Diputus Pacar, Dinikahi CEO

Diputus Pacar, Dinikahi CEO

Oleh:  Agniya14  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
78 Peringkat
86Bab
4.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Akibat ditiduri paksa oleh sang kekasih, Arini berakhir hamil di luar nikah. Namun, saat dimintai tanggung jawab, pria bajingan itu bukan hanya tidak mengakui darah dagingnya sendiri, melainkan menuduh Arini berkhianat dengan pria lain! Bahkan meminta Arini untuk menggugurkan kandungannya. Arini bersikeras menolak. Di keadaan terpuruk itu, muncullah Wisnu, pria yang selama ini tinggal di kontrakan milik keluarga Arini, yang bersedia menikahi Arini karena demi melindunginya. Pria itu menikahi Arini karena sebuah alasan. Ternyata, terungkap siapa sebenarnya sosok Wisnu dan kenapa ia memilih menikah dengan Arini. Bagaimana reaksi mereka? Apakah sosok yang menghamili Arini akan mendapatkan balasan setimpal?

Lihat lebih banyak
Diputus Pacar, Dinikahi CEO Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
b3kic0t
sekarang kamu paham kan tuan baskara jadi saya harap kamu segera kasih restu untuk arini
2024-03-24 17:28:07
0
user avatar
Nikenzie etty21
modus saja nih si Wisnu,untung Ariani kuat iman ...
2024-03-24 17:18:31
0
user avatar
b3kic0t
ngeles Mulu nih si Tasya,orang Wisnu udah melihat dengar matanya sendiri,udah ngaku aja kalau kamu juga tak cinta sama Wisnu kamu hanya terobsesi pada dia
2024-03-13 10:38:51
0
user avatar
b3kic0t
ckckck pura² sakit nih baskara untuk nekan Wisnu,pikiranmu sudah terbaca jadi percuma tuan
2024-03-13 10:32:44
0
user avatar
b3kic0t
waahhh niat hati mau jalan² eh malah dapat kartu as nya Tasya.
2024-03-13 10:25:27
0
user avatar
b3kic0t
ayo lanjut kak,penasaran siapa yg mengikuti wisnu
2024-03-06 18:35:15
0
user avatar
b3kic0t
buktikan kebtuan baskara nu kalau cinta kamu dan Arini nggak bisa terpisah meskipun dalam keadaan sulit menjerit
2024-03-03 13:09:32
0
user avatar
b3kic0t
ayo Rin bangun,kalau tidur jangan lama² kasihan tuh si Wisnu kek zombi hidup ...
2024-03-03 08:00:04
0
user avatar
MH Ghani
makin seru, lanjut.
2024-02-24 13:45:16
0
user avatar
b3kic0t
lanjut tor
2024-02-24 11:25:55
0
user avatar
b3kic0t
kok jadi sad gini dsih tor terus Wisnu sama siapa? kalau Arini benar² mati aku aja yg jadi gantinya ...
2024-02-23 10:32:30
0
user avatar
b3kic0t
Lo Lo Lo kok Arini ketembak benar² diluar prediksi bmkg ...
