All Chapters of MALAM PERTAMA SI GADIS DESA: Chapter 41 - Chapter 50
52 Chapters
Bab 41
"Ya udah kalau gitu, aku mau pulang sekarang.""Oh iya tunggu, ya." Haji Burhan ke dalam untuk mengambil kunci, kemudian dia tak sengaja melihat Santi yang sedang menangis sambil memeluk guling. "Kenapa semua orang selalu tidak pernah menganggap aku ada. Aku kan juga mau jalan-jalan pake mobil Bapak. Mereka jahat!"Hati seorang ayah mana yang tidak kasian melihat anaknya yang menangis cuma karena ingin jalan menggunakan mobil. Haji Burhan masuk ke dalam kamar sang putri kemudian duduk di sampingnya. "Kamu mau ikut sama Zafar?" tanya Haji Burhan pelan sambil mengusap kepala Santi. Sontak wanita itu mendongak menatapnya. "Emang boleh? Aku nanya aja gak di denger.""Ya gak papa kalau mau ikut. Tapi mereka bukan mau jalan-jalan, tapi mau beli bahan-bahan doang, kalau emang kamu mau jalan, kan bisa nanti sama Bapak, ya?""Ah Bapak kelamaan, paling juga gak jadi mulu.""Ya udah terus kamu maunya gimana?""Kan tadi aku udah ngomong, Bapak!" Wanita merengek. "Ya udah, kamu boleh pergi. Be
Read more
Bab 42
"Enak baksonya?" Hilma mengangguk. Dari ujung matanya dia melirik Santi yang tengah menatap dirinya dengan raut wajah yang terlihat kesal. Wanita itu kembali menikmati bakso, merasa tak peduli dengan Santi yang sedari tadi seperti menginginkan perhatian suaminya. Meskipun Santi adalah anak Haji Burhan, Hilma tidak akan segan untuk menyingkirkan dia jika berani mendekati suaminya. Dari sejak awal perilaku Santi sudah bisa Hilma tebak, selalu mencari kesempatan untuk mendekati suaminya itu. "Nanti ya, Neng, ini masih ada sepuluh porsi lagi yang mau di bikin, kasian anak kecil yang beli, antri, ya.""Loh kan aku dari tadi pesannya, kok malah dia dih yang di duluin!" kata Santi tak Terima. "Kan Neng baru aja pesan, sedangkan tadi udah duluan anak ini. Maaf, ya.""Memangnya gak bisa gitu buatin dulu, cuma satu doang, kok.""Baksonya baru masuk, jadi yang ini pas banget tinggal sepuluh porsi lagi.""Ishh!" Santi menghentikan kaki, dia menatap sinis pada Hilma yang tampak tidak memperdul
Read more
Bab 43
Sedangkan di rumah Haji Burhan, Santi tak henti-hentinya pura-pura menangis untuk mendapatkan simpati sang ayah. Bahkan dia mengadu yang tidak-tidak tentang Hilma untuk membuat sang ayah tidak menyukai istrinya Zafar itu. "Aku yakin, Yah, pasti dia yang minta Zafar untuk segera pergi. Dia itu iri sama aku, karena aku anakmu.""Udah, ah... Ayah tau kok Neng Hilma itu anak yang baik, mana mungkin sih berbuat begitu sama orang lain.""Jadi Ayah nyalahin dia? Jelas-jelas dia sudah nindas aku hari ini, bahkan aku sampe diketawain sama orang-orang karena jatuh kesandung kaki dia."Haji Burhan diam, dia mulai terhasut oleh ucapan anaknya itu, tapi di sisi lain dia juga ragu, masa iya Hilma yang dikenal sopan dan baik hati berbuat seperti itu, bahkan pada anaknya sendiri. "Sudah... Biar ayah bicara sama Zafar, untuk ngasih tau biar dia lebih menjaga sikap istrinya itu."Santi mengangguk sambil mengusap air mata, dalam hatinya ia puas, jika perlu ingin sekali dia melihat Hilma dimarahi oleh
Read more
Bab 44
