Prasetya berdiri tertegun. Matanya membesar, tubuhnya gemetar, bibirnya bergetar namun tak sanggup mengeluarkan kata selain bisikan parau yang pecah di ujung nafasnya.“Lea… kenapa begini? Apa yang salah dengan berkas ini? Kau tahu bagaimana aku mempertaruhkan hidupku untuk mencurinya?”Suara itu parau, penuh luka, seperti seruling retak yang dipaksa meniup melodi. Tangannya gemetar, berusaha meraih lengan Lara. Namun Lara dengan cepat menghindar, gerakannya dingin dan tegas.Prasetya membeku di tempat, matanya berkaca, sementara tubuhnya nyaris roboh oleh beban yang tak terlihat.Wajah Lara berubah drastis—dari datar menjadi bengis. Matanya berkilat seperti pisau, menusuk tanpa ampun. Amarah yang selama ini ia pendam meledak perlahan, namun berbahaya. Langkahnya maju perlahan, sementara Prasetya justru mundur, dadanya naik turun cepat, rasa takut mencengkeram hingga jemarinya gemetar tak terkendali.“Kau tidak mengerti juga, ya?”Senyum miring menggores wajah Lara, getir, meledek, me
Terakhir Diperbarui : 2025-09-21 Baca selengkapnya