2024-02-22 11:38:45
0
user avatar
b3kic0t
kalau bukan Bagaskara dalangnya berarti Gilang hanya 2 orang itu yg patut dicurigai
2024-02-22 11:32:52
0
user avatar
b3kic0t
kalau nggak ingat baskara itu orang tua sudah ku jitak dia seenak udelnya ngatur rumah tangga Wisnu ya meskipun Wisnu anaknya tapi dia nggak berhak ikut campur
2024-02-20 15:38:30
0
user avatar
b3kic0t
kan si baskara nyari masalah lagi ingat umur pak woyyyy
2024-02-19 11:53:31
0
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 6
86 Bab
Bab 1. Meminta Tanggung Jawab
"Saya hamil anak dari Mas Gilang, Tante. Mas Gilang harus tanggung jawab!" ucap seorang perempuan bermata sayu, sambil menahan air mata yang membendung.Perempuan itu adalah Arini. Ia hamil setelah mahkotanya direnggut Gilang, kekasih sekaligus bosnya di perusahaan tempatnya bekerja.Arini memberanikan diri bicara jujur pada Widia–mamanya Gilang dengan memberikan surat dari dokter yang menyatakan jika Arini sedang hamil. Dia datang bersama Ratih–mamanya Arini.Namun, ibunya ia paksa untuk menunggu di depan gerbang. Arini tahu, ibunya pasti akan emosional melihatnya berbicara dengan Gilang dan ibunya."Tidak mungkin! Gilang itu anak baik-baik. Dia tidak mungkin tidur sembarangan dengan perempuan seperti kamu, yang cuma karyawan rendahan. Benar kan, Gilang?" Widia menoleh pada anaknya."Iya, Ma, pasti Arini hamil karena tidur dengan pria lain, dan bilang itu anakku supaya dia bisa minta aku buat bertanggung jawab dan menikah dengannya?" ucap Gilang mengiyakan ibunya. Namun, dari wajahn
Baca selengkapnya
Bab 2. Hari Pernikahan
"Nak Wisnu mau menikah dengan Arini? Ini Ibu enggak salah denger, kan?"Ratih terpana mendengar ucapan Wisnu. Ternyata masih ada orang baik yang mau bertanggung jawab untuk kesalahan yang tidak pernah dia lakukan."Iya, saya akan menikahi Arini, bertanggung jawab pada janin yang ada dalam rahimnya dan akan menjaganya seumur hidup saya."Ratih menjadi terharu, air matanya mengalir deras. "Nak Wisnu enggak perlu bertanggung jawab dengan Arini seperti ini. Kamu anak baik harus menikah dengan perempuan baik-baik juga." Ratih memegangi tangan Wisnu dan menepuk perlahan."Arini juga perempuan baik, Bu, tapi pasti Gilang itu yang merusaknya, pria seperti itu tidak pantas menjadi suami untuk Arini. Hanya akan membuat Arini semakin sakit hati.""Ibu juga tidak mengharap Gilang menikahi Arini.""Kalau begitu biar saya saja yang menikahi Arini, Bu." Wisnu terus meyakinkan Ratih."Tapi anak itu sudah tidak suci lagi. Apa Nak Wisnu bisa menerima kekurangan Arini?""Saya tidak peduli dengan itu. Sa
Baca selengkapnya
Bab 3. Memaksa Arini
"Maaf ya, Mas. Aku membiarkan semuanya biar hubunganku dan Mas Gilang dulu enggak terdeteksi mereka."Wisnu hanya tersenyum mendengar penuturan Arini."Enggak apa-apa. Mas seneng aja dimanfaatkan karena itu jadi seperti doa, kamu jadinya nikah sama Mas.”Arini hanya tersenyum mendengar penuturan laki-laki di depannya ini.Sesampainya di kantor, Arini langsung disambut dengan tatapan sinis dari pada kolega kantornya.Sesampainya di kantor, Arini langsung disambut dengan tatapan sinis dari pada kolega kantornya.“Mbak Arini, kok tiba-tiba nikah gitu sih? Enggak ada kabar-kabar sama kita?”“Iya nih, atau jangan-jangan, terpaksa nikah aja tuh, soalnya…”“Hushh! Mana mungkin wanita sholeh seperti Arini melakukan itu,” ucap salah satunya dengan nada mengejek.Beberapa orang cekikikan menatap Arini yang wajahnya merah menahan malu. Lalu, buru-buru Arini pergi ke mejanya.Dua orang teman satu bagian dengan Arini menghampirinya. Mereka saling bertukar senyuman.“Selamat yaa Rin atas nikahan ka
Baca selengkapnya
Bab 4. Hampir Keguguran
Pada siang hari di kantor, Gilang memaksa Arini untuk ikut makan siang dengannya. Setelah kemarin rencananya untuk membuat Arini menggugurkan kandungan gagal, kini dia membuat rencana baru. Pria itu merasa sangat kesal dan ingin marah pada Arini kemarin. Kalo ini dia harus bisa memaksa Arini untuk tidak mempertahankan kehamilannya. Gilang mengemudikan mobil ke suatu tempat yang agak sepi di pinggiran kota. Dia belokkan mobilnya ke sebuah hotel kecil yang ada di sisi kiri jalan."Kok ke sini?" tanya Arini dengan perasaan bingung. Dia heran mengapa pria itu malah membawanya ke sebuah hotel kecil. Arini merasa takut Gilang akan melakukan sesuatu yang buruk padanya."Ikut saya turun!" ucap Gilang dengan memaksa.Arini pun mengikuti Gilang masuk ke hotel. Pria itu memesan sebuah kamar untuk mereka. Dia bawa Arini ke kamar itu dan memintanya menunggu sebentar. Gilang keluar dari kamar hotel untuk meminta bantuan dari karyawan hotel untuk membelikan makanan dan minuman untuknya dan Arini.
