Semua Bab SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH: Bab 31 - Bab 40
117 Bab
JANGAN SALAH FAHAM
31PoV Samudra“Aku ikut, Om.”Tak kuhiraukan ucapan anak dari kakakku itu. Aku berjalan tergesa menuju mobil setelah mendapatkan keterangan dari ayah mertua tempat-tempat yang mungkin didatangi Mentari.“Aku juga mau mencari Mentari, Om. Om pikir Om saja yang mengkhawatirkannya?”Aku mengepalkan tangan dengan kuat. Bisa-bisanya Bastian masih mengatakan hal itu. Di mana ia simpan otaknya? Bukankah di sini ada istri dan metuanya juga?Namun, tidak ada waktu untuk meladeni anak itu. Fokusku sekarang adalah Mentari. Karenanya aku bersikap tetap tenang walaupun ia terus menyulut emosi.Terlebih ini rumah mertua, tak elok rasanya harus ribut apalagi sampai adu jotos. Aku juga bukan tidak tahu jika istri dan anak tiri Pak Bumi sejak tadi berbisik-bisik. Pasti mengghibah menghilangnya Mentari.Mungkin jika tidak ada aku, mereka sudah bersorak girang melihat pernikahan kami yang sudah terlihat tidak harmonis sejak dini. Bukankah itu memang keinginan mereka? Melihat Mentari lebih menderita ada
Baca selengkapnya
KEMBALI KE PERJANJIAN
32“Apa yang sebenarnya kamu lakukan, Sam? Apa anak laki-lakiku memang sapayah yang orang katakan?”Aku memijat pelipis yang sejak tadi terus berdenyut. Entah apa yang dikatakan Bastian kepada ibu, hingga wanita yang sangat kuhormati itu terus mengomel tanpa henti seolah aku ini anak kecil yang melanggar perintah orang tua.Mungkin ibu lupa jika anak bungsunya ini sudah hampir empat puluh tahun.“Bu, ibu lebih percaya aku atau Bastian?” tanyaku lembut. Bagaimanapun aku harus tetap menghormatinya. Jangan sampai kemarahannya ditanggapi dengan emosi juga walaupun kepalaku saat ini terasa ingin meledak.Sejak tadi bukan hanya ibu yang meneleponku. Ayah mertua yang juga mengkhawatirkan anaknya, sudah menginterogasiku juga. Belum lagi pengendara motor yang tadi terjatuh akibat menabrak bagian belakang mobilku.Aku sudah memberi mereka sebuah kartu tadi. Karena tidak membawa uang tunai dan aku juga tidak memiliki banyak waktu, tanpa pikir panjang aku langsung memberikannya. Isinya cukup untu
Baca selengkapnya
OM-OM MESUM
33“Om mau apa?” pekik gadis di atas pangkuanku sambil meronta. Tangan dan kakinya sibuk bergerak agar terlepas. Namun, bukan melepaskan aku bahkan membawanya terjatuh di atas peraduan dengan tubuhnya berada di atasku.Dia menjerit kaget. Terlebih saat pelukanku yang semula dipinggangnya, kini naik berada di punggungnya. Kedua tanganku mengunci tubuhnya di kedua pangkal lengannya.Lalu, saat ia ingin protes, malah kuubah posisi hingga kini aku yang berada di atas tubuhnya.Matanya membulat. Tapi kali ini ia tidak bisa berbuat banyak karena aku menindihnya. Kunikmati raut paniknya yang di mataku sangat menarik. Ia terlihat sangat … seksi.“Om Sam … lepas, awas …!”“Lepaslah kalau kau bisa.” Aku sengaja mendekatkan wajah, ia menahannya agar wajah kami tidak bertemu.“Om, jangan macam-macam!” Ia menjerit dan menggeliatkan tubuh agar terlepas dari kungkunganku. Dan aku sengaja berguling lagi hingga ia yang berada di atas lagi. Begitu seterusnya hingga beberapa kali. Kami berguling-guling
Baca selengkapnya
KEHANGATAN
