All Chapters of Posesif My Husband : Chapter 61 - Chapter 70
103 Chapters
Chapter 62
"Apa? " Marren balik bertanya dengan kedua mata membulat. "Saya mengigau pembunuh?" ulangnya dengan wajah tidak percaya. "Ya! Kamu bilang dasar pembunuh! Dan kamu terus menanggil manggil Daddy. Apa sebenarnya yang kamu lihat?" tanya Arsan menatap Marren lekat lekat. Marren mengerjap-kerjapkan matanya dengan gugup, "Arsan, sungguh saya tidak tahu. Yang Saya ingat, dalam mimpi Saya tadi seperti putaran ingatan masa lalu saja," ujar Marren tidak berbohong."Daddy sebelum akhirnya pergi naik pesawat itu adalah hari ulang tahun Mommy. Dan semua terjadi begitu cepat tahu-tahu semua datang ke rumah dan mengucapkan turut herbelasungkawa," lirih Marren berkaca kaca. Arsan menghapus air mata yang hampir meleleh di kedua pipi Marren dan mengecup keningnya dengan penuh cinta. "Maafkan Saya, seharusnya Saya tidak menanyakan hal itu, tetapi Saya merasa kamu bermimpi sesuatu yang sangat buruk, dan Saya takut akan mengganggu pikiranmu, Sa
Read more
Chapter 63
Marren mendesah perlahan menyaksikan Arsan yang terlihat uring-uringan sejak satu jam yang lalu saat mereka menerima pesan dari Laura yang mengabarkan kedatangannya ke vila kecil mereka. Apalagi kini gadis itu telah berdiri di hadapan keduanya dan mulai menunjukkan sikap manjanya yang menuntut. "Apa-apaan sih? Kenapa kamu harus datang kemari? Siapa yang memberitahumu alamat vila ini?" tanya Arsan seraya menahan tekanan suaranya agar tidak terlihat emosi, namun rahangnya yang mengeras sangat jelas terlihat. "liihh! Kak Arsan yang apa-apaan! Bukankah waktu itu Kakak sendiri yang janji pada Laura kalau Kakak akan membantu segala usaha Laura agar bisa bersatu dengan pacar Laura? Sekarang Lau butuh tempat tinggal, Kak! Laura kabur dari rumah! Dan Lau sudah tidak ada tempat lagi untuk pergi! Lau menelepon Kak Arland dan dia sangat baik untuk memberiku alamat vila ini, dan Lau...." "Oh, jadi Arland yang memberitahumu?" Sela Arsan
Read more
Chapter 64
Entah sihir apa yang menyelubunginya, Marren yang awalnya hanya diam menatap mata Arsan, tiba-tiba mendekat dan meraup wajah Arsan lalu memagut bibirnya. Arsan pun membalas ciuman Marren dengan lumatan yang dalam dan menuntut. Dan, tak butuh waktu lama untuk Arsan menjelajahi isi mulut Marren, seolah ingin mengabsen deretan gigi Marren satu per satu. Dengan terburu-buru Arsan membalikkan tubuh Marren membelakanginya seraya mengecup leher hingga ke punggung Marren. "Sejak kapan gaun saya terbukaaa? Oh...Tuan" pekik Marren menggeliat di dalam dekapan Arsan dan kini bibir Arsan kembali terpaut pada bibir Marren yang kini rebah di lengan Arsan. Bibir mereka saling melumat, menghisap dan memilin lidah, Marren memekik dalam tenggorokannya saat merasakan tangan Arsan yang menyelusup masuk di dalam gaun tidurnya telah berada di balik celana dalamnya. Marren makin menggeliat tidak karuan dan membalas lumatan bibir Arsan dengan liar
Read more
Chapter 65
