All Chapters of Diputus Pacar, Dinikahi CEO : Chapter 31 - Chapter 40
86 Chapters
Bab 31. Menghilang
"Belum lama kok. Kayaknya baru tiga bulanan deh. Iya, sekitar itu pokoknya. Acaranya enggak rame-rame, cuma undang tetangga dekat aja."Begitulah pernikahan yang terjadi pada pria yang bernama Kalingga itu. Dia mengatakan apa adanya."Kamu tuh suka merendah deh. Pasti pesta pernikahannya mewah di hotel berbintang lima kan?"Willy tidak percaya dengan penjelasan dari Kalingga itu. Tidak mungkin seorang anak dari kalangan atas menikah dengan cara sederhana dan tidak mengundang banyak orang."Ya tapi kenyataannya memang begitu kan. Pernah dengar enggak kabar pernikahan saya? pasti belum kan?" Yang dikatakan Kalingga memang benar adanya, kabar pernikahannya memang tidak tersebar di mana-mana. Baik media online, TV atau media berita lainnya. Padahal Kalingga juga banyak dikenal khalayak ramai. "Iya juga sih. Yang penting langgeng terus. Gimana bisnis akhir-akhir ini? Ada kemajuan apa enggak? Makin maju tentunya bukan?" "Ya disyukuri aja. Sekarang bisnis banyak yang merasa sedang turun,
Read more
Bab 32. Sudara Sepupu
"Hah? Iseng aja sih, siapa tahu habis ini ada perusahaan yang biasanya langganan sama perusahaan Gilang mau bikin tender lagi." Wisnu pikir jawabannya tidak akan membuat Arini curiga. "Oh maksudnya itu? Tapi kalau mau serius ngomongin kerjaanku sih enak ngomong di rumah aja Mas. Ini kan lagi di jalan. Enggak enak ngomong di jalan terus naik motor gini, suara Mas kadang enggak kedengeran gitu." Sepertinya Arini merasa tidak maslah membahas pekerjaannya dengan Wisnu di rumah. Mendengar ucapan Arini, Wisnu jadi bersemangat. "Kalau gitu kita mampir cari cemilan dulu, kayaknya obrolan kita malam ini bakalan panjang nih." Wisnu membelokkan motornya ke tempat penjual martabak manis. Makanan yang kebanyakan dijual malam hari ini memang tepat untuk dijadikan teman mengobrol pada malam hari. Pria itu memesan dua kotak, martabak manis dan martabak telor. Setelah membayar dan membawa pesanan, mereka melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Tiba di rumah, Arini masuk lebih dulu. Rumah itu tida
Read more
Bab 33. Takut Ketahuan
Denis mengajak Lita menuju ruangan Arini sesuai perintah dari Kalingga dan kemauannya sendiri. Daripada tidak bisa mengadakan penelitian di perusahaan sepupunya itu, dia memilih pasrah untuk dibantu oleh Arini. Dalam bayangannya Arini tetap perempuan paruh baya karena Kalingga memanggil dengan sebutan 'bu'. Lita yang mengikuti Denis hanya bisa merasa bingung karena diantar ke ruangan di lantai satu. Dia pikir di sana setelah ruangan cleaning service tidak ada ruangan lain, tetapi Lita terkejut saat tahu ada ruangan khusus di sana untuk Arini. Karena sebenarnya dia bukan pegawai biasa. Tiba di depan ruangan Arini, Denis baru akan masuk setelah mengetuk pintu ruangan itu. Dia masuk ke ruangan lebih dulu baru disusul oleh Lita. Di ruangan itu Lita merasa bingung karena hanya ada satu orang saja. 'Enggak mungkinkan orang itu yang namanya bu Arini, kok masih muda banget,' ucap Lita dalam hati sambil mengedarkan pandangannya di ruangan itu. "Ini yan
Read more
Bab 34. Penculikan Wisnu
