Lahat ng Kabanata ng Mencintai dalam Doa: Kabanata 21 - Kabanata 30
51 Kabanata
Nikah Siri
"Hmm.. boleh, pak" jawab Ibu Neira dengan wajah ketus. Ia duduk sambil menoleh ke arah beberapa orang yang juga duduk mengelilingi area meja akad. Kini, akad pun siap dilaksanakan. Tapi, sebelum akad itu berlangsung, Ervi diarahkan ke tim MUA untuk menggantikan baju yang dipakainya. Sementara itu, Neira hanya duduk di kursi tempat akad sambil sesekali menghela nafas. Berharap ini adalah akad yang nyata. Bukan sekadar nikah dengan perjanjian di atas materai. "Jadikan pernikahan ini nyata. Ya Allah" gumamnya sambil tertunduk. Tak lama, datanglah Ervin dengan pakaian baru yang memiliki warna senada dengan Neira. Yaitu, nuansa putih dengan aksen bunga di jas hitamnya. Ditengah teriknya hawa siang bolong, keringat Ervin turut basahi dahi. Mulutnya yang tadi kaku, harus dibimbing ucapkan akad nikah. "Sa-ya terima nikah dan kawinnya, Nei-ra Mustika binti Fatoni dengan maskawin tersebut di-bayar tunai""Bagaimana para saksi, sah?""Sebentar pak, itu kayanya belum sah. Akad
Magbasa pa
Orang Ketiga
"Ehhh.." Neira dan Ervin melepas pelukan mereka secara refleks. Ibu Neira datang tanpa kode apapun. Hanya dengan mendengar suara langkah kakinya, ternyata bisa membuat mereka berdua kaget. Padahal, malam itu Wanita berumur 51 tahun ini berjalan dengan pandangan kabur menuju dapur. Di sana, ia duduk di kursi meja makan sambil meneguk segelas air.Gluk.. gluk.. gluk"Ah, segar. Kenapa kalian belum masuk kamar?""Hehe, belum bu. Ini baru mau masuk kamar.""Oh, hmm.. Neira, jaga diri ya!" Sesuai arahan, mereka pun masuk ke kamar masing-masing. Malam pertama yang harusnya dinikmati oleh pasangan suami istri itu sirna. Neira yang banyak berharap pada ciuman pertama Ervin, hanya bisa tertunduk lesu. Ia menyempatkan diri menatap beberapa foto yang sempat diabadikan tadi siang. Matanya berbinar penuh harap. Pernikahan itu tetap berlangsung meski secara siri terlebih dahulu. Lalu, ia menghadap ke arah tumpukan kado dan mengambil salah satu kado seserahan dari keluarga Ervin. Di
Magbasa pa
Buah Hati Tersayang
"Aku harus pulang cepat, ya. Makasih buat hari ini." ucap Antony. Lalu, dia mengemas beberapa barang untuk ia masukkan ke dalam tas. Selain itu, ia berdiri di depan cermin. Menatap pesona wajahnya sendiri dengan penuh keangkuhan. Sementara itu, perempan yang ia sebut sebagai sekretarisnya itu menyiapkan jamuan makan sebelum Antony pergi meninggalkan area apartemen. Terlihat picik memang. Janji setia untuk Aurora itu semu. Padahal, ia bekerja untuk membuktikkan bahwa ia lebih baik dari pada Ervin. Tapi, kenapa jadi seperti ini?"Makan dulu, mas.""Ini buatan kamu? Makasih, lho.""Sama-sama. Ta-tapi, ini beneran kita jadian mas? Saya gak perlu panggil bapak lagi? Apa ini gak terlalu cepat?""Itu kembali ke kamu sebagai penerima, cantik. Lagian saya bosen kalau menghadapi istri di rumah yang kucel dan gitu-gitu aja. Kalau kamu enak dipandang. Belum lagi pinter lagi." Antony menarik dagu wanita lugu itu dengan manis. Selama 1 jam lamanya, mereka menikmati jamuan makan siang sam
Magbasa pa
Perihal Kehilangan dan Rasa Ingin Memiliki
"Menikah tanpa dasar cinta itu ribet juga, ya?! Setiap hari haru aduk acting kaya artis." gumam Ervin. Ia sedang memutar-mutar mi menggunakan garpu. Mereka berdua rupanya sedang menikmati menikmati makan siang bareng di dapur. Neira yang sekarang menjadi istri Ervin sedang mengambil saus di lemari dapur. Pada kesempatan ini, Ervin juga kembali membuka ponsel dan mengomentari status kesedihan Aurora di WA. Jari-jarinya sudah gatal inginkan mengetik, sayangnya Neira datang dan menawarinya saus pedas sesuai permintaan. "Oh, makasih. Ra." Ervin langsung menaruh ponsel di meja."Harusnya bilang sayang dong, Vin.""Hmm..""OTW kan ya?"Ervin tak membalasnya dengan kata. Tapi, ia berusaha melontarkan senyum sinis untuk Neira. Dimana mulutnya tersenyum, tapi matanya datar tanpa ekspresi. Beranjak dari sana, Ervin segera menuangi makanannya itu dengn saus sesuai selera. Mereka berdua menikmati sajian makan siang dengan lahap. Tak sampai di sana, Neira kembli ke dapur dan mencari b
Magbasa pa
Kapan Isbat Nikah?