Zafar memancing untuk istrinya itu berbicara, padahal dia sudah tau pasti yang sedang Hilma pikirkan adalah Haji Burhan. Pria itu menggenggam tangan sang istri lembut, kemudian menciumnya. "Aku tau, kamu mikirin ucapan Paman, kan? Sudah aku bilang, gak usah dimasukin ke hati, jangan terlalu dipikirkan. Dia begitu pasti karena hasutan Santi.""Tapi kenapa dia jahat banget, A. Santi itu dari awal datang seperti tak suka sama aku. Apalagi kalau kita lagi berdua, terlihat jelas raut wajah sinisnya.""Maklumin aja, mungkin karena dia baru menikmati hidupnya sebagai anak dari Paman, dulu kan dia sembunyi-sembunyi dari warga, ya sekarang mungkin dia sudah bebas berperilaku. Dan itu lah sifat aslinya.""Apa mungkin juga dia suka sama kamu, A?"Mendengar penuturan sang istri, Zafar terdiam memandangnya. Ia mengingat kejadian saat pulang dari masjid tadi, seseorang menghadangnya saat di jalan, yang ternyata dia adalah Santi. Karena kebetulan wanita itu ada di sana, Zafar turun dengan niat ing
Read more
Bab 45
"Ayah tau punya ponakan modelan Zafar kenapa gak dinikahkan dengan Santi? Kenapa harus memilih perempuan kampungan itu? Kan aku juga bisa menikah sama dia, Ayah.""Mereka juga menikah karena tak sengaja, bukan murni saling suka.""Maksudnya gak sengaja?"Haji Burhan menaruh sendok yang sedang ia pegang, kemudian menceritakan awal mula Zafar dan Hilma menikah karena apa."Gitu, mana bisa ayah larang mereka. Ini sudah menjadi tradisi di sini."Santi mengangguk paham. Dia tersenyum miring memikirkan suatu hal gila apa yang akan wanita licik itu lakukan. "Sayang sekali, ya. Padahal aku lihat-lihat Zafar tertarik sama aku. Kemarin aja dia lihat aku sampai segitunya. Cuma ya... Istrinya aja itu, si Hilma yang suka tiba-tiba muncul kayak kunti!""Kamu jangan berharap apa pun sama dia. Zafar sudah bisa menerima Hilma, bahkan mereka sedang bahagia ini, karena telah mengandung anak pertama.""Apa!" Santi melotot tak percaya mendengar penuturan sang ayah, karena Haji Burhan kemarin tiga hari se
Read more
Bab 46
Hilma kembali menikmati makanan yang sudah tidak mengunggah selera, tapi karena sayang jika di buang, maka ia harus menghabiskannya. Dengan wajah yang ditekuk, matanya melirik Zafar yang kembali turun mengenakan jaket. Karena posisi baru jam sembilan, bahkan matahari belum sepenuhnya muncul di langit. Membuat udara menjadi dingin. "Aku pergi dulu, ya." Zafar menghampiri kemudian mengecup kepala istrinya itu. Saat mengulurkan tangan, ia melihat istrinya itu berubah, tidak seperti tadi yang nampak segar sekali wajahnya. "Boleh kan aku pergi?""Kalau pun di larang, kamu bakalan tetap pergi, kan?"Zafat tersenyum, ia tau kenapa istrinya itu menjadi seperti ini. "Sayang... Aku ke rumah paman cuma mau membicarakan pembuatan alat untuk menarik air sungai ke sawah. Gak aneh-aneh, kok.""Hmm, ya udah pergilah kalau begitu. Nanti telat."Zafar menghela napas pelan melihat istrinya yang berbicara tanpa menatap dirinya. Karena waktu sudah semakin lambat, akhirnya ia kembali mengecup kening Hil
Read more
Bab 47
Hujan kembali deras lagi setelah tadi agak sedikit reda. Zafar menembusnya karena sang paman berbicara dengan sangat panik di telfon tadi. Dia terpaksa datang karena sang paman memohon, sedangkan hatinya merasa berat untuk meninggalkan Hilma yang masih belum mau bicara dengannya. Pria itu bergegas turun dari motor dan mengetuk pintu dengan tubuh yang kedinginan. Haji Burhan datang, ia melihat Zafar basah kuyup, kemudian meminta Santi untuk mengambilkan anduk. Santi tersenyum saat mengalungkan handuk itu padanya, sedangkan Zafar langsung menepis tangan wanita itu yang sangat tidak sopan. "Apa yang bunyi, Paman?" tanya Zafar, sambil masuk ke dapur, karena tadi sang paman bicara bahwa gasnya bocor karena mengeluarkan bunyi dan bau. "Gak tau, tadi bau sama ada bunyi, ya kan, Santi?""I–iya, Aa, tadi bunyi gitu. Aku jadi takut...." Santi memanfaatkan situasi sambil memegangi tangan Zafar, membuat pria itu menatapnya tajam. "Kamu cek deh, paman mau ke atas dulu, sakit pinggang rasanya.
