Dari mana mas Heru dapat uang sebanyak ini? Apa kabar dengan kebutuhan rumah yang selama ini Pas-pasan? Jadi, selama ini mas Heru membohongiku?" Anya mencoba mengatur napasnya.Berbagai pertanyaan muncul dibenak Anya, "Apa mungkin mas Heru ingin memberi kejutan untukku? Tapi tidak, mas Heru tidak mungkin seromantis itu, apa yang sebenarnya kamu sembunyikan dariku, Mas." Anya menghela napas, mengingat kembali kejadian dua minggu yang lalu."Dek, sepertinya mas tidak bisa lagi kasih jatah bulanan seperti biasanya, mas akui kalau mas menyerah, melihat kondisi yang tidak memungkinkan ini." "Iya Mas, aku akan mencoba untuk lebih berhemat lagi."Heru bilang ia turun gaji, dikarenakan perusahaan tempat
Baca selengkapnya
Baiklah, kita mulai permainannya!
[Terimakasih sayang, rumahnya sangat mem....]Jantung Anya berdegup kencang, pesan yang hanya tampak sedikit itu mampu menusuk sampai ke lubuk hati terdalam.Anya mencoba untuk mencerna pesan itu lagi, "Rumah, apa itu artinya mas Heru membelikan rumah untuk wanita itu?" Gumam Anya, yang merasa kurang yakin dengan pemikirannya.Saat Anya hendak membuka tas milik suaminya, suara air shower tak lagi terdengar. Itu artinya suaminya telah selesai mandi.Anya mengurungkan niatnya, membawa hati yang terasa panas, ia mengambil posisi duduk manis di atas ranjang."Mas, kamu mandinya lama banget," ucap Anya dengan suara manjanya."Memangnya kenapa, Sayang. Kangen ya." Heru yang masih memakai handuk ikut duduk disebelahnya, memeluk dan membawa Anya ke dada bidangnya.Biasanya aroma maskulin Heru sangat membuat Anya tergoda, tetapi kali ini aroma itu membuatnya jijik dan ingin muntah.Heru yang tidak menerima respon dari Anya pun mulai melakukan aksinya.'Aku terlalu bodoh, seharusnya tadi aku ti
Baca selengkapnya
mulai menyelidik
Setelah memastikan Heru telah membohonginya, Anya pun meminta Luna untuk menyelidiki semuanya.Tak percaya, namun itu yang terjadi. Lelaki yang sangat ia percaya kini telah mengkhianatinya. Ia rela meninggalkan rumah, keluarganya, dari kehidupan yang mewah untuk ikut bersama suaminya hidup pas-pasan dan sekarang Anya harus menerima balasan seperti ini dari kesetiaannya selama ini. Tentunya, ia tidak akan tinggal diam.Sepulang dari rumah sakit, Anya bertemu dengan Luna di cafe. "Kamu menemukan bukti apa? Secepat itukah?" tanya Anya tak percayalah"Kamu meragukan kemampuanku?" Luna melotot. "Bukan begitu maksudku, jelaskan apa saja yang kamu tahu." Anya tak sabarLuna mengeluarkan map yang dibawakannya."Namanya Silvia, dia anak yatim piatu yang datang dari kampung. Dia tinggal di Jakarta sekitar satu tahun yang lalu dan tinggal dikontrakkan kecil." Luna menjeda ucapannya."Terus.""Dia kenal dengan Heru 4 bulan yang lalu, mereka sama-sama bekerja di perusahaan tempat Heru bekerja. H
Baca selengkapnya
Terbukti Mand*l
Hari-hari pun berlalu, Anya berusaha untuk tetap bersikap biasa saja, seperti tidak perna terjadi apa-apa. Begitu pula dengan Heru, sekarang ia juga sudah sangat pandai mengatur waktu. Ia selalu pulang kerja tengah hari untuk menemui Silvia. Malam harinya ia bersama Anya. Terkadang izin ke luar kota dengan alasan pekerjaan padahal menghabiskan waktu dengan Silvia.Sertifikat rumah sudah ada ditangan Anya, Heru menyimpannya tidak terlalu tersembunyi. Karena tahu Anya yang polos tidak akan mengetahui semuanya.Sertifikat itu atas nama Heru dan tertara juga disana bahwa Heru membelinya sebulan yang lalu. Perihal dompet yang ia temukan, Anya juga sudah memeriksa ke bank, ia berhasil menebak pin ATM milik Heru, Heru mengunakan tanggal lahir Silvia. Tentunya Anya tahu dari data-data Silvia yang diberikan oleh Luna kemarin. Diantara tiga ATM itu ternyata hanya ada satu ATM yang jumlah saldonya sangat besar dan itu pun sudah diamankan oleh Anya.Masih menyisakan keganjalan di hati Anya, ken