"Udah, lah pusing. Aku mau ke kamar lagi.""Ekhem.." Ditengah percakapan itu, datanglah mama Neira ia masuk ke rumah tanpa sengaja. Lalu, beliau mengambil bobol yang sudah diisi air mineral. Sembari melempar senyum ke arah mereka, beliu putar badan dan kembali ke luar rumah. Entah, kemana perginya beliau. Sudah pasti berkumpul bersama geng ibu-ibu di komplek atau jalan-jalan ke suatu tempat. Pasalnya, mama Neira itu tampil dengan pakaian modis dengan air putih yang tak pernah ditinggal. Ervin dan Neira hampir lupa dengan bahasan tadi. Hingga akhirnya, mereka memilih diam tanpa kata sambil menikmati kerupuk jangung yang renyah. Saat tangan mereka secara bersamaan bersentuhan berebut keripik, Neira merengek. "Aah, aku yang duluan kan? Kamu ngalah, deh!""Hmm.. iya, iya. Oh, tadi kita bahas sampai mana ya?""Mana aku tahu?!" Neira mengelak dan mengambil toples itu."Oh, iya perihal sidang isbat itu aku masih ragu sama kamu." Ervin berusaha kembali menjelaskan kata-kata yang sama.
Magbasa pa
Setelah Kepergian Nakula
"Jawab dulu, Nei!" Ervin menarik tangan Neira yang beursaha mengejar teman-temannya untuk ikut pulang lebih dulu. " Ya, semoga Allah rida. Aku harap pernikahan kita memang bukan pernikahan main-main" ucap Neira sambil tertunduk dan kembali duduk di kursi."Iya, semoga." Ervin melepas genggamannya dan menoleh ke kiri. Kini, mereka berdua berusaha saling menatap satu sama lain. Obrolan tentang sidang isbat nikah masih berlanjut. Neira menguatkan argumennya dan tetap berpegang teguh pada jadwal sidang tersebut. Tangannya dengan lincah memencet tombol hijau di ponsel. Ia mencoba hubungi pamannya yang sempat menjadi saksi saat pelaksanaan menikah siri. Ervin yang melihatnya hanya bisa memegang kepala sambil geleng-geleng. Melihat Neira yang sedang sibuk telponan, ia juga dengan berat hati membuka ponsel. Lalu, mengirimkan pesan kepada pamannya juga untuk datang ke Jakarta."Udah telponannya? Ribet kan?""Namanya juga usaha, Vin. Semua ibadah pasti ada ujiannya. Santai aja, bi
Magbasa pa
Lika-liku Sidang Isbat Nikah
"Insyaa allaah, bu. Pasti aku dan Mas Antony akan berusaha semaksimal mungkin. Mohon doanya saja ya, bu!" Aurora mendorong mangkuknya secara perlahan. Ia tak nafsu lagi menghabiskan sisa kuah mi. Sementara itu, Bu Firah langsung menunduk dan menghabiskan air di gelasnya. Mereka diam seribu bahasa selama beberapa saat. Lalu, bu Firah membalas pernyataan Autrora tadi dengan satu kata. Yaitu, Aamiin. Saat kuburan Nakula masih basah sekaligus hati Aurora masih ditikam rasa kehilangan, semua mata tertuju pada status Aurora sebagai istri. Rasa sakit itu justru tak bisa membuatnya pulih. Hati Aurora kembali menggerutu karena kecewa. "Kenapa harus aku yang dituntut sempurna? Ya Allah, lapangkan hati ini untuk menerima takdir yang menyayat hati ini." Kemudian, Bu Firah bangun dari tempat duduknya dan langsung pergi ke kamar. Sementara itu, Aurora mengambil mangkuk dan gelas untuk ia cuci. Tanpa perlu ditumpuk, ia langsung mencucinya sembari mengahalau segala rasa tak enak yang
Magbasa pa
Gurauan di Kamar
