Istri Yang Menghilang의 모든 챕터: 챕터 41 - 챕터 50
74 챕터
Membayar 3 Milyar
Sesampainya di rumah, Mia bergegas mencari ibunya. Mia mengetuk kamar ibunya yang terkunci dari dalam."Bu, apa Ibu ada di dalam? Bolehkah aku masuk ke dalam kamarmu Bu?" CeklekPintu kamar itu kemudian terbuka, dan menguar aroma minuman alkohol dari dalam. Wanita paruh baya yang wajahnya mirip seperti Mia itu berjalan dengan sempoyongan."Ada apa kamu mencari ibu?""Bu, apa benar Ibu menjual aku kepada Justin Lake?""Bukankah kamu sudah tidur dengannya hari itu? Kamu beruntung, dia mau membeli keperawanan mu seharga 3 milyar. Hahaha," wanita itu tertawa tanpa merasa bersalah sedikit pun."Aku tidak tidur dengannya, tolong Ibu kembalikan uang 3 milyar itu!""Hei, apa salahnya kamu membantu ibumu ini? Itu adalah tanda baktimu sebagai seorang anak," ujar Gina kepada putrinya itu."Bu, kumohon. Jika kita tidak mengembalikannya, Justin mungkin akan menuntut kita," ujar Mia dengan nada memohon."Uang itu sudah habis. Kamu lebih baik pergi menemui Justin dan tidur dengannya sekarang!" peri
더 보기
Menikahlah Denganku
Ketika Hanna telah bersiap untuk pergi ke rumah sakit, Aiden meneleponnya."Hanna, kamu berangkat bekerja? Apa boleh aku yang mengantarkan kamu?" tanya Aiden."Tapi jadwalku hari ini cukup padat Aiden, dan kamu juga pasti sibuk. Aku tidak ingin merepotkan kamu.""Tidak apa, aku senang kamu merepotkan aku," ujar Aiden berusaha meyakinkan Hanna.Hari ini adalah jadwal temu janji Hanna dengan Betsy, dia sungkan jika nanti tidak sengaja bertemu di rumah sakit dan mereka melihat Aiden mengantarkan dia ke rumah sakit."Ayolah, aku ingin mengantar kamu. Lagipula hari ini bukankah Mia cuti sakit, kamu pasti akan kerepotan sendirian.""Alasan macam apa itu, bahkan kamu tidak mungkin bisa menggantikan pekerjaan Mia," Hanna merasa lucu dengan tingkah Aiden."Ya, pokoknya aku yang akan mengantarmu ke sana. Aku sekarang menunggu di depan pintu kamar apartemen mu. Ayo cepat, nanti kamu bisa terlambat," bujuk Aiden.Hanna membuka pintu kamarnya, dan benar saja pria itu telah menunggu di depan pintu k
더 보기
Aku Sebenarnya Sudah Tahu
Hanna diantar dan ditemani oleh Aiden seharian ini."Aiden, aku ini sehat dan kuat. Tidak perlu kamu menemaniku terus," mereka mengobrol sambil bergandengan tangan di lorong lantai apartemen mereka tinggal."Sesekali saja, tidak jadi masalah. Perusahaan masih bisa berjalan walau tanpa kehadiranku.""Dan..bolehkah aku menemui ayah dan ibumu besok?" tanya Aiden."Besok? Kenapa terburu-buru sekali? tanya Hanna."Aku memang sedang terburu-buru ingin menikah denganmu, Hanna," ujar Aiden sambil memegang hidung Hanna."Baiklah, aku akan menyampaikan kepada ayah dan ibuku terlebih dulu. Nanti aku kabari kamu, oke?""Oke," ujar Aiden senang."Yasudah, kamu pergi ke kamarmu sana! Sampai jumpa besok," Hanna ingin menekan password pintu kamar apartemen nya. Tapi, dia tidak ingin Aiden mengetahui password kamarnya lagi."Iya, sampai jumpa besok sayang. Cup!" Aiden mengecup dengan cepat pipi Hanna, lalu segera masuk ke kamar apartemen miliknya.Hanna sempat terkejut, namun setelah sadar dia tersenyu
더 보기
Kenyataan Sebenarnya