"Apa? Oke, baik!" "Ada apa? Kenapa John menelepon?" "Kita kembali, target sudah ditemukan!" "Tapi bagaimana dengan si laki-laki yang tidak di temukan? Seharusnya kita membawa keduanya, 'kan?" ''Tidak masalah, yang penting kita sudah menemukan target utama! Ayo!" "Awas saja jika ternyata kita harus bekerja dua kali! Mestinya sekaranglah saatnya, karena mereka sedang tidak dalam pengawalan seperti biasanya." "Tutup mulutmu! Ikuti saja perintah John!" Arsan dan Marren menunggu dengan tegang di balik semak dan pepohonan. Bahkan Marren seolah menahan napas dalam pelukan Arsan setelah mendengar percakapan beberapa pria yang semakin lama menjauh dari tempat persembunyian mereka. Setelah beberapa lama mereka memastikan tidak ada suara apa pun lagi yang terdengar, Arsan keluar dari persembunyian diikuti oleh Marren, "Sebenarnya siapa mereka, Arsan? Sepertinya mereka sedang mencari seseorang," ucap Marren dengan n
Read more
Chapter 66
"Kau yakin mereka tidak menjebakmu?" tanya Arland setelah mereka sampai di alamat yang tertera pada sobekan kertas di tangan Arsan. Arsan mendengus untuk ke sekian kalinya karena ia harus bekerja sama dengan Arland demi membebaskan Laura. "Mau hagaimana lagi? Tidak ada petunjuk apa pun selain alamat ini, mau tidak mau kan kita harus datang ke tempat ini," sahut Arsan menatap tajam Arland."Kalau kau memang merasa semua ini tidak masuk akal, lalu apa rencanamu?" imbuhnya mencoba mengalahkan egonya. Arsan mencoba meredam segala perseteruan yang masih mengganjal di antara mereka seperti pesan Marren sebelum akhirnya istrinya rela melepaskan kepergiannya demi misi malam itu."Sayang, fokuslah pada penyelamatan ini, jangan memikirkan masalah kalian, Anggap itu bukan Arland, karena jika kamu emosi kamu akan hilang kendali, Arsan," ucap Marren mengingatkan dan memasangkan jaket pada Arsan."Sayang, kamu lupa, ya. Hanya kamu yang bisa
Read more
Chapter 67
Arland menatap Arsan yang berjalan perlahan menuju gudang tua yang ada di tepian dermaga yang menjorak ke laut. pria itu mengikuti langkah Arsan melalui teropong kecil di tangannya. Kegiatannya terganggu oleh getaran ponsel dari saku jasnya yang terus menerus berbunyi. Seraya mengernyit ia membuka saluran telepon yang ada di tangannya yang hanya memperlihatkan deretan angka asing. ''Siapa ini?" tanya Arland tanpa basa basi.''Tuan Arland! Ini Jack bodyguard yang menjaga rumah Tuan Muda Arsan. Tuan, tolong segera mundur! Ini perangkap! Ini perangkap, Tuan!" pekik Jack dari seberang saluran. ''Apa maksudmu?" tanya Arland terkejut. ''Baru saja sang pelaku menelepon melalui ponsel Tuan Muda Arsan yang tertinggal di rumah, dan memberitahukan di gudang itu ada peledak yang aktif dan sewaktu-waktu akan di ledakkan!" papar Jack dengan suara panik. ''APA?" sahut Arland kembali memasang teropongnya dan mendapati Arsan telah
Read more
Chapter 68
Jantung Marren berdebar sangat kencang ketika tiba-tiba deru mobil yang membawa dirinya memperlambat kecepatannya tanda mereka akan segera sampai pada tempat yang di tuju. Marren menunggu dengan gelisah karena ia tidak bisa mencari tahu di mana ia berada akibat kaca mobil yang sengaja di tutup oleh kain hitam dan terdapat penyekat tertutup dalam mobil yang menghalangi pandangan Marren pada kaca depan mobil. Marren duduk dengan tegak, karena dua laki-laki yang mengapitnya terlihat mulai bersiap-siap untuk turun. Marren memandang kedua pergelangan tangannya yang terikat. Walau tisak sekuat ikatan tangan Laura yang tampak olehnya, namun Marren berpikir untuk tidak melawan demi menyelamatkan Arsan dan menemukan dalang penculikan tersebut. "Mari Nyonya, kita sudah sampai," ucap salah satu orang yang duduk mengapitnya seraya membuka pintu mobil yang telah berhenti dengan aman. Tanpa menjawab Marren mengikuti langkah kaki Pria berbadan ting
