All Chapters of Malam Pengantin dengan Jenderal Dingin: Chapter 71 - Chapter 80
261 Chapters
Musuh Dikalahkan
Edward dan pasukannya tiba di markas Astone dengan langkah pasti dan penuh semangat. Mereka telah merencanakan pengepungan ini dengan sangat matang. Tanpa ragu, mereka melempar bom asap ke arah markas itu, yang segera menyebabkan asap pekat menyebar ke seluruh ruang markas. Suara batuk dan tersedak terdengar dari dalam markas, para anggota Astone yang tak mampu melawan efek dari bom asap tersebut mulai tumbang satu per satu. Mereka terjatuh dengan wajah pucat dan tubuh lemas, tak mampu melawan serangan mendadak ini. "Tangkap dan lempar ke penjara!" perintah Edward dengan tegas sambil memandang ke arah pasukannya yang siap bertindak. "Baik," jawab mereka serempak, lalu mengenakan topeng gas yang telah disiapkan sebelumnya. Mereka melangkah masuk ke dalam markas yang kini terbungkus asap, siap menangkap para anggota Astone yang telah tumbang tak berdaya. Pasukan Edward bergerak cepat dan sigap, mengikat tangan dan kaki para anggota Astone yang terkapar di lantai. Mereka lalu membawa
Read more
Kalung Bulan Sabit
"Apakah rumah sakit tidak ada rekamannya? Agar kita bisa tahu siapa yang membawanya pergi saat itu.""Cctv tidak terekam saat putri saya dibawa pergi, Mereka hanya melihat sepasang suami istri. Karena rekamannya tidak jelas sehingga tidak bisa mengenal siapa mereka. Mungkin saja saya sudah tidak memiliki kesempatan untuk menemukannya," ujar Celine."Selagi tidak putus asa, Anda pasti bisa menemukannya. Sama seperti hubungan saya dan Vivian. Siapa yang tahu apa yang terjadi setelah tahun berlalu. Saat itu dia bersama Kian Salveston. Tiga tahun kemudian dia menjadi istriku. Teruskan pencariannya! Jangan putus asa!" ujar Charlie.Celine tersenyum dan kembali bersemangat," Saya mengerti maksud Anda. Asalkan saya tidak putus asa. Pasti bisa menemukannya," jawab Celine."Ada satu cara untuk menemukan pemilik kalung," kata Charlie."Apa caranya?" tanya Celine."Beritahu media, apa yang Anda cari. Saya yakin setelah putri Anda melihatnya dia pasti akan paham," jawab Charlie."Benar juga! Ini
Read more
Niat Ryan Melenyapkan Kalung
"Berapa lama kamu tinggal di kota?" tanya Charlie."Tidak lama! Sejak dulu kalau aku datang ke kota hanya tinggal beberapa hari. Aku lebih banyak meluangkan waktuku di desa membantu orang tuaku," jawab Vivian."Mungkin saja kamu pernah bertemu dengan pemiliknya, Makanya, kamu merasa tidak asing," kata Charlie.Vivian mengangguk dan menjawab," Mungkin betul seperti yang kamu katakan."***Celine berdiri dekat jendela kantornya, memandang gedung-gedung tinggi yang mendominasi langit Los Angeles. Tatapan matanya hampa, tidak ada kegembiraan yang terpancar darinya. Di balik kesuksesannya sebagai direktur perusahaan besar, memiliki luka yang terpendam; kehilangan putrinya yang sudah berusia lebih dari dua puluh tahun lamanya. "Direktur, jangan sedih!" ucap Cindy, asistennya yang setia, sambil melangkah masuk ke ruangan. "Berita hari ini pasti akan membantu kita menemukan putri Anda." Celine menghela napas berat, mencoba menenangkan diri. "Cindy, apakah dia akan mengakuiku? Andaikan dia m
Read more
Sunny menghubungi Vivian
"Charlie, aku....""Pergi!" titah Charlie dengan nada tegas.Sunny hanya bisa menelan pil pahit menghadapi sikap Jenderal dingin itu. Ia kemudian bangkit dan berkata," Aku akan pergi. Kamu jangan menyesal setelah kepergianku. Aku sudah lama mencintaimu dan aku lebih diterima di keluargamu dari istrimu. Paman telah memberitahu aku. Hanya aku yang bisa menjadi menantunya.""Aku yang menikah, bukan dia. Kalau kamu sangat patuh padanya...Bagaimana kalau kamu saja yang menikah dengannya," jawab Charlie dengan nada kesal dan meninggalkan ruangan kantornya.Sunny hanya bisa mengigit bibirnya dan menahan emosi, Ia sangat paham dengan sikap Charlie yang telah lama dia kenal. Tidak bisa dipaksa atau pun digoda.***Vivian sedang duduk di kursi ruang makan, menyantap makan siang di meja makan panjang itu dengan sendirian. Tiba-tiba, ponsel di samping piringnya bergetar dan berbunyi, menandakan ada panggilan masuk. Vivian mengangkat ponsel tersebut dan melihat nomor yang tidak dikenal di layar.
