All Chapters of Penakluk Hati Sang Billionaire: Chapter 21 - Chapter 30
40 Chapters
21. Bimbang.
"Selamat Pagi, perkenalkan ini dr. Andrian Hadinata. Beliau akan menjadi dokter pembimbing kalian mulai hari ini," ucap dr. Rudi. Dokter ahli penyakit dalam, sekaligus pimpinan dokter di rumah sakit tersebut. Memperkenalkan pembimbing resmi untuk para dokter intership yang ada di sana. saat ini ada 4 orang dokter intership termasuk Syafa. Seminggu terakhir ini, dr. Rudy sendiri yang menjadi pembimbing mereka. "Terima kasih, dr. Rudy." kata para dokter intership bersamaan. Mereka semua yang kebetulan adalah dokter wanita, menatap dr. Adrian dengan tatapan terpesona, kecuali Syafa yang sama sekali tidak menstuh minat pada ketampanan sang dokter. "Mohon bimbingan dan pengarahannya dr. Andrian," ucap Syafa memberi hormat pada dokter ahli bedah berusia 38 tahun itu. Sementara sang dokter hanya tersenyum dan mengangguk. Kemudian mereka kembali bekerja dan sibuk dengan tugas masing-masing. "Dia memang sangat tampan, pantas saja banyak pegawai wanita di sini yang mengincarnya," bisik
Read more
22. Perjanjian Kedua.
"Lahirkan putra untukku, dan aku akan melepaskannya." Ucapan Syarif tersebut, membuat Syafa hampir tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Wanita yang minggu depan tepat berusia 26 tahun itu, sama sekali tidak menyangka jika suaminya akan mengatakan hal tersebut. Syafa bahkan hampir tidak dapat mempercayai pendengarannya sendiri. "Aku tidak ingin membuat orang yang aku sayangi menderita," kata Syarif lagi tanpa menghiraukan reaksi istrinya. "Aku berharap kau akan menerimaku suatu hari nanti. Tetapi sepertinya itu mustahil," kata sang CEO sambil menghembuskan nafas berat. "Kau akan mendapatkan apa yang kau ingnkan, setelah melahirkan putra untukku." Pria itu kembali mempertegas penawarannya. Dia tidak ingin mengecewakan siapapun, Terlebih orang tuanya. Beberapa hari yang lalu, ketika Abi dan umminya terus saja membahas tentang bayi. Membuatnya merasa harus melakukan sesuatu. Selama ini orang tuanya sangat mendambakan cucu laki-laki. Mereka belum merasa tenang, sebelum memiliki garis
Read more
23. Kenapa Aku Harus Marah?
"Saya istrinya Tuan Syarif Abdullah," ucap Syafa serius. Mendengar itu, si resepsionis bukannya memberi perhatian. Wanita itu justru tersenyum mengejek, sambil memperhatika penampilan Syafa. "Silahkan anda tunggu sebentar, saat ini Tuan Syarif Abdullah sedang ada di ruang rapat. Saya akan bertanya apakah beliau akan menemui anda atau tidak, setelah rapat selesai," kata resepsionis tersebut mempersilahkan Syafa untuk duduk. Masih dengan tatapan meremehkan dan abai. Syafa merasa kesal sekali, karena wanita itu tidak percaya padanya. Dia ingin membentak dan menerobos masuk, tetapi urung dilakukannya. Syafa tidak ingin membuat keributan dan mempermalukan suaminya, di kantornya sendiri. Meskipun dia merasa kecewa, tetapi Syafa menurut. Dia duduk dan menunggu sampai Syarif selesai rapat nanti. Beberapa orang memperhatikan dirinya. Semua staff Syarif belum pernah ada yang melihat istri sang CEO. Mereka semua adalah karyawan Syarif dari Balikpapan.Penampilan Syafa yang sederhana, dan p