34Aku merapatkan tubuh, lalu melingkarkan tangan di perutnya yang tertutup selimut. Kali ini kain tebal dan hangat itu hanya menutupi sebatas dadanya.Gadis itu diam saja. Padahal aku tahu ia belum tidur. Mungkin lelah melayani kelakuanku yang kuakui sendiri memang absurd.Kuhidu rambutnya yang menguarkan aroma bunga lembut. Tadi saat aku masuk pertama kali rambutnya masih basah.“Tari.” Aku mulai berbisik. “Aku minta maaf atas hari ini. Aku sungguh-sungguh minta maaf.”Tidak ada sahutan, dan aku memang tidak berharap ia membalasku. Aku hanya ingin ia mendengarkan apa yang ingin aku sampaikan.“Aku tidak berniat ingkar janji. Tapi mendadak ada pekerjaan, dan sangat urgent. Kukira akan bisa diselesaikan dalam waktu singkat, karena itu aku tidak menghubungimu. Ternyata sangat molor hingga berjam-jam.” Aku menjeda kalimat untuk menarik napas dan menelan ludah membasahi tenggorokan yang terasa kering.“Saat selesai, aku berusaha menghubungiku, tapi nomormu tidak aktif. Aku pikir pasti ka
Baca selengkapnya
SAKIT
35 Dengan napas masih memburu, aku menghentikan gerakan pinggulku. Padahal hasrat ini begitu menggebu, tetapi melihat air mata yang mengalir tiada henti dari mata wanita di bawah tubuhku sejak pertama kali aku menyatukan tubuh kami, tak ayal aku merasa heran. Memang benar wanita yang masih perawan akan menangis saat pertama kali melakukannya. Setidaknya itu yang kutahu, tetapi kenapa setelah hampir satu jam ia masih saja menangis? Bahkan sejak awal tak sekali pun matanya melihatku. Ia terus memejam atau memalingkan muka. Bahkan berkali-kali menutup wajahnya dengan bantal. Saat aku membuka bantal itu, ia tengah sesenggukan di sana. Apa sakitnya sampai selama ini? Aku menghentikan aksiku dan terpaksa menekan gejolak yang yang masih membuncah sekuat yang aku bisa saat ia semakin sesenggukan. Orang bilang malam pertama itu indah. Apanya yang indah? Mentari menangis sepanjang waktu, dan aku bagai pemerkosa tidak punya hati. Aku terus melakukan sesuka hati tanpa menghiraukan perasaanny
Baca selengkapnya
LELAKI PAYAH
36Aku menelan ludah dengan susah payah. Wanita itu berdiri di sana dengan tatapan curiga. Sebelum akhirnya melangkah masuk tanpa aku sempat persilakan.“Di mana menantuku?” tanyanya saat aku hanya terpaku di tepi mulut pintu.Lagi aku menelan ludah. Kenapa juga ibu datang di saat seperti ini.“Sam.” Panggilan itu sebenarnya tidak keras, tetapi cukup menciutkan hatiku.“A-da di kamar, Bu.” Aku menunjuk arah pintu kamar Mentari. Lalu tak bisa berbuat banyak selain mengekori beliau. Suara ketukan sepatu ibu yang beradu lantai bagai suara iringan genderang yang menyambut vonis hakim untukku.Dan benar saja, omelan tanpa henti langsung berhamburan dari mulutnya saat mendapati menantu kesayangannya berbaring lemah dengan suhu tubuh panas.Sudah kusampaikan kalau aku baru akan menelepon dokter saat ibu datang. Namun, itu tak serta-merta membuat omelannya berhenti.“Ratri, telepon dokter Rena. Dan kirim peta lokasi agar dia segera ke sini,” perintaha kepada ajudannya terdengar di sela omelan
Baca selengkapnya
KEDATANGAN MEREKA
37Wajahku masih terasa panas, bahkan menjalar hingga ke telinga. Meskipun dokter Rena sudah meninggalkan tempat ini, rasa panas itu masih juga bertahta.Apa selain dokter, ia juga cenayang? Bagaimana ia tahu kalau kami baru saja melakukan ritual pengantin baru?Ya, meski hanya aku yang menikmati seorang diri, dan itu pun tidak sampai tuntas, tapi kami baru saja melakukannya. Apa hanya dengan melihat fisik Mentari saja, ia sudah bisa menyimpulkan bahwa kami sudah melakukannya?Hah! Aku lupa meninggalkan beberapa jejak di leher Mentari saking terbuai dengan pesonanya. Aku tidak bisa mengendalikan diri. Ia sangat memabukkan. Bayangkan saja, aku harus menahan hasrat itu sejak malam pertama kami. Bermula dari menolongnya di kolam renang dengan keadaan tubuhnya yang basah kuyup. Memberinya napas buatan, lalu memandikan dan menggantikan bajunya.Semua kulakukan sendiri karena tak akan kubiarkan orang lain melihat apalagi menyentuh tubuh polosnya. Dia istriku dan ia milikku.Selama mengurusi