"Hush! ngaco kamu. Jangan sembarangan bilang Mas naksir Bu Arini, Bu Arini itu sudah menikah dan sedang hamil, masa Mas ngejar-ngejar istri orang." "Yah, aku salah dong. Tadinya udah seneng karena akhirnya Mas Kal yang enggak pernah keliatan deket sama cewek eh tiba-tiba naksir seseorang, tapi aku salah. Ya, maaf deh. Makasih buat bantuannya ya Mas.""iya, Sama-sama. Dah ya Mas mau kerja dulu, lagi banyak kerjaan. Pokoknya kalau ada apa-apa sama skripsi kamu, kontak aja Bu Arini, ya!" "Ok, Mas. selamat bekerja." Setelah panggilan berakhir, Lita pun meninggalkan kantor PT. Kalingga. Keesokan harinya, Wisnu seperti biasa sebelum menuju pangkalan ojek yang biasanya, dia akan mengantar Arini pergi ke kantor. Namun, ada yang berbeda dari hari ini, tanpa Wisnu dan Arini sadari, ada seseorang yang sedang mengintai dan mengikuti mereka sejak keluar rumah hari itu. Orang yang mengikuti mereka adalah seorang pria bayaran atau orang suruhan dari seseorang. Pria itu sudah mengawasi rumah Arin
Read more
Bab 35. Siksaan Pada Wisnu
Wisnu dibawa ke sebuah gedung kosong. Namun, pria itu masih belum sadarkan diri. Dia duduk di sebuah kursi dalam keadaan tangan Terikat di belakang kursi. Kepalanya ditutup sebuah kain berwarna gelap. Akhirnya Wisnu siuman. Dia membuka mata, tetapi tidak dapat melihat dengan jelas. 'Aku di mana?' batin Wisnu sambil terus memikirkan mengapa semua terjadi dan siapa dalang di balik penculikan dan penyekapannya sekarang. Seorang pria yang tidak Wisnu kenali berjalan mendekat ke arahnya. Pria itu menyadari jika Wisnu sudah siuman. Dia pun membuka kain yang sudah menutupi wajah Wisnu untuk memastikan dugaannya jika Wisnu sudah siuman. Ternyata benar. Pria itu merasa senang, dia mencari dua orang teman lainnya untuk memberitahukan tentang hal ini. Ketiga nya pun mendekati Wisnu dengan wajah garang dan siap untuk melakukan suatu hal yang buruk pada pria itu. "Siapa kalian?" tanya Wisnu saat ketiga pria itu mendekat dengan senyuman menyeringai.
Read more
Bab 36. Lapor Polisi
Arini sudah membawa Wisnu menuju rumah sakit. Awalnya suami Arini itu masuk ruangan UGD lebih dulu untuk mendapat pemeriksaan awal. Setelah dipastikan kondisi organ dalamnya tidak ada gangguan dan hanya luka dan memar di luar saja, dokter meminta pria itu untuk dimasukkan ke ruangan ICU karena masih akan diobservasi lebih dulu. Setelah Wisnu masuk ruang ICU Arini masih merasa cemas karena pria itu masih belum sadarkan diri. Saat hari menjelang siang, Arini mendapat telepon dari Denis saat dia sedang menunggu Wisnu di depan ruangan ICU. Dia segera menerima panggilan telepon itu karena merasa khawatir jika ada hal penting yang akan disampaikan oleh Denis. "Halo, Pak Denis, ada apa ya?" Tanya Arini langsung setelah menerima panggilan telepon. "Ya, Bu Arini, sekarang ada di mana?" Arini mau tidak mau harus berkata jujur pada Denis tentang keadaan suaminya agar bisa meminta kelonggaran soal pekerjaan. "Di rumah sakit, Pak. Kayaknya hari ini saya enggak bisa datang ke kantor karena har
Read more
Bab 37. Kamar Perawatan Mewah
Wisnu diam sambil berpikir soal pertanyaan Arini, jawaban apa yang akan dia berikan pada perempuan itu. "Lapor Polisi? Kayaknya belum dulu deh, Rin, karena belum cukup buktinya. Nanti pas ke kantor polisi ditanya apa, malah bingung jawabnya, menurut kamu gimana?" Arini punya pikiran lain. "Lapor polisi aja, Mas. Biar nanti polisi yang cari dan tangkap orang yang sudah berbuat jahat sama Mas Wisnu. Kalau Mas Wisnu butuh temen ke kantor polisi, nanti aku yang temenin deh, gimana?" Wisnu merasa senang dengan perhatian Arini padanya. Semakin ke sini perhatian Arini padanya semakin besar dan Wisnu merasa bersyukur untuk itu. Dicintai oleh Arini adalah kebahagiaan tersendiri untuk Wisnu. "Nanti Mas pikirkan lagi soal lapor polisi itu, ya." ***Dua hari kemudian, Wisnu sudah boleh pindah ke kamar perawatan. Soal pemindahan ini sudah diurus oleh Denis, Arini dan suaminya hanya bisa pasrah. Apa pun yang dilakukan oleh Denis, adalah perintah dari Kalingga, sehingga mau tidak mau mereka har