Read more
24. Cemburu?
Syafa menatap Syarif sambil terus memikirkan perkataan sang suami. Benarkah dia sedang cemburu? Tetapi semua itu jelas tidak mungkin, dia hanya mencintai Ben. Pria itu satu-satunya orang yang ada di hatinya. Jadi mustahil jika dia merasa cemburu dengan wanita bernama Almeera itu. "Jangan berharap," kata Syafa kembali bersikap acuh. "Aku tidak mungkin cemburu," lanjutnya. Syarif memperhatikan sang istri dengan seksama. Mencoba mencari kebenaran dari sorot mata Syafa. Karena kejadian hari ini terasa sangat aneh bagi sang Billionaire. Syafa hampir tidak peduli dengan apapun yang berkaitan dengan hidupnya. Wanita yang dinikahinya itu, hanya terus fokus pada usahanya memisahkan diri dari pernikahan ini. Sulit dipercaya jika Syafa cemburu padanya dan Almeera. Tetapi Syarif tidak dapat menemukan definisi yang paling pas, untuk sikap aneh istrinya itu. "Lalu kenapa kau menangis saat melihatku bersama, Almeera?" tanya SyarifSyafa menghela nafas dalam untuk menenangkan diri, sekaligus
Read more
25. Rasa Yang Berbeda.
"Kau sendirian?" tanya Stella, ketika melihat Syafa duduk sendiri di kantin saat makan siang. Syafa tersenyum dan mengangguk, menyambut kawan sejawatnya itu. Stella segera duduk dihadapan Syafa sambil meletakkan makanan dan minumannya. "Apa suamimu sedang di luar kota?" tanya Stella penasaran. "Tidak, dia sedang sibuk di kantor." Syafa tersenyum tipis. "Ini hari ketiga dia tidak menemanimu makan siang, apa kalian ada masalah?" Stella seperti selalu penasaran dengan kisah cinta Syafa dan Syarif. Sejak melihat sang CEO menemani Syafa makan siang. Gadis itu selalu bertanya banyak hal. Mulai dari bagaimana pertama bertemu, sampai cerita tentang bagaimana keduanya memutuskan untuk menikah. Padahal bagi Stella, usia Syafa masih terlalu muda. "Tidak ada, Stell. Dia sedang banyak tugas." Syafa merasa sedikit terusik. "Bisakah kita makan dan membahas tentang hal lain?" Syafa benar-bebar sedang tidak ingin membicarakan masalahnya dan Syarif. Tiga hari ini suaminya memang sedikit berbeda
Read more
26. Permohonan dan Rasa Bimbang.
"Aku mohon kau mau membantuku. Karena aku butuh seseorang dengan kekuasaan di atas Hasyim, agar dia tidak mengambil Rasya dariku."Almeera menatap Syarif dengan sorot mata memelas. Wanita itu sangat berharap Syarif bisa membantunya. Dia memiliki banyak koneksi dan juga uang. "Bantuan apa yang bisa aku lakukan untukmu?" tanya Syarif. "Aku bukan pengacara atau ahli dalam bidang hukum. Aku bahkan meminta tolong pada firma hukum tempatmu bekerja, untuk menyelesaikan maslah lahan pembukaan tambang baru." Almeera menghembuskan nafas berat dan berkata, "Aku butuh bantuan dana, untuk membiayai sidang hak asuh anakku, Rif." Wanita itu terlihat sedikit canggung, dia memang memiliki rumah di kawasan elit. Tetapi rumah itu adalah pemberian mantan suaminya. Semua tabungannya tidak akan cukup jika Hasyim terus melawannya, dalam perebutan hak asuh anak. Karena suaminya memiliki uang dan kekuasaan yang cukup untuk mengalahkan dirinya. Hasyim dan keluarganya sudah bersumpah, tidak akan membiarkan
Read more
27. Mungkinkah Hanya Sampai di Sini?
"Silahkan, aku akan mendengarkan," jawab Syarif tenang. Walaupun dalam hati dia sangat tegang dan berharap-harap cemas. "Katakan apa yang kau inginkan?" ujar sang CEO "Apa yang aku inginkan?" Syafa tersenyum sarkas. " Seharusnya aku yang bertanya padamu, Mas. Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku?" Syafa menatap suaminya dengan sorot mata tajam. Syarif diam memandang istrinya sambil memijat pelipisnya pelan. "Keinginanku jelas, aku ingin pernikahan kita berhasil. Menjadi keluarga yang utuh, memiliki anak dan bahagia. Itu saja," jawab Syarif dengan tegas. Karena itulah yang dia inginkan sejak pertama bertemu Syafa. Dia merasa istrinya itu adalah orang yang tepat. Meskipun dia sadar semua itu tidak akan mudah. "Kau ingin kita bahagia, tetapi membiarkan aku menderita." Syafa kembali tersenyum sinis. "Apa kau hanya ingin menjadikanku mesin pencetak keturunan?" Nada bicara Syafa semakin meninggi. "Kau bilang kau akan setuju menceraikanku jika aku melahirkan seorang putra untukmu.