Baca selengkapnya
Bab 5. Permintaan Arini
Pagi hari Arini bersiap akan ke kantor. Dia membuka lemari untuk memilih pakaian. Wisnu melihat itu lalu menghampiri Arini."Kamu mau ke mana, Rin?""Ke kantor, Mas, aku mau kerja."Dahi pria itu berkerut saat tahu istrinya tetap akan ke kantor. "Dokter bilang kamu harus istirahat di rumah. Kandungan kamu lemah, belum boleh banyak gerak dulu."Pria itu ingin Arini lebih memikirkan diri sendiri dan kehamilannya daripada memikirkan pekerjaan. Kondisi kehamilan Arini masih rentan."Aku enggak bisa diem di rumah cuma tidur-tiduran gitu. Rasanya lebih capek."Wisnu menarik lengan Arini lalu mengajaknya duduk di tepi ranjang. Dia harus membuat Arini berubah pikiran agar fokus pada kehamilannya."Lebih baik kamu di rumah ya. Mas takut terjadi apa-apa sama kandungan kamu. Kamu enggak mau kan kehilangan calon bayi kamu?"Arini diam. Apa yang dikatakan Wisnu benar. Dia belum siap kalau harus kehilangan bayinya. Walaupun anak itu tidak diterima oleh ayahnya, dia tidak boleh egois hanya memikirka
Baca selengkapnya
Bab 6. Melamar Pekerjaan
Esok paginya, Arini baru keluar dari kamar mandi. Raut wajahnya terlihat panik setelah melihat bercak darah di pakaian dalamnya. Perempuan itu bergegas menuju kamar mencari suaminya. "Mas, pagi ini bisa anter ke dokter kandungan enggak?" Arini terlihat cemas dengan kandungannya. Wisnu terperanjat mendengar ucapan Arini. "Kenapa? Ada yang kerasa sakit?" Pria itu memang bahu Arini dengan perasaan khawatir. Arini menceritakan apa yang baru saja dia alami. Wisnu berpikir sesaat, tidak mungkin dia membawa Arini dengan motor pada kondisi kandungan istrinya yang lemah itu. "Kamu sabar dulu, ya. Mas mau telepon dokter kandungan. Nanti hasilnya Mas kasih tahu kamu." Arini menganggukkan kepala. Namun, dia juga merasa bingung, sejak kapan suaminya bisa dengan bebas menelepon dokter kandungan.Wisnu meraih ponsel di atas nakas. Dia cari nomor telepon dokter kandungan kemarin. Panggilan tersambung. "Halo, Dok. Istri saya pagi ini ngeflek. Harus dibawa ke sana untuk konsultasi apa saya bisa b
Baca selengkapnya
Bab 7. Ragu-ragu
Wisnu baru pulang ke rumah. Saat dia masuk kamar melihat Arini sedang berbaring dengan mata sembab. Pria itu merasa penasaran dengan apa yang menyebabkan Arini menangis. Dia menghampiri istrinya lalu duduk di tepi ranjang. "Habis nangis?" Arini bergeming. Tidak menatap Wisnu sama sekali. "Kenapa?" tanya Wisnu lagi. "Tadi katanya mau wawancara besok, kok malah nangis?" Arini bangun lalu duduk di sebelah Wisnu dengan wajah sendu. "Aku enggak jadi aja wawancaranya, Mas." Perempuan itu mengusap wajah dengan kasar. "Ada masalah?" Pria itu terlihat khawatir pada Arini. Arini bangkit. Dia menunjukkan perut yang mulai membuncit pada suaminya. "Tadi aku coba pake kemeja sama rok yang biasanya aku pake kerja dulu, tapi perut aku keliatan kayak orang hamil, Mas." Arini menghela napas. Wisnu paham dengan maksud Arini. Dengan penampilan seperti itu dia merasa pasti tidak akan lolos wawancara. Artinya dia tidak akan diterima kerja di perusahaan itu. "Emang keliatan banget?" "Enggak terla
Baca selengkapnya
Bab 8. Takut Ditolak
