Semua Bab Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin: Bab 61 - Bab 70
261 Bab
Vivian Kesakitan
Charlie membuka pintu mobilnya dengan tenang, menghadapi komplotan penjahat yang siap menghabisi nyawanya. Angin bertiup perlahan, membelai wajah Jenderal yang penuh keteguhan. Tidak ada rasa takut, ia siap menghadapi puluhan musuh yang mengancam. Sementara itu, Vivian merasa cemas dan ketakutan melihat suaminya dalam bahaya. Ia meminta pada Andrew, "Andrew, Jangan pedulikan aku. Kamu harus membantu Charlie!" Namun, Andrew tetap setia pada perintah Jenderal, "Nyonya, Jenderal perintahkan harus melindungi Anda!" jawabnya tegas. Kendati hati Andrew terbelah antara melindungi Vivian dan membantu atasannya, ia akhirnya memutuskan untuk mengikuti perintah. Bersama dua mobil pengawal, mereka perlahan mundur meninggalkan lokasi yang kian memanas, membiarkan Charlie menghadapi musuh-musuhnya sendirian."Jenderal Charlie yang terkenal tangguh di medan perang, kini harus berhadapan dengan kami. Apakah tidak takut dengan senjata kami yang mungkin saja akan mengambil nyawamu?" Sebuah tawa sinis
Baca selengkapnya
Keguguran
"Charlie, perutku sakit sekali, ada apa dengan anak kita? Tolong selamatkan dia...," tangisan Vivian yang mengenggam erat tangan suaminya. membuat Charlie bingung dan panik. Wajah Vivian pucat pasi dan keringat dingin mengucur deras di keningnya. "Honey, kita akan ke rumah sakit sekarang," ujar Charlie sambil segera menggendong Vivian dan membawanya ke mobil. Dua jam kemudian, Charlie mondar-mandir di depan ruangan perawatan, menunggu istrinya yang ditangani oleh dokter spesialis kandungan. Raut wajah pria itu terlihat cemas, tangannya berkeringat dan ia menggigit bibirnya dengan kuat, berusaha untuk tidak menunjukkan kekhawatiran yang mendalam. Sementara itu, di dalam ruangan perawatan, Vivian berbaring lemah di atas tempat tidur, wajahnya penuh dengan kesakitan. Dokter dan perawat berlalu-lalang, memeriksa detak jantung dan tekanan darahnya, sambil memberikan obat-obatan untuk meredakan rasa sakit. "Vivian, kamu akan baik-baik saja! Maaf kalau aku gagal melindungimu dan anak ki
Baca selengkapnya
Kecurigaan Charlie
Vivian baru saja pulang dari rumah sakit setelah beberapa hari dirawat. Kedua kakinya terasa lemah, Charlie mengendong istrinya berjalan menuju ke kamarnya.Raut wajah Vivian terlihat lesu, matanya sayu, dan bibirnya yang pucat menunjukkan betapa besar duka yang tengah ia jalani. Meskipun demikian, Charlie tetap berusaha untuk memberikan dukungan pada istrinya, mengelus punggungnya dengan lembut. Tak lama kemudian, Andrew datang menemui Charlie yang sedang duduk di samping tempat tidur Vivian. Ia menunduk dan berkata dengan sopan, "Tuan." Charlie menoleh, matanya tajam, dan suaranya terdengar tegas ketika ia memberikan perintah, "Mulai saat ini awasi semua orang dalam kediaman ini!" Charlie tidak bisa lagi mempercayai semua pelayan rumah tangga yang ada di rumah mereka, karena ia merasa bahwa salah satu dari mereka mungkin terlibat dalam kejadian yang menimpa istrinya. Andrew mengangguk, menunjukkan bahwa ia mengerti perintah yang diberikan oleh tuannya. "Baik, Tuan. Saya akan mela
Baca selengkapnya
Pertarungan Edward dan Stone
