"Selamat pagi Ayah, Ibu.." sapa Alena.Clara tersenyum memandangi Alena, "Selamat pagi sayang.""Selamat pagi Alena," sapa Dante.Alis Alena sedikit berkerut mendengar panggilan Dante, dan wajah Clara yang semula tersenyum kemudian bersedih."Maaf Alena, bukan maksud ayah untuk terkesan membuat jarak. Kamu sudah mengetahui semuanya, jadi Ayah pikir lebih baik jika kita memanggil namamu yang sebenarnya," ujar Dante menjelaskan."Ibu dan Ayah menyayangi kamu seperti puteri kami sendiri Alena, bukan karena wajahmu yang dibuat menjadi Hanna. Kami menyayangimu dengan tulus," ujar Clara menambahkan.Alena tersenyum, "Tentu saja aku tahu Ayah dan Ibu tulus menyayangi aku seperti anak sendiri. Jangan khawatir, aku tidak akan salah paham kepada kalian. Kalian sangat baik kepadaku selama ini.""Ayo makan yang banyak, Ibu lihat berat badanmu tidak banyak bertambah selama beberapa bulan ini," ujar Clara sambil menyendok makanan ke piring Alena."Jadi, kapan kah kamu dan Aiden berencana menikah?"
Brian mengantarkan Mia ke rumah karena dia ingin mengambil beberapa barang penting."Apa kamu perlu aku temani masuk ke dalam rumah?" tanya Brian."Tidak, Ibuku biasanya pulang larut malam dalam keadaan sangat mabuk, dan dia akan terbangun keesokkan harinya pada siang hari. Walaupun dia terjaga sekarang, kamu juga tidak perlu terlalu mengkhawatirkan aku. Aku hanya perlu beberapa menit. Oke?""Oke. Jika kamu memerlukan sesuatu, segera berteriak saja memanggilku."Mia mengangguk, lalu kemudian masuk ke dalam rumah. Seperti yang telah diduganya bahwa ibunya saat ini sedang tidur dengan nyenyak, dan dengkurannya terdengar dari kamarnya.Mia mengambil beberapa pakaian, buku catatan medis, dan sebuah kotak kecil. Mia kemudian segera keluar dari dalam rumah."Ayo kita pergi!" ajak Mia."Iya. Ayo!" jawab Brian.Brian pun melajukan mobilnya meninggalkan komplek perumahan yang ditinggali Mia dan ibunya.Sepanjang jalan Mia tampak memeluk sebuah kain lampin bercorak bunga edelweis dan sebuah kan
"Astaga James!" Alena terkejut melihat bahwa si penolong yang terluka parah itu adalah paman kandung Aiden.Tepat ketika Alena menyebut nama James, Mia baru saja masuk di ruang gawat darurat. Mendengar Alena memanggil nama James dengan panik, Mia segera berlari menghampirinya."Mia, ayo cepat atur agar ruang operasi segera disiapkan! Waktu kita tidak banyak lagi. Kita tidak bisa menunda-nunda operasi. James sudah dalam kondisi kritis.""Iya, Hanna!" untuk menghindari kebingungan dari rekan-rekan di rumah sakit, Mia masih memanggil nama Hanna untuk Alena, karena saat ini hanya sedikit orang yang mengetahui identitas asli Hanna.Sementara Mia menyiapkan ruang operasi dan timnya, Alena meraba area tubuh James yang tertusuk besi mobil."Paru-paru tembus, hati sepertinya terkena, jantungnya melemah tapi ritme detaknya masih teratur. Semoga organ yang lainnya tidak terluka parah. Oh Tuhan, James bertahanlah. Kumohon!"Alena berkata dan berdoa dalam hati.Beberapa menit kemudian, "Hanna, sem
Setelah dua hari James sadar, namun sebaliknya kondisi Aiden sebagai pendonor justru belum sadarkan diri."Bagaimana perasaanmu James?" tanya Alena setelah memeriksa James."Aku bisa bangun dan melewati kematian, tentu saja perasaanku baik.""Bagaimana keadaan Aiden sekarang?" James diberi tahukan bahwa Aiden mendonorkan hatinya kepada James untuk menolongnya."Aiden belum sadarkan diri. Jika sampai besok pagi dia tidak sadarkan diri, aku akan mencari sebuah tanaman penyembuh untuknya di Himalaya.""Apa maksudmu Hanna? Apa yang terjadi kepadanya?""Kalian memiliki golongan darah yang langka. Pemilik golongan darah jenis ini biasanya memiliki kemampuan regenerasi sel hati yang lebih lambat. Aiden memberikan hatinya sebanyak 60 persen untukmu James. Aku sudah mengatakan padanya bahwa resiko untuk pendonor hanya 40 persen untuk selamat. Maafkan aku James, aku tidak mungkin membiarkanmu mati begitu saja. Waktu itu, kamu benar-benar telah berdiri di ujung jurang maut." Alena berkata denga