Read more
Celine Yang Curiga
"Aku akan pergi, Aku tidak akan ribut denganmu atau pun dia. Sejak awal saat kita menikah aku sudah pernah mengatakannya. Kamu bisa jatuh cinta pada siapa pun. Karena pernikahan ini tanpa ikatan janji kita berdua," jawab Vivian."Kamu akan pergi dariku, Kalau aku setuju menikahi wanita itu? Kamu tidak akan melarangku?" Vivian mengangguk dan memegang tangan suaminya."Aku bukan tipe wanita yang tidak pengertian, Aku tidak akan mempersulitkanmu atau bersikap egois. Karena aku sadar aku bukan dari keluarga kalangan atas. Charlie, Aku seorang yang pengertian. Andaikan kalau dia bisa menarik perhatianmu. Kamu bisa menceraikan aku dan menikahi dia!" ucap Vivian dengan senyum. Walau ucapan tersebut sangat berat baginya."Baru kali ini aku mendengar seorang istri yang mendukung suaminya menikahi wanita lain," ujar Charlie."Kamu adalah seorang Jenderal, Bukankah aku sangat beruntung memiliki seorang suami yang adalah seorang pahlawan negara dan perhatian padaku. Lalu, kenapa aku harus egois
Read more
Celine Menemui Ryan dan Ruby
ApartemenRyan menatap kalung berbentuk bulan sabit yang berkilauan di tangannya. Ia tahu kalung ini menjadi bukti atas perbuatan jahat yang telah ia lakukan bersama Ruby. Dalam sekejap, Ryan mengambil plastik sampah dan meletakkan kalung tersebut di dalamnya dengan hati-hati. Selain kalung itu Ryan sengaja memasuki sampahnya ke dalam plastik itu. Ia melirik ke arah Ruby yang sedang memperhatikan sekitar melalui jendela untuk memastikan tidak ada saksi yang melihat mereka. "Apa kamu yakin dengan cara ini, kita bisa lolos?" tanya Ruby pada suaminya dengan wajah penuh kecemasan. Ryan menghela napas panjang sebelum menjawab, "Hanya ini cara satu-satunya. Setelah kita buang ke tong sampah, maka semuanya akan berakhir. Tidak ada yang tahu lagi siapa anak itu. Wanita itu juga tidak akan tahu kita yang melarikan anaknya." Ruby menggigit bibirnya, mencoba meredakan kekhawatirannya. Ia menutup jendela dan mengikuti Ryan ke luar rumah menuju tong sampah. Dalam hati, mereka berharap semoga ke
Read more
Charlie Demam
Alex dan Cindy berjalan bersama menuju belakang gedung besar yang memiliki sebuah halaman luas. Di sana, terlihat Celine tengah duduk dengan raut wajah tegas dan penuh kekhawatiran. Angin kencang yang bertiup membuat poni rambut Celine menutupi matanya yang indah, namun tak mengurangi kesan tegas dari wajahnya. Ryan dan Ruby mengikuti jejak langkah Alex dan Cindy, perasaan mereka semakin cemas ketika menyadari Celine sedang menunggu kedatangan mereka. Tak ada yang tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Celine, namun suasana yang tercipta di halaman itu terasa begitu tegang. Seiring langkah Ryan dan Ruby semakin mendekat, Celine mulai menatap mereka dengan tatapan tajam yang menunjukkan bahwa ia ingin segera menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya. "Nyonya, Tidak tahu ada urusan apa ingin bertemu dengan kami?" tanya Ryan dengan sedikit cemas."Duduklah!" ucap Celine yang bersikap tenang dan duduk menyandarkan diri.Ryan dan Ruby duduk berseberangan dengan Celine. Mereka berusaha
Read more