Ronald sebagai perdana menteri, menatap tajam ke arah Edward, prajurit Charlie yang berani menghentikan aksinya. Suasana di sekitar mereka terasa mencekam seiring pertanyaan yang keluar dari mulut Ronald. Sebagai perdana menteri, ia tidak pernah mengira akan dihadang oleh seorang prajurit seperti Edward. "Edward, kenapa kamu ada di sini? Bukankah tugasmu di markas?" tanya Ronald dengan nada tegas.Edward, dengan postur tegak dan wajah yang penuh keteguhan, menjawab, "Pak, saya ditugaskan melindungi kediaman ini." Suaranya terdengar pasti, tanpa ragu sedikit pun. Mendengar jawaban Edward, Ronald semakin kesal. Keningnya berkerut, dan suaranya meninggi saat ia bertanya, "Kenapa begitu berani kamu menghentikan saya? Apakah tidak sadar siapa saya dan siapa dirimu?" Edward, yang masih berdiri tegap di hadapan Ronald, tidak terpengaruh oleh amarah yang terpancar dari mata perdana menteri tersebut. Ia tetap menjaga sikap sopan dan hormat, namun tetap tegas dalam menjalankan tugasnya."Maa
Baca selengkapnya
Rumput Desa
"Tidak ada orang yang bisa mengusirku selain suamimu sendiri," jawab Vivian.Edward dan Stone saling berhadapan dengan penuh tekad untuk mengalahkan satu sama lain. Edward melancarkan serangan dengan menendang keras tubuh Stone, yang sontak membuat lawannya terhuyung ke belakang. Tanpa memberi kesempatan bagi Stone untuk kembali menguasai diri, Edward melanjutkan serangannya dengan melayangkan tinju ke arah wajah Stone. Namun, Stone ternyata lebih gesit dari yang diperkirakan Edward. Ia berhasil menghindar dengan lincah dari tinju yang melayang padanya, lalu segera membalasnya dengan tendangan keras ke arah kaki Edward. Edward segera menangkap gerakan itu dan melompat ke atas, menghindari tendangan Stone. Dengan gerakan cepat, Edward mendaratkan tendangan ke arah dada Stone, membuat lawannya terpaksa mundur beberapa langkah. Semangat mereka untuk memenangkan pertarungan ini semakin membara. Keduanya tahu bahwa tak ada yang akan menyerah sampai salah satu dari mereka berhasil mengal
Baca selengkapnya
Siksaan Yang Diterima Astone
Setelah Ronald dan Stone meninggalkan rumah itu dengan langkah gusar, Charlie segera berlari ke arah Vivian yang duduk terduduk di sofa. Air mata mengalir deras di wajah Vivian yang memerah akibat tamparan tajam yang diterimanya dari mertuanya sendiri. Charlie duduk di samping Vivian, menggenggam tangannya yang dingin dan membelai rambutnya yang acak-acakan. "Vivian, Maaf, atas apa yang dilakukan papaku. Bagaimana dengan wajahmu, apakah masih sakit?" tanya Charlie dengan suara yang penuh kekhawatiran, jemarinya menyentuh dengan lembut bekas tamparan di pipi istrinya. Vivian mengangkat wajahnya, memandang suaminya dengan mata yang sembab. "Sakit yang aku rasakan tidak sebanding dengan perasaanku, Tapi, aku tidak apa-apa. Aku bisa mengatasi rasa sakit ini. Tidak ada yang lebih sakit dibandingkan dengan hinaan orang tuaku sendiri," jawab Vivian dengan suara lirih, mencoba tersenyum meski terlihat sangat menahan sakit. Charlie merasa hatinya tercabik-cabik melihat penderitaan istrinya
Baca selengkapnya
Ruby Ditabrak
"To-tolong...Kami akan beritahu di mana markasnya," kata salah satu anak buah Astone."Diam!" teriak Astone pada anak buahnya sambil menahan sakit yang menusuk jantung. "Tarik dia keluar!" perintah Edward dengan tegas pada prajuritnya. Dua prajurit berbadan kekar segera menarik anak buah Astone yang berlumuran darah keluar dari ruangan, menuju aula markas yang luas. Astone dan anak buah lainnya masih menderita disiksa di ruangan tahanan.Edward berdiri tegak di hadapan anak buah Astone yang lemas dan penuh luka. Wajah pria itu pucat pasi, darah segar mengalir dari bibirnya yang robek. Sementara sepuluh jaringa hampir putus akibat siksaan yang ia terima. "Di mana sarang kalian dan berapa jumlah anggota kalian?" tanya Edward dengan nada dingin dan tegas. Anak buah Astone hanya bisa menundukkan kepalanya, pasrah dengan siksaan yang tak tertahankan yang telah diterimanya. Dalam keadaan hampir tak sadarkan diri, ia mengumpulkan sisa-sisa tenaganya untuk memberitahu Edward semua yang ia