Brian segera terbang ke Malta dengan pesawat pribadinya."Bos, sebentar lagi kita akan mendarat di Malta," lapor Carl kepada Brian.Brian kemudian menegakkan sandaran kursinya.Matanya kelelahan menyelesaikan beberapa pekerjaan melalui perangkat lunak berjam-jam sambil di perjalanan."Apakah orang-orang kita tidak menemukan apapun di Himalaya?""Mereka tidak dapat menemukan tanaman itu Bos, berkali-kali mereka mengelilingi pegunungan dengan teliti mencari.""Artinya sekarang nasib Aiden tergantung kepada kita," ujar Brian."Andai saja aku tega, aku akan membalaskan kekejaman yang dilakukannya dahulu kepada Alena sekarang.""Hmmm, bagaimana jika kita berpura-pura tidak menemukan obat itu saja? Bagaimana menurutmu Carl? Hehehe.""Bos tidak mungkin tega," ujar Carl."Aku tega, hanya saja dunia tidak akan seru lagi tanpa kehadirannya. Hanya dia yang mampu menyeimbangi aku. Betul tidak Carl?""Ya, sepertinya begitu Bos," jawab Carl terpaksa menyetujuinya. Karena dia tahu, Brian bukan seseo
Saat ini di rumah sakit Alena sedang berusaha menyembuhkan Aiden dengan metode-metode yang dia bisa.Meskipun Aiden sudah sadar di hari kelima setelah operasi donor hati itu, namun sudah hampir dua minggu Aiden dirawat di rumah sakit.Dia tidak tampak membaik. Kondisinya melemah dari waktu ke waktu. Kulit dan matanya menguning, menandakan hatinya sedang tidak baik-baik saja.Alena melakukan pemeriksaan dengan ultrasonografi, organ hati Aiden mengalami penyusutan.Bagi pendonor biasa, pada umumnya hati akan mengalami regenerasi dan membesar perlahan ke ukuran semula setelah beberapa minggu dengan meminum obat-obatan dan vitamin liver.Alena merasa sedih dari waktu ke waktu melihat kondisi Aiden yang tidak juga membaik."Aiden, maafkan aku. Seandainya waktu itu aku memilih untuk tidak memintamu mendonorkan sebagian hatimu kepada James, kamu tidak akan sampai seperti ini. Bertahanlah sedikit lagi. Kakak pasti akan segera menemukan tanaman penyembuh itu."Alena menangis sambil memegang ta
Aiden kembali pulang ke rumah dan beristirahat total selama beberapa hari. Adam dan Marta tidak mengizinkan dia pulang ke apartemennya sementara waktu ini."Ma, Pa, kenapa aku tidak kembali ke apartemen saja. Aku sudah cukup sehat sekarang," keluh Aiden."Tidak, kamu lebih baik di sini, banyak yang akan merawat dan memperhatikan kondisimu. Jika kamu di apartemen, Hanna akan terjaga terus menerus untuk merawat kamu. Dia sudah cukup kelelahan beberapa hari ini, kondisinya tidak terlihat baik," ujar Adam kepada putranya itu."Benar, Aiden. Lagipula Hanna saat ini sedang mengandung. Mama lihat, karena belakangan dia sibuk merawat kamu, dia menjadi semakin kurus dan tidak memikirkan dirinya dan kandungannya," timpal Marta."Iya, Mama Papa ada benarnya. Aku akan beristirahat dan memulihkan diri di sini saja," Aiden juga tidak ingin Alena kelelahan karena turun tangan sendiri merawat dia terus menerus."Hmmm, sebenarnya aku belum memberitahukan sesuatu kepada kalian, Ma, Pa. Tentang siapa Ha
Mia kini tinggal bersama di apartemen milik Alena. Alena melarang Mia untuk pergi dan menyewa apartemen lain, karena salah satu kamar di apartemen miliknya itu juga kosong.Mia dan Alena baru saja selesai mandi setelah seharian bekerja di rumah sakit dan di Institut Penelitian AS.Saat ini mereka saling bergantian menyisir dan mengeringkan rambut mereka."Alena, perutmu sudah semakin membesar, apa kamu yakin tidak ingin melaksanakan pernikahan secepatnya?""Tidak, aku ingin menyelesaikan proyek penelitian kita terlebih dahulu. Dengan begitu, semua beban pekerjaanku tidak begitu banyak setelah menikah. Setelah menikah, aku ingin pergi ke Valletta bersama Aiden. Lagipula itu adalah negara kelahiranku.""Ya, dengan gaun yang lebar, kamu bisa menutupi perutmu. Lagipula, secara keseluruhan, kamu masih terlihat ramping untuk wanita yang sedang hamil 5 bulan lebih. Hehehe.""Mia, kemari berikan tanganmu," Alena menarik tangan Mia yang sedang mengeringkan rambutnya, perlahan memegang perutnya