Read more
28. Berita Kehancuran.
Syarif duduk memandang wajah Syafa yang terpejam dihadapannya. Pria 34 tahun itu benar-benar merasa bersalah, karena telah melakukan banyak kesalahan pada istrinya tersebut. Entah bagaimana reaksi Syafa nanti, saat tahu yang sebenarnya terjadi padanya saat ini. Syarif bahkan belum berani untuk memberi tahu siapapun tentang kondisi Syafa yang sedang di rawat di rumah sakit."Astagfirullah, jika ini adalah jalan terbaik dari-Mu ya Rabb. tolong berikan hamba kekuatan dan kesabaran, untuk menghadapi semua ujian ini," gumam Syarif sambil mengusap wajahnya. hampir saja dia melakukan kesalahan fatal, karena hampir mengucapkan talak untuk Syafa karena terbawa emosi. Untunglah Allah masih begitu menyayangi mereka. Sehingga perpisahan yang selama ini di inginkan oleh istrinya belum terwujud. Karena semua itu pasti akan sangat menyakitkan jika terjadi sekarang. Di tengah kegalauan dan gejolak batin sang CEO, Syafa tampak mulai membuka matanya perlahan dan menggerakkan tangganya. melihat hal i
Read more
29. Keputusan Sulit
"Mama?" gumam Syafa pelan saat melihat sosok di ambang pintu tersebut, ternyata adalah ibunya. " Syafa," ucap sang ibu segera berjalan mendekati putrinya.Wanita paruh baya itu tersenyum sekaligus menangis, sambil memeluk putri semata wayangnya tersebut. Berada dalam pelukan sang ibu, membuat Syafa merasa sedikit tenang. Namun, ketika dia mengingat kembali alasan keberadaannya di tempat itu, kemarahan dan rasa kecewa kembali membuatnya menangis. "Sssttt, tenanglah, Nak. Kau tidak perlu takut. Ada mama di sini," kata Ny. Musthofa Altaf dengan nada menenangkan. "Bagaimana mama bisa tahu, aku ada di sini?" tanya Syafa dengan raut wajah bingung. "Syarif memberitahu mama, kalo kamu sedang dirawat. Dia minta mama datang, karena suamimu harus mengurus beberapa pekerjaan penting yang tidak dapat ditinggal." Syafa terdiam sejenak, setelah mendengar penjelasan dari sang ibu. "Apa yang terjadi? Kenapa sampai dirawat di rumah sakit, Nak. Apa kau kelelahan bekerja?" Ny. Musthofa mengelus pu
Read more
30. Seatap, Tak Sehati.
Sejak pagi itu, baik.syafa dan Syarif hidup seperti orang asing. Syarif mulai fokus dengan proyek pembukaan tambang barunya. Sementara Syafa larut dengan program intershipnya. Sepasang suami istri itu serumah tetapi tidak sehati. "Alhamdulillah. Selamat, Nak. Semoga kalian selalu diberkahi." Tuan Rasyid Abdullah, merasa begitu bahagia dan bersyukur ketika mendengar kabar kehamilan Syafa. Pria yang sebentar lagi berusia 70 tahu itu, tambak berbinar dan sangat antusias. "Jaga kandunganmu baik-baik, Nak" ucap sang taipan dalam sambungan video call malam itu. "Kau jangan terlalu sibuk, Rif. Usahakan untuk selal menjaga dan mendahulukan istrimu! Dia akan lebih butuh banyak perhatian dan waktumu. Jika terlalu sibuk, cari wakil sementara sampai anak kalian lahir. Masa kehamilan adalah masa yang penting."Mendengar itu Syafa hanya tersenyum mengangguk. Hatinya terlalu pedih untuk mengatakan sepatah katapun. Bahkan Syarif merasa ingin menangis saat ini.Melihat betapa orang tuanya sangat
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status