Semua Bab Kontrak Pernikahan Sang CEO: Bab 31 - Bab 40
82 Bab
31. Perasaan Tidak Karuan
Pantai telah dipenuhi lautan manusia ketika Arsen dan Layla tiba. Festivalnya dimulai jam enam sore, tetapi para pengunjung katanya sudah berdatangan sejak pukul empat. Sekarang sudah hampir pukul sembilan, sementara peluncuran kembang apinya akan dimulai sebentar lagi.Para pengunjung kebanyakan berkumpul di tepi pantai, duduk berlesehan menggunakan alas piknik yang dibentangkan di atas pasir. Beberapa orang terlihat bermain di tepi laut, bertelanjang kaki dan merasakan gulungan ombak membilas kulit mereka. Ada musik jazz yang diputar dengan volume yang menenangkan di telinga.Stand-stand makanan berjejer di sisi kiri pantai, dikerumuni oleh banyak pengunjung yang antri untuk membeli. Layla tersenyum menatap kumpulan anak-anak yang berlari-lari kecil sambil memainkan lampu led yang berkerlap-kerlip."Apa kau ingin membeli makanan dulu? Atau minuman?" Arsen bertanya seraya menuntun Layla untuk menyeberangi jalan menuju pantai.Keduanya sudah sepakat untuk tidak menonton festival sam
Baca selengkapnya
32. Masalah
"Oh, kembang apinya akan segera dinyalakan."Para pengunjung mulai bersorak heboh ketika kembang api akan segera diluncurkan. Mereka berbondong-bondong ke pangggung di dekat stand makanan, tempat di mana kembang apinya akan dinyalakan.Suasana pantai yang tadinya tenang oleh musik ballad, kini menjadi riuh karena antusiasme dari pengunjung festival. Mereka seperti semut yang datang bergerombol dan berkerumun pada makanan manis."Ayo cari tempat yang bagus untuk melihat kembang apinya." Arsen tanpa basa-basi meraih tangan Layla untuk digenggam. Ia menatap kerumunan orang di dekat panggung, lalu sisi kanan pantai yang agak sepi."Mm, kau ingin di mana?" Layla bertanya dengan bingung.Ia sebenarnya ingin meminta pada Arsen agar mereka pergi ke tempat yang lebih sepi saja, tetapi bagaimana kalau Arsen ingin bergabung dengan para pengunjung di panggung?Ia tidak mau Arsen mengalah dan memilih menuruti keinginannya. Ia tahu benar itulah yang akan Arsen lakukan jika ia mengatakannya.Layla t
Baca selengkapnya
33. Mendadak Sekamar
"Kalian datang?" Kata Arsen, tercengang. Ia meneliti wajah sang nenek dan Kiran yang tampak lelah. "Kenapa tidak menelepon? Kami akan langsung pulang jika tahu kalian akan datang."Nenek menggeleng. "Tidak apa-apa, kami juga belum lama tiba di sini, Nak. Saat penjaga gerbang bilang kalau kalian sedang keluar, Kiran memberitahu tentang festival dekat pusat kota dan mungkin kalian pergi ke sana. Jadi, kami tidak ingin mengganggu, benar 'kan?" Nenek tersenyum menatap Kiran yang langsung mengangguk-angguk."Kami memang pergi ke festival tapi—""Hooooooo jadi benar, ya? Kalian pergi kencan ke festival? Coba lihat, Kak Layla juga pakai jaket Kak Arsen! Manis sekali!" Kiran menyahut dengan suara melengking, ia mengedipkan matanya pada Layla yang kontan menggeleng dengan pipi memerah."Tidak, kami hanya pergi melihat kembang api ..." Layla mencoba menjelaskan, tetapi nenek meraih tangannya dan menepuk-nepuknya."Tidak perlu malu, Nak. Memang begitu, 'kan? Pengantin baru harus sering menghabis
Baca selengkapnya
34. Kejadian Memalukan
Layla terbangun sendirian di kamar Arsen pagi itu, ia mengira kalau Arsen mungkin tidur di ruang kerjanya. Layla bukannya berharap mereka tidur bersama, tetapi ia tidak mau pria itu tersiksa dengan tidur di sofa, sementara ia tidur dengan nyaman di kasurnya.Ia tahu benar tidak ada apa pun yang akan terjadi di antara keduanya, dan mereka bisa menaruh guling di tengah sebagai batas.Pagi itu, ia minum teh bersama nenek dan Kiran sebelum membersihkan rumah. Kiran berencana untuk mengajaknya ke mall demi membeli beberapa dekorasi pesta ulang tahun Arsen.Ulang tahun pria itu memang selalu dirayakan tiap tahun dan yang hadir hanya anggota keluarga. Kemudian, tahun ini, ditambah dengan keluarga Layla. Tidak ada orang lain yang diundang. Kiran menekankan kalau Olivia tidak akan pernah bisa datang ke perayaan ulang tahun Arsen.Mungkin mereka akan merayakan di tempat lain, pikir Layla. Tetapi ia tidak menyuarakan pendapatnya dan hanya mengangguk pada adik iparnya itu."Apa Arsen masih tidur?