"Tentu, karena pernikahan kami ingin diakui oleh negara. Mengingat ada banyak keuntungan bagi istri atau pun anak kelak jika pernikahan kami sudah resmi.""Lantas, kenapa kamu memilih nikah siri? Kan kalian bisa melangsungkan pernikahan sederhana di KUA terdekat?""Begini, izinkan saya yang menjawab." Neira mengambil alih mikropon. Saat itu Neira bicara panjang lebar. Tangannya menjelaskan dengan rinci kejadian mereka telat akadl. Padahal, tamu dan acara resepsi dirayakan cukup meriah. Sementara itu, Ervin yang ada di dunia nyata hanya bisa tersenyum. Ia duduk dan medekat ke araah kasur. Sesekali tangannya ia arahkan ke rambut Neira dan membelainya. "Aku tahu, kesungguhan cintamu nyata. Sabar, ya!" ucap Ervin. Meskia ia elus, Neira tak sadar sama sekali. Di sana, ia justru memilih untuk ubah posisi tidur dengan membelakangi Ervin. Lalu, ia melanjutkan serangkaian pertanyaan sidang isbat nikah yang cukup serius. Ervin tak tega membangunkan istrinya. Ia mengambil pons
Magbasa pa
Dilanda Kebingungan
"Kayanya masih dinas di luar, bu. Semalam udah telpon soalnya.""Oh, kirain udah pulang. Soalnya udah kirim gaji ke rekening ibu." Bu Firah dengan sengaja masuk ke kamar Aurora. Ia duduk di kasur dan menatap ke area sekitar. Rupanya, ia mendapati sang menantu sedang beres-beres berkas. Tak sampai di sana, beliau menoleh ke arah jendel untuk mengecek kebersihan kamar lebih dalam. Tangannya menyentuh kaca dan didapati masih kotor dengan debu. "Pantas aja Nakula mudah sakit. Jendela saja masih berdebu. Coba bersihkan juga area ini, ra.""Oh, iya bu? Biasanya aku suka bersihin dan kebetulan saja ini beres-beresnya juga belum selesai.""Hmm.." Beliau terus saja mengelilingi area kamar. Kemudian, beliau keluar dan bergegas pergi menuju dapur untuk memasaak. Sementara itu, hati Aurora bergusar. Ia ingin sekali jalan-jalan keluar untuk jajan atau sekadar cari angin. Sayang, jatah uang bulanan sudah habis. Ia ingin sekali menghampiri Bu Firah untuk mengajaknya jalan. Menging
Magbasa pa
Lika-liku Cinta dan Luka
"Kok gak dibalas, ra?""Udah, kok!""Emang siapa yang chat?""Hmm.. Tumben kepo?" Setelah ditanya oleh Neira, lagi-lagi Ervin mengelak dan alihkan pembicaraan. Sambil menggarukkan kepala, ia mengajak Neira untuk jalan-jalan keluar bersama Pak Adam. Dengan wajah tersipun malu, mereka tersenyum dan mengiyakan ajakan Pak Adam kepada mereka. Kebetulan sekali Ervin mengajak, ada beliau yang juga mengajak mereka dengan resmi. Namun tidak langsung berangkat, Ervin mempersilahkan atasannya itu untuk berangkat lebih awal. Mereka berdua akan mengikutinya dari belakang. Sambil berjalan, Ervin dan Neira berusaha cairkan suasana."Nei tahu gak?""Apa?""Lihat, Pak Adam sama istri pertamanya romantis bukan?" Ervin menunjuk ke arah beliau yang memegang erat tangan seorang wanita sambil sesekali mengelus rambutnya."Iya juga, Vin. So sweet, ya!""Ekhem, kalau ditarik benang merah ke belakang katanya Pak Adam dan istrinya juga terjebak perjodohan seperti kita. Sayangnya, saat cinta mereka tumbuh sa
Magbasa pa
PREV
123456
DMCA.com Protection Status