All Chapters of Penakluk Hati Sang Billionaire: Chapter 11 - Chapter 20
40 Chapters
11. Terjebak Badai Salju
Lima hari berada di Tromso, Syafa seolah melupakan segala kegalauan dan kesedihannya. Sepanjang waktu dia begitu bersemangat berburu Aurora. Dengan mobil khusus yang di sewa Syarif. Mereka berkeliling desa, mencari spot-spot terbaik untuk menyaksikan keindahan Aurora. Gadis itu mengabadikan hampir setiap momen yang dia lalui di tempat itu. Sementara Syarif hanya tersenyum, memperhatikan dan menuruti semua keinginan istrinya. Karena setiap tour guide mereka bilang ada tempat bagus, Syafa langsung meminta untuk mengunjungi tempat itu. Suhu minus 25 derajat lebih, seolah tidak dihiraukannya. Dagis itu kedinginan, tetapi dia enggan kembali pulang ke cottage, sebelum puas.Sore itu cuaca tampak cukup cerah, sehingga Syafa mengajak Syarif pergi berdua tanpa tour guide. Niat awal mereka hanya untuk jalan-jalan di sekitar cottage dan memotret Aurora. Beberapa orang pengunjung juga melakukan hal yang sama. Mereka menikmati setiap momen di tempat itu. Sampai terdengar sirine tanda bahaya
Read more
Bab 12. Ingatan Yang Menyakitkan.
Syafa perlahan membuka mata, tubuhnya masih terasa sakit dan kaku. Rasa dingin yang menyiksa sudah tidak terlalu ia rasakan, walau belum hilang sama sekali. Gadis itu mengerjab beberapa kali, sebelum benar-benar bisa melihat keadaan di sekitarnya. "Ya Allah," ucap Syafa pelan ketika menyadari sesuatu yang berbeda. Dokter muda itu, sudah tidak ada di cottage mereka. Ruangan hangat dan nyaman itu terasa asing baginya. Perlahan Syafa mencoba duduk dan memperhatikan semuanya lebih jelas lagi. Hal pertama yang dia rasakan adalah nyeri di bagian tubuh bawahnya. Kemudian nyeri di tangan kirinya yang terpasang selang infus. "Rumah sakit?" guman gadis itu pelan, ketika telah seratus persen sadar dimana dirinya saat ini. Manik mata birunya memindai seluruh ruangan. Sampai pandangannya berhenti pada sosok sang suami, yang tengah terlelap di sofa panjang tepat di samping tempat tidurnya. Syafa yang kembali merasakan nyeri dan tidak nyaman di beberapa bagian tubuhnya. Mencoba untuk kemba
Read more
13. Rencana Kepindahan.
"Kalian yakin akan pindah ke Bali? Bagaimana dengan pekerjaanmu, Nak?" Tuan Rasyid menatap putra keduanya dengan lekat. Baru saja satu hari mereka pulang dari Eropa, tetapi putranya sudah mengutarakan niat untuk pindah rumah. "Umar dan Amira dulu tinggal di sini selama dua tahun, sebelum memutuskan tinggal sendiri," ucap Ny. Annisa dengan wajah sedih. "Sekarang, kalian bahkan belum sampai dua bulan," lanjutnya. Syarif terdiam, pria itu tahu orang tuanya kecewa. Mereka sangat mengharapkan cucu pertama mereka lahir di mansion keluarga, sebelum memutuskan hidup mandiri. Namun, dia telah berjanji pada Syafa, dan itu tidak bisa dibatalkan. "Syafa baru saja mengalami hal buruk, Ummi, Abi." Syarif akhirnya mengeluarkan suara, setelah beberapa saat diam mendengarkan pendapat orang tuanya. Mereka berbicara di ruang kerja sang ayah setelah makan malam tadi. Syarif tahu istrinya sedang tidak baik-baik saja. Sehingga sang CEO tidak sampai hati untuk menunda keinginan istrinya. "Dia hampir k