Baca selengkapnya
Kecolongan
Dengan tergesa-gesa Heru turun dari mobilnya, berlari masuk kedalam rumah dan mencari Silvia.Saat pintu kamar terbuka, Heru menemukan Silvia yang baru saja keluar dari kamar mandi."Sayang, kamu kenapa? Sakit?" tanya Heru khawatir."Cuma sedikit agak pusing Sayang, dan yang penting aku punya sesuatu buat kamu." Silvia memberikan benda pipih yang ada ditangan sejak tadi."Apa ini?" tanya Heru sedikit bingung?"Mas beneran nggak tahu itu apa? Aku hamil Mas," jawab Silvia sumringah.Heru pun membelalakkan matanya, mencoba mencerna ucapan Silvia."Kamu hamil, Sayang." Heru tak dapat menahan rasa bahagianya, kecupan pun mendarat di seluruh wajah Silvia."Aku akan menjadi seorang ayah, akan ada seorang yang memanggil aku ayah," ucapannya terharu. Seharusnya kebahagiaan itu ia rasakan dengan Anya. Tapi, sampai saat ini Anya belum juga hamil.Silvia tersenyum melihat Heru yang terlihat sangat bahagia."Mas, saat hamil muda aku nggak bisa terlalu capek, jadi aku mau mas carikan assiten rumah
Baca selengkapnya
tegaskan
"Tidak Bu, saya tidak diberi apa-apa sama bapak, hanya diancam akan di pecat Bu," jelas Siska membela diri, sementara air matanya terus mengalir deras."Jadi kamu lebih takut dipecat oleh suami saya dari pada kak Angga?""Saya minta maaf Bu, beri saya kesempatan. Saya berjanji akan selalu memberi laporan, tolong Bu, saya sangat butuh pekerjaan ini.""Minta pak Irwan kesini dan bawa semua laporan keuangan," pintah Anya dengan tegas. Siska langsung bergegas menuruti.Tak lama kemudian, seorang pria setengah baya masuk kedalam ruangan dengan beberapa map ditanganinya."Silahkan duduk, Pak Irwan." Pak Irwan pun duduk setelah dipersilahkan."Ada apa Bu, apa ada masalah?" tanya Pak Irwan tak mengerti."Saya ingin melihat data keuangan." "Ini Bu." Pak Irwan menyodorkan map kepada Anya.Walaupun Anya tidak terlalu mengerti masalah perusahaan, tetapi ia juga tidak terlalu bodoh, setelah meneliti beberapa saat Anya bisa melihat kecurangan itu. Beberapa transferan masuk ke rekening milik suami
Baca selengkapnya
Mengerjai pelakor
"Suamiku so sweet banget mau belikan aku berlian."'Nyatakah ini? Atau halusinasi?''Mengapa suaranya berbeda?'Tatapan mata Heru bertemu dengan mata Silvia yang juga menatapnya dari kejauhan membuatnya sadar jika itu bukan halusinasi.Heru memutuskan pandangannya, ia perlahan memutar tubuhnya dan terlihat jelas wajah istrinya yang tengah sumringah.Beberapa pelayan toko yang tadi melihat kemesraannya bersama Silvia mengernyit heran."K—kok, kamu disini Sayang.""Iya, Mas." Anya mengembangkan senyumnya. Ia tahu Heru pasti sangat kaget dengan kehadirannya yang tak terduga.'Untung saja aku sudah menyiapkan orang untuk menggantikan Luna memantau gerak-gerik pengkhianat ini, kalau tidak wanita ular itu akan berbangga hati.'"Aku tadi nggak sengaja melihat mobil mas terparkir didepan, jadi aku langsung masuk aja. Ternyata Mas mau kasih surprise buat aku? Maaf ya Mas kejutannya gagal gara-gara akunya udah tahu duluan kek gini." Ucapan Anya benar. Rencana Heru untuk membelikan Silvia berli
Baca selengkapnya
Apa yang hilang?