Baca selengkapnya
SALING MELINDUNGI
38PoV Author“Memangnya, kenapa dengan apartemen ini, Tante?” Mentari menoleh dan menatap wajah wanita yang baginya seumur hidup tidak pernah bersikap layaknya seorang ibu. Karenanya ia tetap memanggil tante.“Aku betah kok, di sini,” lanjut sang gadis dengan tatapan percaya diri dan berani.“Jujur, aku bahkan lebih betah di sini daripada di rumah ayah.” Suara Mentari kali ini bercampur getar meski samar.“Di sini, aku bisa jadi diri sendiri. Aku bebas berekspresi dan melakukan apa pun. Kebutuhanku terpenuhi. Dan yang paling penting … aku tidak merasa tertekan dan asing di sini.” Nada bicara itu pada akhirnya berapi-api.“Tari ….” Pria paruh baya yang duduk disampingnya bergumam lirih, juga dengan suara bergetar. Tatapan nanar menyapu wajah anak perempuan satu-satunya yang diakuinya terlalu lama ia abaikan. Bahkan pria itu sangat tahu apa maksud ucapan sang anak. Tapi, sungguh ia tidak berdaya. Istrinya terlalu menguasainya.“Memang orang seperti kamu pantasnya tinggal di rumah seder
Baca selengkapnya
JANGAN BAHAS LAGI
39“Tari, maaf soal semalam ….”Pria itu tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena tangan sang wanita terangkat.“Jangan membahas soal semalam, Om. Kita anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa.” Sang wanita berucap tegas. Padahal hatinya menahan perih.“Aku sungguh minta maaf, Tari. Aku tidak tahu jika ini akan menyakitimu. Aku terbawa suasana….”“Sudah kukatakan jangan membahasnya lagi, Om. Anggap tidak pernah terjadi apa pun di antara kita.” Tari mengingat bibirnya. Sungguh ia perih berkata demikian. Bagaimana bisa ia melupakan kejadian itu. Kejadian bersejarah di mana sesuatu yang ia jaga selama ini sudah terenggut. Namun, ia harus berusaha melupakan kejadian itu, dan menganggap itu bukan hal besar. Agar ia kuat menatap hari. Melanjutkan hidup dengan normal karena masih banyak yang belum ia raih.Samudra menggelengkan kepala. Rasa bersalah itu kian membesar melihat betapa Mentari bersikap seolah tegar. Padahal ia tahu hatinya sangat rapuh.“Katakan apa yang harus kulakukan aku la
Baca selengkapnya
MAU IKUT?
40Samudra membuka pintu kamar Mentari yang tidak pernah lagi terkunci. Sejak malam itu ia mengambil dan menyimpan kuncinya untuk dirinya sendiri. Ia takut terjadi sesuatu dengan wanita itu seandainya masih memegang kunci. Takut Mentari mengunci pintu dari dalam dan nekat melakukan sesuatu.Dan selama ini ia selalu tidur di sana, itu bentuk tanggung jawabnya terhadap apa yang sudah dilakukannya malam itu. Ia tidak mau Mentari berpikir dirinya laki-laki yang tidak bertanggung jawab dengan meninggalkannya setelah apa yang ia lakukan terhadap wanita itu.Samudra menarik napas dan mengerjap cepat beberapa saat. Kemudian duduk di tepi ranjang. Tangannya terangkat ragu, tetapi kemudian menyentuh punggung yang berbaring melenungkup itu. Mengusapnya lembut.Sebagai pria dewasa ia mengerti jika istrinya yang usianya masih muda itu belum matang secara emosianal. Tidak memikirkan masak-masak apa yang akan dilakukannya. Napsu untuk mewujudkan cita-citanya begitu menggebu. Terlebih itu cita-cita y
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status