Read more
Chapter 69
"Bukankah sudah jelas siapa menantang siapa?" sahut Marren berdiri bersedekap.Kedua pengawal yang berdiri di belakang Marren bergerak maju, namun di tahan oleh gerakan tangan James. "Kau sungguh herani, Nona. Ya, kau memang benar-benar keturunan si Mahendra itu," sindir James terkekeh memuji sikap Marren seraya bertepuk tangan. ''Saya bukan Nona. Saya adalah Nyonya Arsan Ryzardr !" ucap Marren meralat ucapan James sekaligus menegaskan. "Aaa... Ya, ya, hari ini, detik ini kau masih menyandang status itu. Tapi lihat saja nanti bagaimana kau akan sangat membenci statusmu setelah kau mengetahui semua tentang pria itu, suamimu!" sela James sebelum ia kembali melahap sepotong besar daging dengan nikmatnya. ''Apa maksud Anda? Tolong jangan berbelit-belit," sahut Marren dengan tidak sabar. James menggerakkan tangannya kepada salah satu pengawal yang ada di belakangnya, lalu pria berbadan kekar itu membawa sebuah laptop dan meletakkannya di atas meja. James mengetik pada benda kotak ters
Read more
Chapter 70
Jantung Marren seolah berhenti berdetak menatap apa yang ada di hadapannya. Sebuah poster besar yang berasal dari foto Arsan dan seorang wanita cantik mengenakan pakaian serba putih selayaknya mereka sedang foto pranikah. Dan yang paling membuatnya begitu terkejut hingga membeku, ia menatap. sosok seorang perempuan itu kini terbaring lemah di sebuah ranjang dengan mata tertutup dan berselimut tebal. Wajah pucat perempuan itu terlihat tirus dan sangat menyedihkan. "Dia....?" ucap Marren begitu tercekat. "Ya, dia putri Saya. Azel. Sejak bajingan itu mencampakkannya dia melewati hari-harinya hanya seperti ini. Apa kau pikir Saya akan diam saja melihat putri Saya melewati hari-harinya terbaring lemah seperti ini? KAU PIKIR AKU HARUS DIAM SAJA!'' James meninggikan suaranya seolah terlepas ucapan hingga mengejutkan Azel dan membuat gadis itu membuka matanya dengan sayu. 'Sayang, Sayang, maafkan Daddy, Nak? Maafkan Daddy... Daddy tidak berm
Read more
Chapter 71
James terkekeh, "Oh, maaf, Saya sudah terbiasa dengan sebutan itu untuk Si Tua Ryzardr," ia kembali terkekeh. ''Jadi aku pun terbiasa menyebut para orang tua itu seperti itu. Dan... ya, dalam surat wasiat kakekmu, pewarisnya harus tetap dalam keadaan hidup. Jika tidak ada satu pun pewaris Mahendra dalam keadaan hidup maka semua kekayaan milik Mahendra akan di serahkan kepada pemerintah untuk di kelola untuk badan amal. Tentu saja kami tak rela!" "Kami?" sela Marren yang membuat James tampak gelagapan karena terlepas bicara. "Ah, maksudku Si Tua Ryzardr dan mereka itu," sahut James terbatuk batuk dan membuatnya melemparkan rokoknya dengansembarangan di atas asbak alam. Pria itu menggerutu dan menggeram kesal karena batuknya, namun Marren mengetahui bahwa Pria itu hanya sedang mengalihkan perhatian Marren."Bagaimana Anda tahu isi surat wasiat itu?" lanjut Marren menelisik. ''Pengacara kakekmu membacakannya dalam sidang dewan
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status