Read more
Bab 38. Tugas Baru
Mau tidak mau Arini dan Wisnu memberikan izin pada Ratih untuk ikutan menjaga Wisnu dan menginap di sana.Pada tengah malam, saat Arini dan Ratih tertidur pulas karena merasa nyaman tidur di rumah sakit, Wisnu menelepon seseorang. "Halo, Pak." Orang itu menerima panggilan dari Wisnu. "Belum tidur?" "Belum, Pak, ada apa?" "Kayaknya kita harus menyelidiki Gilang. Apa yang dia lakukan. Apa rencana dia kita harus tahu. Menurut kamu gimana?" "Bapak yakin ini semua perbuatan Gilang?" "Yakin. Selama ini saya tidak ada musuh. Kamu tahu sendiri, kan?" "Iya, sih. Bapak enggak akan buat laporan ke polisi?" "Kayaknya sih enggak.""Baik, Pak. Akan saya selidiki Gilang. Bapak lebih baik istirahat dulu saja." "Terima kasih, ya." Wisnu pun mengakhiri panggilan telepon. Setelah dokter memastikan kondisi Wisnu sudah membaik dan tidak ada organ dalam yang terluka, pria itu diizinkan untuk pulang ke rumah setelah menginap dua malam.Sebelum pulang Denis mengurus pembayaran biaya rumah sakit sel
Read more
Bab 39. Perampokan
Sore hari sebelum pulang kerja, Arini sudah menyelesaikan tugasnya. Lita sudah pulang lebih dulu sebelumnya. Mereka sempatkan makan siang bersama. Sebelum pulang, Arini mengirimkan tugasnya ke email Kalingga. Perempuan itu tahu atasannya sedang tidak ada di tempat. Dia mengabari sang sekretaris melalui telepon. "Sore, Pak Denis," sapa Arini lebih dulu di panggilan telepon. "Sore, Bu Arini, ada yang bisa dibantu," jawab Denis dengan ramah. Sepertinya pria itu sedang santai. "Saya mau nitip pesan untuk Pak Kalingga, kan Bapak lagi enggak ada di tempat ya? Saya sudah ngerjain tugasnya dan hasilnya udah dikirim ke email. Nanti kalau Pak Kalingga sudah pulang, tolong dicek gitu ya." "Oh sudah selesai?" Suara Denis terdengar takjub dengan cara kerja Arini. "Ok, Bu Arini, nanti saya sampaikan pesannya ke Pak Kalingga. Terima kasih ya sudah mengerjakan tugas dengan baik." "Iya, Pak, Sama-sama, saya juga mau ngucapin makasih juga."
Read more
Bab 40. Ancaman Gilang
"Iya, Ma."Arini pasrah lalu memberikan ponselnya pada Wisnu. Dia merasa kasihan pada suaminya yang sebentar lagi akan mendapat nasehat panjang dari Ratih..Wisnu menerima ponsel dari Arini lalu berbicara pada Ratih dengan lembut di luar ruangan UGD. "Ada apa, Ma? Mama kok belum tidur?" Terdengar suara tinggi dari Ratih dari seberang panggilan. "Mana Mama bisa tidur kalau kamu sama Arini belum pulang ke rumah, Nak. Tadi Arini cerita kamu bantuin orang lain. Ya Allah Wisnu, kamu aja belum pulih kenapa malah bantuin orang lain sih?" Ratih langsung memprotes menantunya itu karena merasa sangat khawatir. "Maaf ya, Ma, kali ini aku enggak nurut sama Mama, kasian orang lain, Ma. Ini aja dia hampir meninggal karena kehilangan banyak darah. Mama bisa bayangin enggak kondisinya orang itu gimana?" "Mama tahu rasanya, Mama sudah pernah merasakan sendiri lihat kamu juga hampir meninggal, tapi, Nak gimana kalau kena sasaran. Misalnya oran
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status