Baca selengkapnya
35. Salah Tingkah
"Aku dan kak Layla ingin pergi berbelanja di mall pagi ini," sahut Kiran ketika semua piring telah dibereskan. Ia menatap Layla yang sedang memberikan teh pada nenek dengan senyum lebar."Kalian ingin diantar?" Tawar Arsen."Tidak usah, biar Pak Surya yang mengantar kami.""Bukannya kau ingin ke kantor?" Tanya Layla, menatap Arsen. Ia duduk di samping nenek dan memperhatikan wajah suaminya yang tampak lelah karena kurang tidur."Ya, walaupun sudah terlambat. Sebenarnya tinggal menyelesaikan beberapa hal." Arsen mengangkat bahu dan tersenyum tipis. "Aku akan mengambil cuti mulai besok sampai beberapa hari ke depan. Mungkin sampai seminggu.""Baguslah, kau memang perlu mengambil istirahat sebentar," kata nenek."Iya, itu juga sebagai ganti cuti pernikahan sebelumnya."Nenek mengangguk. "Walaupun bukan cuti pernikahan, kalau kau lelah, beristirahatlah. Jangan terlalu memaksakan diri.""Aku mengerti.""Kalau begitu, selama cuti, habiskanlah waktumu bersama istrimu." Nenek mengusap pelan p
Baca selengkapnya
36. Pijat Salah Paham
Layla terdiam dan melirik suaminya.Jika diingat-ingat, Arsen selalu terlihat seperti itu ketika Layla memujinya atau menatap ke dalam matanya dan tersenyum. Kemudian, dia akan memalingkan wajah, lalu berdeham.Aneh.Layla tidak mengerti, tetapi di sisi lain ingin tahu apa yang Arsen pikirkan ketika berekspresi seperti itu.Mobil kembali berhenti karena lampu merah. Layla beralih menatap tangannya, lalu memainkan gantungan sepatu bayinya. Arsen memperhatikan hal itu, ekspresinya seketika berubah. Ada rasa bersalah yang melintas di matanya sebelum dia mengontrol ekspresinya menjadi datar kembali.Sepanjang perjalanan, mereka berdua hanya saling diam. Sampai kemudian, Layla melihat mall di mana seharusnya ia turun. Tetapi Arsen tidak menghentikan mobilnya dan terus melaju dengan kecepatan sedang.Apakah Arsen lupa kalau ia harus turun di sana?"Arsen, mall-nya sudah lewat." Layla kontan menyentuh lengan Arsen, siapa tahu pria itu tidak fokus karena lelah.Tetapi Arsen justru menggeleng.
