Ibu mertuanya datang siang ini.Layla, Kiran, dan nenek sedang di dapur untuk membersihkan setelah makan siang ketika bel rumah berbunyi. Layla membukakan pintu dan terkejut mendapati ibu mertuanya berdiri di beranda.Arinda langsung tersenyum lebar dan membuka lengannya untuk memeluk Layla. Tidak ada yang menyangka kalau ibu Arsen akan datang hari ini, semua orang mengira Arinda akan kembali sehari sebelum ulang tahun Arsen dilangsungkan. Nenek dan Kiran bergegas keluar dari dapur ketika Layla memanggil."Ibu!" Kiran menyambut kedatangan ibu angkatnya dengan antusias.Arsen ikut muncul dari ruang kerjanya dan tersenyum lebar melihat ibunya yang tampak lebih sehat dari sebelumnya. Mereka berbicara sebentar, sebelum ibu Arsen memutuskan untuk beristirahat. Dia mengambil kamar yang berada di samping kamar nenek dan Kiran."Ayo, biar aku antar Ibu," ucap Kiran, mengambil alih tas ibunya dari tangan Arsen. "Aku ingin menceritakan beberapa hal," imbuhnya seraya menatap Layla dan Arsen deng
Rumah telah didekor.Tepat di bagian ruang tamu, Layla dan Kiran telah memasang banyak balon dan stiker nama Arsen Sergio. Sebenarnya mereka hanya ingin membuat yang sederhana sesuai dengan umur Arsen, tetapi hasilnya jadi sangat heboh karena Kiran membeli banyak sekali hiasan dan sayang kalau tidak dipakai.Arsen sudah kehabisan kata-kata untuk memarahi adiknya yang katanya memang gila.Layla keluar dari kamar setelah mandi sore dan berganti baju. Ia merasa senang karena orang tuanya akan datang besok. Katanya setelah makan siang, sekitar jam dua. Arsen telah mempersiapkan kamar di ujung lorong untuk mereka tempati.Lantai dua sendiri sama sekali tidak ditempati. Kiran terkadang berjalan-jalan ke sana dan Layla takut bekas kamarnya akan ketahuan, tetapi syukurlah gadis itu tidak memperhatikan setiap ruangan dengan detail.Mungkin Kiran tahu mengenai hubungan Arsen dan Olivia, tetapi dia mengira bahwa Layla dan Arsen tetap tidur di kamar yang sama. Jika dia tahu kebenarannya, maka dia
Penghuni rumah telah heboh sejak pagi.Ralat, tetapi Kiran yang luar biasa heboh, sampai-sampai semua anggota keluarga terheran-heran melihat tingkah gadis itu.Hari ini adalah ulang tahun Arsen.Layla bersama ibunya dan ibu mertuanya telah memasak banyak hidangan, terutama makanan berkuah yang merupakan kesukaan Arsen. Ibu mertuanya memiliki resep sup iga yang luar biasa enak, jadi Layla mempelajarinya pagi itu.Sebuah kue ulang tahun red velvet dua tingkat telah diletakkan di meja ruang tengah. Kiran menambahkan beberapa potong buah stroberi dan kiwi sebagai hiasan, kemudian menaruh lilin angka 2 dan 5 di bagian tengah kuenya.Pada pukul 11 pagi ketika semua orang telah mandi dan bersiap, mereka mulai berkumpul di ruang tengah untuk merayakan ulang tahun Arsen.Layla menatap orang tuanya, nenek, ibu mertuanya, Kiran, dan suaminya. Mereka semua memakai pakaian berwarna biru langit sesuai dengan kesepakatan setelah berdebat selama hampir satu jam.Rencananya, mereka akan merayakan ula
"Kak Arsen tidak mencium Kak Layla?"Pertanyaan itu dilontarkan secara terang-terangan dan Layla menahan keras dirinya untuk tidak melotot pada Kiran. Ia melirik Arsen yang tampak jelas terkejut, kemudian dia berusaha mengontrol ekspresinya dengan cepat. Layla sontak menatap Kiran yang berkedip-kedip tidak bersalah sambil cengengesan.Anak ini benar-benar melakukan segala cara. Tapi menyuruh Arsen menciumnya? Itu sudah kelewatan. Bagaimana kalau Arsen merasa kesal? Tentu dia tidak akan menunjukkannya di depan orang tua mereka, tetapi Layla takut Arsen akan menjauh karena ide-ide gila yang Kiran lontarkan."Biasanya 'kan memang begitu, seorang suami mencium istrinya di hari istimewa. Apalagi ini adalah pertama kalinya Kak Layla merayakan ulang tahun Kak Arsen. Benar 'kan, Ibu Sayang?" Kiran menyentuh lengan ibunya dengan lembut. Matanya menyipit dan bibirnya melengkung hingga ke telinga—Kiran tersenyum kelewat manis. Layla sampai diabetes melihatnya.Arinda tertawa kecil dan mengangg