Alat Penyadap
Dokter Hanz tiba di rumah Charlie, disambut oleh Vivian yang tampak panik. "Dokter, tolong periksa Charlie. Dia demam tinggi, tak bisa bangun dari tempat tidur," ucap Vivian dengan wajah pucat. Dokter Hanz segera menuju kamar Charlie dan mulai memeriksa kondisinya. Keringat mengucur deras dari dahi Charlie, wajahnya merah dan tubuhnya terasa panas membakar. "Charlie demam tinggi, penyakitnya kambuh lagi. Seharusnya dia banyak istirahat. Tapi, masih saja bekerja keras," ucap Dokter Hanz yang khawatir. "Tindakan apa yang harus kita lakukan?" tanya Vivian sangat cemas, menatap wajah dokter Hanz yang serius. "Aku akan memberi obat untuk menurunkan demamnya, serta mengambil sampel darah untuk diperiksa. Besok aku akan mengirim hasilnya setelah keluar," jawab Dokter Hanz sambil mengambil jarum suntik dan tabung kecil untuk mengambil sampel darah Charlie. Vivian setia menemani suaminya walau dirinya merasa takut melihat suaminya dalam kondisi seperti itu. Setelah selesai mengambil sampe
Read more
Menyelidiki Mike Anderson
Celine yang berada di rumah mewahnya sedang duduk di ruangan pribadinya. Ia telah mendengar pembicaraan pasangan suami istri itu."Kalian melarikan anakku, Di mana anakku sekarang?" gumam Celine dengan wajah datar dan berharap segera mendapatkan informasi dari mereka.Di sisi lain, Stone yang mengemudi menuju ke rumah sakit tempat Mike Anderson dirawat, tanpa dia sadari seseorang yang mengikutinya dari belakang. Pria yang membawa mobil berwarna hitam berparkir di tempat parkiran depan rumah sakit adalah Andrew utusan Charlie."Siapa yang masuk rumah sakit? Kenapa dia bisa ke sini?" gumam Andrew yang berada di dalam mobil.Stone melangkah gontai menuju ruangan kantor dokter yang menangani Mike Anderson. Wajahnya tampak serius dan garang. Ia mengetuk pintu kantor itu sebelum memasuki ruangan tersebut. Di dalam, dokter yang menangani Mike duduk di belakang meja dengan laptop terbuka di depannya. "Kondisi pasien sangat lemah, belum pasti apakah pasien akan sadar atau tidak. Penyakitnya s
Read more
Elena Yang Mencurigakan
"Siap, Tuan. Segera saya lakukan!" jawab Andrew dengan patuh.Tidak lama kemudian Andrew meninggalkan kediaman atasannya.Vivian mengambil obat yang telah diresepkan dokter dari lemari obat, kemudian meletakannya di telapak tangan Charlie, suaminya yang sedang sakit. "Minum obatnya dulu, Kamu harus rutin ikut saran dokter. Selain itu, kamu harus sering periksa suhu badan. Aku akan membantumu," ujar Vivian dengan lembut dan penuh perhatian. Charlie tersentuh dengan perhatian istrinya yang tak pernah lelah merawatnya sejak ia jatuh sakit. Ia tersenyum lemah sambil menatap mata Vivian yang penuh kasih sayang, lalu menelan obat tersebut bersama dengan air putih yang disodorkan Vivian. "Beberapa hari ini jangan ke markas dulu, Kamu harus jaga kesehatanmu," kata Vivian seraya mengambil termometer dari meja kerja suaminya. Dengan hati-hati, ia memasukkan termometer ke bawah ketiak Charlie untuk memeriksa suhu badannya. "Maaf, karena telah membuatmu khawatir! Aku berjanji akan istirahat da
Read more
PREV
1
...
678910
...
27
DMCA.com Protection Status