Baca selengkapnya
37. Olivia dan Kebusukannya
'Direktur Muda Arsen Sergio dan Istrinya'.Olivia membaca judul dari halaman utama majalah yang ia beli. Senyum sinis menghiasi bibirnya, ia mendecih dan merobek-robek majalah itu dengan kesal.Sialan.Benar-benar sialan.Rasanya, semakin hari, semakin menjengkelkan.Mood Olivia sudah hancur sejak pagi, tepat ketika Arsen memberitahukan perihal cuti yang akan dia ambil selama seminggu atau mungkin lebih. Menjelang ulang tahunnya, keluarganya akan datang dan dia ingin menghabiskan waktu dengan mereka.Dia tidak bisa menemui Olivia dan juga tidak akan sering menelepon.Lalu pagi ini, Olivia malah tidak sengaja melihat majalah itu, terpampang di etalase depan salah satu mall milik Sergio Industri.Olivia kira, itu hanya pemotretan biasa. Sekalipun itu foto bersama, ia yakin ia hanya akan tertawa jika melihatnya. Tetapi di luar dugaan, fotonya ternyata sangat mesra.Arsen memeluk gadis itu dan mencium puncak kepalanya. Tatapannya pada Layla tampak manis dan lembut.Rasanya amarah telah men
Baca selengkapnya
38. Harapan
Angin dingin bertiup kencang malam ini. Awan hitam menghiasi langit dan perlahan menutupi bulan yang menggantung sendirian. Tidak ada bintang.Layla menatap pemandangan yang tersaji, entah kenapa mengingatkannya pada mata Arsen yang kelam.Pria itu sedang beristirahat di kamar sekarang. Setelah kejadian memijat yang membuat Kiran salah paham, Layla menghabiskan waktunya di ruang tamu untuk membaca.Nenek dan Kiran sudah tidur di kamarnya. Kiran pasti kelelahan setelah menjelajahi mall sampai sore. Kaki Layla pegal luar biasa, tetapi sangat menyenangkan menghabiskan waktu dengan gadis itu.Kiran membeli banyak barang, bukan sekadar dekorasi. Layla sendiri hanya membeli sebuah dasi dan kemeja untuk Arsen. Ia tidak tahu harus membeli apa sebagai hadiah. Arsen juga bilang kalau hadiah apa pun tidak masalah untuk pria itu. Ia harap Arsen menyukainya.Layla ingin membuatkan makanan berkuah sebagai hadiah yang lebih spesial.Ia menutup jendela ketika angin kencang kembali bertiup, membawa bul
Baca selengkapnya
39. Harapan yang Menyedihkan
Layla terbangun karena suara petir yang menggelegar di luar.Ia membuka mata dengan perlahan dan nyaris berteriak karena melihat wajah Arsen yang hanya beberapa senti di depan wajahnya. Kemudian, ia teringat dengan apa yang mereka lakukan sebelumnya—berpura-pura menjadi suami-istri yang romantis.Layla dan Arsen tidak berniat untuk tidur dalam posisi yang sama, tetapi itulah yang mereka lakukan. Mungkin karena hujan yang mengguyur di luar dan keduanya sama-sama mengantuk waktu itu. Layla tidak tahu kapan ia menutup mata dan akhirnya kegelapan membawanya ke alam mimpi.Sekarang, posisi mereka telah berubah menjadi saling berhadapan.Entah kenapa suasananya terasa berbeda. Jantung Layla tidak lagi memukul seperti gong, malahan ia merasa ... nyaman.Apakah ia sebenarnya sedang bermimpi?Jam di dinding menunjukkan pukul dua malam. Layla mencubit kecil pahanya dan meringis. Ia sedang tidak bermimpi. Ini nyata.Arsen masih memeluknya. Satu tangannya berada di punggungnya, sementara tangan l
Baca selengkapnya
40. Kebersamaan Arsen dan Layla
Ibu mertuanya datang siang ini.Layla, Kiran, dan nenek sedang di dapur untuk membersihkan setelah makan siang ketika bel rumah berbunyi. Layla membukakan pintu dan terkejut mendapati ibu mertuanya berdiri di beranda.Arinda langsung tersenyum lebar dan membuka lengannya untuk memeluk Layla. Tidak ada yang menyangka kalau ibu Arsen akan datang hari ini, semua orang mengira Arinda akan kembali sehari sebelum ulang tahun Arsen dilangsungkan. Nenek dan Kiran bergegas keluar dari dapur ketika Layla memanggil."Ibu!" Kiran menyambut kedatangan ibu angkatnya dengan antusias.Arsen ikut muncul dari ruang kerjanya dan tersenyum lebar melihat ibunya yang tampak lebih sehat dari sebelumnya. Mereka berbicara sebentar, sebelum ibu Arsen memutuskan untuk beristirahat. Dia mengambil kamar yang berada di samping kamar nenek dan Kiran."Ayo, biar aku antar Ibu," ucap Kiran, mengambil alih tas ibunya dari tangan Arsen. "Aku ingin menceritakan beberapa hal," imbuhnya seraya menatap Layla dan Arsen deng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status