Asap telah membumbung tinggi ke udara ketika Layla melangkah ke halaman belakang. Ia mengecek jagung, ikan, dan udang yang telah dibersihkan, juga tusuk bambu yang dibutuhkan.Malam ini, mereka ingin mengadakan acara bakar-bakar. Nenek bilang, mereka selalu melakukan hal itu saat Kiran berulang tahun selama di desa, jadi ia ingin melakukan hal yang sama pada Arsen.Bicara tentang Arsen, pria itu seolah menghindarinya setelah makan siang. Layla bertanya mengenai rencana pembangunan perpustakaan yang dia maksud, tetapi Arsen tidak mau menjawab lebih jauh. Katanya itu sebuah hadiah ulang tahun, jadi masih perlu dirahasiakan.Padahal Layla ingin bilang kalau Arsen tidak perlu melakukan hal itu. Sebuah perpustakaan—terlalu luar biasa untuknya. Ia hanya memberi Arsen dasi dan kemeja sebagai hadiah, bagaimana mungkin dia memberikan perpustakaan sebagai hadiah ulang tahunnya?Layla belum bicara lagi dengan Arsen setelah mengantar ayahnya pulang. Ada beberapa hal penting yang perlu ayahnya sel
Pada pukul delapan malam, semua jagung, ikan, dan udang telah selesai dibakar. Kiran membuat saus asam manis yang enak dan menuangkannya ke dalam beberapa piring.Semua orang sudah tidak sabar untuk makan, tetapi di sisi lain, Layla mengkhawatirkan sang suami yang sejak tadi duduk di tepi danau. Dia sama sekali tidak mendekat ke arah mereka, dan tampak merenung saat menatap air yang tenang."Layla, antarkan ini pada suamimu, Nak."Sebuah piring tersodor di depan Layla. Ia menoleh dan ibu mertuanya mengangsurkannya padanya.Layla mengambilnya, lalu melirik Arsen yang masih bergeming di tempatnya. Ia merasa ragu-ragu untuk mendekati pria itu, tetapi melihat tatapan ibu mertuanya, ia mau tak mau mengangguk."Antarkan padanya dan bicara ya, Nak. Dia sepertinya habis minum jika diam begitu," kata ibu mertuanya dengan suara pelan.Minum?Kenapa akhir-akhir ini Arsen sering minum alkohol? Atau mungkin itu memang kebiasaannya?Sepertinya tidak. Karena selama mereka bertemu sebelumnya, Arsen s
Mata Layla melebar ketika Arsen mulai melumat bibirnya.Arsen memiringkan kepalanya, sementara tangannya turun menuju punggungnya, merabanya dengan lembut. Napas mereka menyatu dan Arsen menekan bibirnya lebih kuat, lalu mendorong lidahnya ke dalam mulut Layla.Layla menekan tangannya ke paha, jantungnya memukul dengan sangat keras layaknya genderang. Bibir Arsen tak meninggalkan mulutnya sedikit pun, bahkan sampai napas Layla mulai terengah."Balas ciumanku, Layla," gumam Arsen serak, suaranya terdengar putus asa.Layla menatap ke dalam mata Arsen dan menemukan hasrat yang membara di sana, perutnya terasa melilit.Tatapan mereka terkunci satu sama lain ketika Arsen kembali menciumnya. Layla dirundung perasaan bingung, tetapi ciuman Arsen terasa menenggelamkannya. Lidah Arsen bergerak menyapu langit-langit hingga renten giginya, membuat Layla tanpa sadar melenguh.Arsen mengubah sudut ciumannya, dan gerakannya menjadi lebih terburu-buru, seolah dia tidak bisa menahan diri untuk mencic
Layla menatap bunga-bunga segar yang tumbuh subur dalam rumah kaca dengan senyum lebar.Ia memutuskan untuk singgah di toko bunga setelah mengantar ibunya kembali ke rumah. Arsen harus mengurus sesuatu, jadi ia pikir ini waktu yang tepat untuk membeli apa yang ia rencanakan selama ini.Layla mendapat beberapa rekomendasi dari pemilik toko, jadi ia membeli beberapa bunga tambahan selain bunga mawar dan bunga bakung. Seperti bunga kertas yang sudah cukup besar dalam pot, bunga kembang sepatu, bunga seruni dan bunga matahari.Ia merasa sangat bersemangat untuk menanam bunganya besok pagi."Nona, saya sudah membungkus semuanya." Pemilik toko—Risa—menghampiri Layla dan menunjuk seluruh tanaman yang telah dibungkus dengan plastik."Ah, terima kasih. Apakah boleh diletakkan di depan saja? Jadi suami saya bisa langsung mengambilnya nanti," kata Layla, menjelaskan.Wanita itu terlihat terkejut saat Layla menyebut kata 'suami'. Layla sudah tidak terlalu terkejut dengan hal itu. Mengingat umur d