Setelah seharian penuh menghabiskan waktu di luar. Kini ia telah baru selesai mandi dan bergantian giliran Heru yang masuk ke kamar mandi.Anya merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya. Ia memikirkan waktu yang tepat untuk membongkar semuanya, bukan mengulur waktu hanya saja belum tiba saatnya. Ia ingin melepas Heru dengan membiarkan Heru kembali seperti dirinya yang dahulu. Seorang yang bukan siapa-siapa tanpa keluarga Anya.Getaran ponsel Anya membuyarkan lamunannya."Siska." Alisnya terangkat sebelah melihat nama yang tertara di layar ponselnya."Hallo, ada apa, Sis?" tanya Anya langsung."Hallo Bu, ibu sedang butuh assiten rumah tangga ya?""Assisten rumah tangga? Nggak, emang kenapa?""Tadi saya dengar dari karyawan, pak Heru sedang mencarikan assisten rumah tangga.""Baiklah, terimakasih infonya dan terus hubungi saya ya jika ada informasi lain.""Baik Bu.""Sejak kapan mas Heru ingin memperkerjakan orang dirumah? Bukankah mas Heru selalu beralasan kalau itu sebuah pemborosan. At
Baca selengkapnya
PENYAMARAN LUNA
Sepuluh menit kemudian Anya pun menyusul karena Heru belum juga keluar."Mas, katanya buru-buru kok lama?" "Dompet Mas nggak ada Sayang." Heru terus mencarinya."Jatuh di mobil kali Mas," Anya juga ikut mencari."Nggak mungkin Sayang.""Tapi iya juga ya, kemarin kan kita belanja dompetnya masih ada. Ya sudah, nanti akan aku carikan Mas, kamu pergi aja nanti telat loh."'Anya nggak mungkin mengambil dompet itu, kalau iya sikap Anya nggak mungkin seperti ini. Duh, gawat kalau Anya sampai menemukan dompet itu.' batin Heru."Mungkin benar katamu, jatuh di mobil. Nggak usah dicari ya, pasti jatuh di mobil."Anya mengerutkan keningnya"Sayang, dompet mas nggak mungkin hilang, pasti jatuh di mobil. Mas pergi dulu, nggak usah dicari pasti ada kok." Heru mengelus lembut pipi istrinya, tak lupa juga ia mencabut kunci lemarinya lalu bergegas pergi.Anya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah suaminya yang terbilang konyol."Masih saja kamu tidak mau mengaku Mas, aku sudah tahu semuanya.
Baca selengkapnya
bab 10
Heru tahu Silvia pasti akan marah besar bikin Silvia meleleh.Urusan dompet yang tidak ditemukan juga sudah ia selesaikan dengan Anya.Sesampainya di rumah Silvia, Heni alias Luna membuka pintu. Sedangkan Silvia tidak kelihatan batang hidungnya."Silvia kemana?" tanya Heru datar."Ibu belum keluar kamar sedari tadi, Pak.""Jadi Silvia belum sarapan sudah jam segini?""Belum Pak, tadi sudah saya bujuk tapi tetap saja Nyonya nggak mau keluar.""Kamu itu manggilnya Ibu atau Nyonya? Aneh, kadang Nyonya kadang Ibu kemarin Non.""Maaf Pak, saya lupa. Ibu nyuruh panggilnya Nyonya, saya belum terbiasa."Mendengar penjelasan pembantunya membuat kepala Heru menjadi pusing. Ia pun bergegas meninggalkan Heni dan menuju kamar Silvia.Beberapa kali Heru mengetuk pintu kamarnya, Silvia tidak mau membuka dan malah mengusirnya."Sayang, aku sudah bawakan berlian yang kamu inginkan." Heru yang tadinya mau kasih surprise untuk Silvia, terpaksa ia katakan untuk membujuk Silvia.Tak perlu menunggu waktu la
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status