Read more
14. Seseorang Dari Masa Lalu.
"Syarif Abdullah, sungguh kebetulan yang menyenangkan." Wanita berwajah Arab itu, tersenyum menatap sang CEO. Sementara Syarif tampak acuh dan tidak berniat berbicara dengan wanita tersebut. "Aku dengar kau akhirnya menikah," ucapnya tersenyum, sambil melirik sekilas ke arah Syafa yang sedang duduk diam di kursi kelas bisnis, di samping Syarif."Jadi ini, seleramu?" Pandangan Syarif yang awalnya acuh, mendadak menajam saat mendengar ucapan wanita tersebut. Sang CEO tidak menyukai cara wanita itu meremehkan istrinya. Wanita yang beberapa tahun lalu, dia tolak dalam sebuah rencana perjodohan keluarga. "Aku pikir, kau memiliki selera yang sedikit lebih baik dariku. Ternyata,..." wanita bernama Almeera Hasyim itu, kembali melirik Syafa dengan senyum meremehkan. Dalam hati wanita cantik dengan bibir sensual itu merasa, level Syafa masih jauh dibawah dirinya.Sementara Syafa sama sekali tidak tertarik dengan wanita berparas cantik tersebut. Ia hanya mendengarkan sambil menyamankan pos
Read more
15. Rumah Impian.
"Kau yang menata semua sendiri?" Syarif sedikit takjub, ketika tiba di rumah mereka. Setelah empat hari terakhir dia tinggal di Kalimantan untuk urusan pekerjaan. Tidak bisa dipungkiri, istrinya ternyata punya selera yang bagus. Rumah itu tampak nyaman dan elegan. "Aku hanya mendesain, para tukang yang mengangkat, menata, dan menyusunnya." Syafa tersenyum bangga. Dia melihat suaminya itu menatap takjub hasil kerja kerasnya, selama tiga Minggu terakhir. Rumah dua lantai itu, kini sudah tampak jauh lebih baik dan sangat rapi. "Aku senang kau menikmatinya, besok lusa pemindahan kantorku juga sudah beres. Apa kita perlu mengadakan pesta untuk kepindahan kita?" Syarif tersenyum menatap istrinya. "Tidak, aku tidak suka pesta," sanggah Syafa. "Kita adakan syukuran kecil dan mengundang keluarga saja. Itu akan jauh lebih baik," lanjutnya. "Kau benar, lagi pula kita juga belum mengabari Papa dan Mama, kalau kita pindah ke Bali," kata Syarif mengangguk setuju. Dia sendiri memang bukan
Read more
16. Amarah Sang Billionaire
"katakan apa yang membuatmu seperti ini?"Syarif masih berusaha untuk mencari tahu tentang perubahan sikap istrinya yang terlalu mendadak. padahal tadi dia baik-baik saja."Aku tidak tahan lagi," Syafa berkata dengan nafas memburu. dia menatap Syarif dengan pandangan penuh kebencian. sesuatu yang semakin membuat Syarif tidak mengerti. "Malam itu, saat badai salju. Kau telah melakukan hal yang jahat padaku. Kau ingat?" Gadis itu memalingkan wajahnya dari Syarif. masih dapat dia ingat rasa sakit di tubuh dan hatinya, ketika dia tersadar di rumah sakit. tidak hanya sekali, Syafa sangat ingat sang CEO melakukannya beberapa kali. sebelum semuanya menjadi gelap."Malam badai salju?" Syarif bergumam pelan, sambil mengingat-ingat lagi kejadian beberapa Minggu lalu tersebut. Beberapa saat kemudian pria itu menghela nafas berat dan kembali menatap istrinya, dan berkata, "Bukankah kau sendiri yang memintanya?" Syafa seketika memutar pandangannya, menatap tajam sang suaminya. "Apa aku mem
Read more
17. Tetangga Baru, Dari Masa Lalu.
Sejak kemarin seluruh keluarga mereka dari Kalimantan sudah datang ke Bali. Karena malam ini, syukuran rumah baru Syafa dan Syarif akan di adakan. Sejak sore telah terdengar lantunan ayat suci Al-Qur'an oleh ustadz yang di datangkan oleh Syarif. Karena ibunya meminta mereka mengadakan syukuran secara Islami. Setelah sholat Isyak, beberapa tetangga sudah mulai berdatangan. Syafa dan Syarif menyambut mereka di teras rumah. "Ternyata dunia memang sangat sempit, Syarif." ucap Almeera. Wanita yang mereka temui di pesawat malam itu. "Jadi kita tetangga sekarang?" ujarnya tersenyum penuh arti. sementara Syarif hanya tersenyum sekilas, tanpa membalas jabat tangan wanita itu.Syafa pun, hanya tersenyum formal dan mempersilahkan wanita cantik itu masuk danenikmati perjamuan, bersama tamu yang lain. Sepanjang acara syukuran Syafa merasa penasaran dengan wanita bernama Almeera itu. Seluruh keluarga Syarif mengenal dan menyapanya. Mereka bahkan berinteraksi dengan hangat. Sebenarnya Syari