Read more
Bab 48
"A, yakin beli sebanyak itu?" Komar yang tadi hanya melongo kini bertanya saat melihat penjual dodol itu mulai menimbang dan memasukan dodol ke dalam kresek hitam yang cukup besar."Yakin dong... hanya dengan cara ini aku bisa meluluhkannya!""Meluluhkan siapa, A?"Zafar yang keceplosan langsung tutup mulut, kemudian meminta Komar untuk diam. Berisik sekali dia sedari tadi terus bertanya.Wajah Zafar berbinar dan dia membayangkan raut wajah sang istri saat mendapatkan dodol-dodol ini. Pria itu bergegas membayar dan mengajak Komar untuk pulang. Sepanjang jalan ia berharap semoga Kanjeng Putri itu tidak merajuk lagi.Malam semakin larut, mereka berdua kini sudah sampai di depan rumah, Zafar memberikan satu kilo dodol itu untuk Komar, dan juga uang sebagai tanda terima kasih untuknya."Kok, pake segala ngasih uang, A. Kan saya jadi enak," kata Koma r sambil nyengir. "Makasih ya, Mar. Udah kamu sekarang pulang, kasian istri kamu nungguin.""Iya, A. Makasih, ya. Kalau butuh bantuan lagi,
Read more
Bab 49
"Akhirnya selesai, sekarang aku tinggal mandi dan ngasih bekal ini buat Aa." Hilma tersenyum melihat menu-menu makanan yang sudah tersaji di meja. Ia sudah memisahkan mana yang akan di bawa dan untuk sarapan sang ayah di rumah.Wanita itu naik ke kamar untuk mandi gan berganti baju, kemudian sedikit memoles wajahnya dan memakai lipstik agar lebih segar.Setelah rapi ia turun lagi dengan suasana hati yang gembira. Pokoknya nanti ia harus meminta maaf atas perilakunya yang semalam. Hanya karena cemburu ia jadi mengacuhkan sang suami. Yang padahal Zafar sama sekali tidak ada niat untuk berdekatan dengan Santi.Sepeda ia goes menuju ke Konveksi setelah berpamitan dengan sang ayah yang sedang menikmati hidangannya. Semilir angin menabrak wajah membuat wanita itu tersenyum. Menarik napas dalam menghirup udara desa yang masih sangat segar.Dari kejauhan matanya menatap sang suami yang sedang membantu menurunkan bahan-bahan kain yang sangat besar itu. Membuat suaminya sampai membungkuk memba
Read more
Bab 50
Santi melirik dari ujung matanya, kemudian dia tersenyum miring melihat sang ayah yang nampak emosi sekali. Wanita itu berhasil membuat seorang Haji Burhan yang dulunya rendah hati dan baik pada semua orang, kini ia nampak menjadi orang yang perhitungan."Tenang, Ayah... aku akan bantu untuk bikin mereka menyesali semuanya."'Lihat aja, setelah ini Hilma pasti akan kena marah habis-habisan sama Ayah. Aku harus menyusun rencana baru agar Zafar membela Ayah dan hubungan dia dengan istrinya itu renggang,' batin Santi."Ternyata wanita selugu dia bermuka dua. Padahal dulu siapa yang sering menolongnya kalau bukan saya!" tekan Haji Burhan, membuat hati Santi semakin gembira mendengarnya."Minta aja modal yang pernah Ayah berikan pada Zafar. Biar mereka tau rasa!"Haji Burhan menatap anaknya itu, ia kemudian duduk kembali setelah tadi berdiri karena emosi."Ayah gak bisa kalau lakuin itu, karena modal yang diberikan pada Zafar, itu uang ibunya dulu yang Ayah pinjam.""Jadi....""Kalau soal
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status