"Hanna, apa kamu sudah selesai bekerja?" tanya Aiden."Iya, sebentar lagi aku akan pulang," Hanna masih merasa terganggu dengan mimpinya semalam, sehingga dia sedikit kesulitan berbicara seperti biasanya kepada Aiden."Aku akan menjemputmu, kemudian kita akan mencari hadiah kecil untuk ayah dan ibumu," ujar Aiden."Hmmm, oke." Setelah beberapa saat Aiden telah sampai di rumah sakit dan menjemput Hanna, mereka menuju ke pusat perbelanjaan.Ketika sedang berjalan menyusuri pusat perbelanjaan itu, Aiden memegang tangan Hanna beberapa kali namun dia selalu berpura-pura menyibukkan diri dan melepaskan tangan Aiden.Aiden memilih hadiah untuk Dante dan Clara untuk menunjukkan sedikit perhatian dan kesopanan sebagai calon menantu.Dia merasa tidak enak datang dengan tangan kosong."Bagaimana menurutmu lukisan ini, Hanna? Apakah Dante akan menyukainya?" "Lebih baik kamu memberinya sebuah buku, Ayah sangat suka membaca tentang buku-buku psikologi," ujar Hanna."Oke.""Lalu, apa yang disukai
더 보기
Dua Pria Kekanakan
Hanna yang baru saja keluar dari kamarnya dan sedang menuruni tangga merasa kaget mendengar suara benda jatuh. Dia bergegas menuju ke arah taman belakang."Mengapa dia melakukan itu semua?" tanya Aiden kepada Dante. "Perasaannya sangat terluka dan kecewa, dia tidak dapat menanggung rasa kehilangan yang bertubi-tubi. Dia merasa bahwa dirinya sudah tidak layak hidup. Tapi kemudian dia memutuskan untuk melupakan semua agar bisa melanjutkan hidup," jawab Dante."Ayah, aku mendengar suara benda yang pecah, apa yang terjadi?" tiba-tiba terdengar suara Hanna di belakang mereka."Itu..eemmm, aku..au!"Aiden kehilangan fokusnya dan menginjak pecahan cangkir yang terjatuh di dekat kakinya."Hei, kenapa kamu tidak berhati-hati? Sini aku lihat!" ujar Hanna berjongkok melihat kaki Aiden."Untung saja hanya tergores sedikit. Kamu pindah ketempat lain dulu, aku bersihkan pecahan cangkirnya," ujar Hanna."Biar aku saja, kamu sedang hamil tidak boleh berjongkok terlalu lama. Lebih baik kamu membantu
더 보기
Kita Bersepakat
"Lepaskan tanganmu, aku bisa berjalan sendiri!" Aiden merasa risih karena Brian Hart memegang dan menarik tangannya."Aiden, ayo kita bertransaksi! Asalkan kamu pergi dari hidup Alena akan aku berikan separuh kekayaanku.""Cih, aku tidak butuh kekayaanmu. Aku sudah cukup kaya!""Bukankah Dante sudah mengatakan kepadamu, Alena yang memutuskan mengoperasi wajahnya dan dia sendiri yang menghilangkan ingatannya. Dia sangat menderita karena mu dan membencimu.""Dia membenciku karena dia mencintaiku. Aku akan membuatnya memaafkan aku dengan caraku mencintainya.""Begini saja, aku punya penawaran untukmu Aiden. Bukankah kamu mencari Jake selama ini? Aku akan memberitahumu dimana dia, asalkan kamu berpisah dengan Alena.""Jake? Kamu tahu dimana bajingan itu berada?""Jika kita bersepakat, aku akan membawa dia kepadamu. Bagaimana, Aiden?"Aiden melihat jauh ke dalam mata Brian, dalam beberapa detik dia tampak berpikir, "Apapun yang kamu tawarkan, aku akan memilih Alena.""Benarkah? Apa kamu ti
더 보기
Ibu Kandung Yang Jahat
Brian membawa Mia sambil menggandeng tangannya hingga keluar pintu Bar. Namun, setelah Mia pergi dari ruangan itu, Mia tidak mampu lagi mempertahankan ketegarannya. Lututnya seketika menjadi lemas.Lagi-lagi ibunya menjebaknya untuk membayar hutang. Ibu Mia tidak pernah dapat melepaskan kebiasaan berjudi dan mabuk-mabukan.Sore tadi sepulang kerja, sesampainya di rumah dia mendapat telepon yang mengatakan ibunya dipukuli oleh rentenir di sebuah bar karena tidak mampu membayar hutang.Mia yang polos dan menyayangi ibunya, datang ke bar itu untuk menolong ibunya. Tidak disangka, sesampainya di sana Mia ditangkap dan dipakaikan baju seksi, kemudian dikurung ke dalam kerangkeng besi.Dari dalam kerangkeng besi Mia menyaksikan Gina dengan tertawa lebar mendapatkan uang senilai 150 juta."Gadis ini masih perawan, kalian pasti bisa mendapatkan harga yang tinggi ketika melelangnya," ujar Gina kepada pemilik bar itu."Ibu, jangan tinggalkan aku disini? Aku akan memberikan sejumlah uang yang sa