Arini melapor ke meja registrasi lalu mendapat nomor urut antrian wawancara. Dia duduk bergabung dengan pelamar lainnya. Perempuan itu mengamati pelamar yang ada di sana. Kebanyakan dari mereka sama dengan dia yang dulu saat baru lulus kuliah.Saat itu juga dia duduk bersama pelamar lainnya sama seperti sekarang. Namun, dulu dia begitu bersemangat. Beda dengan hari ini, dia terlihat tidak semangat dan tidak percaya diri.Perempuan itu memandangi dirinya sendiri yang tengah hamil empat bulan. Dengan perut yang mulai terlihat membuncit dan akan semakin besar seolah memaksakan diri untuk bekerja.Belum lagi saingan lainnya lebih muda dan masih belum menikah. Sebenarnya mungkin dari segi usia tidak jauh berbeda dengan Arini, tetapi kondisi Arini berbeda jauh dengan dirinya. Seandainya saja kejadian itu tidak menimpa dirinya, Arini pasti masih bekerja bersama dengan teman-temannya. Seketika dia merindukan sosok teman-teman kerjanya dulu."Berapa orang yang wawancara hari ini?" sayup Arini
Baca selengkapnya
Bab 9. Mencari Informasi
Arini tengah sibuk memilih sepatu. Dia tidak tahu jika kepergiannya tadi tanpa pamit ternyata membuat sebuah masalah kecil. Dia bahkan tidak mendengar jika sedari tadi ponselnya berdering berkali-kali.Baru setelah dia selesai membayar pesanan dan keluar dari toko sepatu, Arini mendengar suara ponselnya. Dia keluarkan ponselnya dari dalam tas. "Halo, Mas Wisnu, ada apa ya?" "Kamu di mana, Rin? Kok baru angkat telepon sih?" Terdengar nada khawatir dari suara pria yang ada di seberang panggilan telepon. "Lagi di luar, Mas. Ada apa?" "Kamu pergi enggak bilang Mama. Mama khawatir banget sama kamu. Ditelepon enggak diangkat, diSMS enggak dibales. Mama takut ada apa-apa sama kamu. Mas juga ditelepon disuruh nyariin kamu. Mas bingung harus nyariin kamu ke mana." Pria itu berkata panjang lebar karena terlalu cemas dengan Arini. Arini baru menyadari jika dia tadi memang pergi tanpa pamit pada Ratih. Dia tidak menyangka jika mamanya akan panik mencarinya. "Duh, maaf ya Mas. Aku tadi lupa
Baca selengkapnya
Bab 10. Wawancara Kedua
Arini duduk menunggu di kantor PT. Kalingga. Sebentar lagi namanya akan dipanggil masuk. Debaran jantungnya semakin cepat karena semakin dekat dengan waktu dia akan dipanggil masuk ke ruangan wawancara kedua. Pada wawancara kedua kali ini, hanya ada dua puluh orang yang lolos. Dari seleksi terakhir ini hanya lima orang saja yang akan diterima. Arini sudah pasrah, dia sadar kesempatan dia untuk diterima di perusahaan itu sangat kecil karena dia melihat peserta lain lebih kompeten dari pada dia. Arini akan memberikan jawaban terbaik untuk wawancara terakhir ini. Dia sudah tidak berharap pada hasilnya."Arini Puspasari, silakan masuk ruangan."Namanya sudah dipanggil masuk. Arini menarik napas panjang untuk menenangkan debaran jantungnya.Perempuan itu masuk ruangan sendiri. Duduk di kursi yang ada di sana. Dia menatap lurus ke depan. Apa pun pertanyaan yang diberikan akan dia jawab dengan baik.Satu persatu pertanyaan dilontarkan pada Arini. Dia bisa menjawab dengan tenang berkat usahan
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status