Read more
18. Wanita Ambisius.
"Ya Allah, Pak Ridwan?" Kedua netra Syafa tampak berbinar saat melihat sosok pria itu. Pria paruh baya yang sudah dia kenal sejak lahir. "Bagaimana bisa?" gumam Syafa melirik suaminya. Sementara Syarif hanya diam, tanpa berniat menjawab pertanyaan Syafa. pria itu menikmati ekspresi wajah Syafa, yang tampak lucu karena terkejut. "Mulai hari ini, Pak Ridwan yang akan mengantarkan kemanapun kau pergi," ucap sang CEO. "Dia adalah supir pribadimu, aku tidak mengizinkanmu mengemudi sendiri," lanjut Syarif tegas, dengan nada tidak dapat dibantah lagi. Syafa tidak kuasa menjawab, dia berada antara senang dan sebal. Sejak insiden kemarahan Syarif sore itu. Sikap suaminya mulai sedikit berubah dingin dan kaku. Tetapi beberapa tindakan sang putra Billionaire itu, hampir-hampir membuat Syafa tidak tahu harus bagaimana. dia bisa begitu dingin dan cuek, tetapi juga bisa tiba-tiba baik dan perhatian. sesuatu yang sangat tidak bisa diprediksi oleh sang dokter muda. Seperti pagi ini, saat men
Read more
19. Agar Mereka Tahu, Kau Milikku!
"Kenapa mendadak sekali? Apa ada masalah?" tanya Syafa ketika mereka sudah duduk di cafetaria rumah sakit untuk makan siang. Syarif sengaja memilih tempat tersebut, untuk menghindari kemungkinan bertemu dengan Almeera. juga agar dia mengetahui tempat kerja istrinya. "Aku suka melihatmu makan, mulai sekarang aku akan makan siang bersamamu di sini. Setiap hari," ucap Syarif datar. "Setiap hari?" Syafa membelalakkan kedua netranya. bersama dengannya di rumah saja rasanya sudah membosankan bagi Syafa. Sekarang suaminya malah ingin makan siang bersama terus. Sungguh sangat menyebalkan. "Kau ingin memata-mataiku di tempat kerja?" Dokter muda itu benar-benar tidak habis pikir dengan tingkah suaminya.Salah satu niatnya kembali bekerja, adalah untuk menghindari pertemuan dengan sang suami. Sekarang bahkan saat dirinya telah merasa cukup nyaman. Pria itu seolah tidak membiarkannya lepas dari pandangannya."Kalau aku ingin memata-mataimu. Tidak perlu datang kemari. Aku bisa menyewa bodyg
Read more
20. Penghuni Baru
Syafa baru saja tiba di rumah setelah seharian bekerja. Hari pertama dengan banyak sekali tugas dan pasien. Meski demikian sang dokter merasa sangat bersyukur dan bahagia. Semua kesibukan itu adalah impiannya sejak kecil. Menjadi seorang dokter yang bisa mendedikasikan ilmu dan hidupnya, untuk membantu para pasien. Bukan hal mudah, mengingat semua proses yang sepama ini telah dia lalui. Diam-diam Syafa bersyukur karena suaminya memberikan izin. Untuk terus melanjutkan impiannya. "Selamat malam, Nyonya." Ucap dua orang wanita hampir bersamaan, yangenyambut Syafa di pintu depan rumahnya."Astagfirullah!" Syafa memekik kaget, jetuka mendengar dan melihat kedua wanita asing tersebut.Mereka tampak ramah dan baik. Salah satu dari mereka berusia sekitar 50 tahunan. Sementara yang lain terlihat lebih muda, mungkin baru berusia sekitar 40 tahun. Namun, bukan itu yang membuat Syafa hampir melompat karena terkejut. Siapa mereka? "Kalian? ..." Syafa menatap satu persatu kedua wanita itu s
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status