더 보기
Aku Merestui Mereka
Mia yang telah menangis sepanjang hari kemudian lelah, dia tertidur lelap di tempat tidur.Brian menatap wajah gadis yang telah tidur terlelap itu."Tidak kusangka, wajahmu yang selalu terlihat riang dan ceria, ternyata selama ini menyimpan beban yang begitu berat," gumam Brian.Brian kemudian memilih untuk tidur di sofa.Keesokkan harinya, Brian terbangun pagi sekali. Brian memerintahkan Carl untuk mengantarkan pakaian yang dibelinya malam tadi."Bos, tadi malam aku sudah membawa baju untuk Nona Mia, kenapa tiba-tiba mengusirku?" tanya Carl."Itu karena..."Tiba-tiba kalimat Brian terhenti ketika melihat Mia yang telah berjalan menuju dapur, mengambil segelas air dan meminumnya. Dia nampak seksi dan cantik mengenakan kemeja milik Brian.Carl pun secara tidak sengaja melihat Mia, "Pantas saja Bos menolak baju yang aku antarkan tadi malam. Dia tidak ingin melewatkan pemandangan ini," ucap Carl hanya dalam pikirannya."Alihkan pandangan matamu Carl, atau kamu akan ku buat menjadi buta b
더 보기
Tetap Menyayangi Seperti Anak Sendiri
"Selamat pagi Ayah, Ibu.." sapa Alena.Clara tersenyum memandangi Alena, "Selamat pagi sayang.""Selamat pagi Alena," sapa Dante.Alis Alena sedikit berkerut mendengar panggilan Dante, dan wajah Clara yang semula tersenyum kemudian bersedih."Maaf Alena, bukan maksud ayah untuk terkesan membuat jarak. Kamu sudah mengetahui semuanya, jadi Ayah pikir lebih baik jika kita memanggil namamu yang sebenarnya," ujar Dante menjelaskan."Ibu dan Ayah menyayangi kamu seperti puteri kami sendiri Alena, bukan karena wajahmu yang dibuat menjadi Hanna. Kami menyayangimu dengan tulus," ujar Clara menambahkan.Alena tersenyum, "Tentu saja aku tahu Ayah dan Ibu tulus menyayangi aku seperti anak sendiri. Jangan khawatir, aku tidak akan salah paham kepada kalian. Kalian sangat baik kepadaku selama ini.""Ayo makan yang banyak, Ibu lihat berat badanmu tidak banyak bertambah selama beberapa bulan ini," ujar Clara sambil menyendok makanan ke piring Alena."Jadi, kapan kah kamu dan Aiden berencana menikah?"
더 보기
Panggilan Kakak
Brian mengantarkan Mia ke rumah karena dia ingin mengambil beberapa barang penting."Apa kamu perlu aku temani masuk ke dalam rumah?" tanya Brian."Tidak, Ibuku biasanya pulang larut malam dalam keadaan sangat mabuk, dan dia akan terbangun keesokkan harinya pada siang hari. Walaupun dia terjaga sekarang, kamu juga tidak perlu terlalu mengkhawatirkan aku. Aku hanya perlu beberapa menit. Oke?""Oke. Jika kamu memerlukan sesuatu, segera berteriak saja memanggilku."Mia mengangguk, lalu kemudian masuk ke dalam rumah. Seperti yang telah diduganya bahwa ibunya saat ini sedang tidur dengan nyenyak, dan dengkurannya terdengar dari kamarnya.Mia mengambil beberapa pakaian, buku catatan medis, dan sebuah kotak kecil. Mia kemudian segera keluar dari dalam rumah."Ayo kita pergi!" ajak Mia."Iya. Ayo!" jawab Brian.Brian pun melajukan mobilnya meninggalkan komplek perumahan yang ditinggali Mia dan ibunya.Sepanjang jalan Mia tampak memeluk sebuah kain lampin bercorak bunga edelweis dan sebuah kan
더 보기
이전
1
...
345678
DMCA.com Protection Status