Baca selengkapnya
Charlie Didekati Wanita Cantik
"Baiklah, kalau begitu. Ingat dengan apa kamu janjikan," jawab Ryan.Tak lama kemudian dokter keluar dari ruangan tersebut dan sambil melepaskan maskernya.Ryan yang cemas menghampiri dokter itu," Bagaimana keadaan istri saya, Dokter?" "Untung tidak mengalami gegar otak, Kepalanya hanya luka ringan. Tidak bahaya sama sekali," jawab Dokter.Celine dan Cindy menghela napas lega mendengar ucapan dokter itu."Lalu, kapan pasien akan sadar?" tanya Ryan."Besok!" jawab Dokter.Kediaman Jenderal.Wajah Vivian masih terlihat muram, ia tak mampu melupakan begitu saja kehilangan anak yang baru saja gugur dari kandungannya. Dalam kesedihan itu, ia mencoba melampiaskannya dengan berada di dapur, memotong sayur untuk makan malam keluarga. Tak lama, Elena, asisten rumah tangga yang selalu angkuh, masuk ke dapur dengan langkah sombongnya. Pandangannya sama sekali tidak menghormati Vivian sebagai majikannya. Ia mendekati meja yang dikerjakan Vivian, memeriksa potongan sayur yang ada di sana. "Poton
Baca selengkapnya
Pesan Wanita Lain
Dengan perlahan, Vivian bangkit dari tempat tidur dan mulai mencari suaminya. Ia berjalan menuju ke ruangan suaminya. Saat melangkah masuk ke ruangan sebelah, Vivian melihat sosok suaminya yang terlelap di kursi. Raut wajah Charlie terlihat lelah, dengan mata sembab dan alis yang berkerut. Terlihat jelas bahwa beberapa hari ini Charlie sangat sibuk dan kurang tidur. "Beberapa hari ini dia selalu sibuk sehingga kurang tidur!" gumam Vivian dengan nada prihatin. Ia merasa iba melihat suaminya begitu lelah, namun tidak bisa berbuat banyak untuk membantu. Drrt!"Tiba-tiba ponsel milik Charlie bergetar. Vivian memandang ponsel suaminya yang diletakan di atas meja. Sebuah pesan masuk dari seseorang.[" Charlie, Aku bahagia bisa bertemu dengan kamu lagi. Selamat malam."] Vivian membulatkan mata besarnya membaca pesan yang muncul dinotifikasi ponsel suaminya. Perasaannya sedikit kecewa dan cemburu setelah membaca pesan tersebut. "Apa maksud dengan pesan ini? Siapa dia? Apakah Charlie menge
Baca selengkapnya
Ciuman Mesra
"Bagus! Kamu melakukan hal yang benar! Mungkin saja mereka adalah orang tua Vivian. Akan tetapi, kita harus mencari tahu kenapa mereka datang ke kota hanya untuk menemui putrinya? Apa yang terjadi saat Vivian kembali ke desa saat itu. Status Vivian saat ini tidak bisa diketahui mereka," ujar Celine."Baik, Direktur!" jawab Cindy.Keesokan harinya, Dokter yang merawat Vivian datang ke kamar untuk memeriksa kondisinya. Charlie, suaminya, duduk di samping ranjang sambil menggenggam tangan Vivian dengan erat. "Bagaimana kondisi istri saya?" tanya Charlie dengan cemas. Dokter itu menghela napas sejenak sebelum menjawab, "Kondisinya semakin membaik, akan tetapi ia harus tetap menjaga kesehatannya dan tidak melakukan aktivitas berat. Keguguran yang dialaminya mengakibatkan kehilangan banyak darah, jadi untuk pulih sepenuhnya diperlukan waktu sekitar empat puluh hingga enam puluh hari." Charlie mengangguk mengerti, sementara wajah Vivian terlihat semakin sedih. Hatinya hancur, bukan hanya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
27
DMCA.com Protection Status