Ditinggal nikah pacar rasanya gimana? Atau mencintai istri orang itu boleh gak? Hal tersebut sebanding dengan pria yang satu ini. Namanya, Ervin Alvian yang merupakan seorang Social Media Manager di salah satu perusahaan konglomerat media massa dan Multinasional Amerika. Padahal, dirinya hanya lulusan SMK. Karena rasa percaya dirinya itu, ia kembali membuka salah satu akun sosial media untuk memastikan perempuan pujaannya itu bisa menerima lamarannya. Tapi, apa yang terjadi? Aurora Annisa sudah menikah dan dikaruniai seorang anak laki-laki yang lucu.
Lihat lebih banyak"Kenapa ya, Cicak itu diam terus di dinding bukan di lantai?" tanya Ervin.
"Ya, kalau diam dihatiku aku takut.""Kenapa takut?""Coba, pikir aja sendiri. Takut ketuker sama buaya.""Ea.. ea.. ea.." Aurora terus saja berkata seperti itu. Kebetulan, tak ada guru yang datang ke kelas. Padahal, sudah waktunya ulangan mata pelajaran Fisika. Situasi kelas benar-benar riuh. Beberapa diantarnya, ada yang sibuk ngemil, bikin video gerakan harlem shake, adu gosip artis K-Pop terbaru, dan ada juga yang masih sibuk PDKT dengan teman baiknya, seperti yang dilakukan Ervin pada Aurora. Namun, tak lama setelah itu tawa Ervin pudar. Ia disadarkan oleh selimut basahnya dan terbangun dari mimpi. Lagi-lagi, perasaan Ervin masih sama seperti dulu. Ingin rasanya mengungkapkan perasaan dan menuturkan janji 4 tahun yang lalu itu untuk melamar Aurora. Padahal, hari masih pagi. Memori ervin bergemuruh mengingat sosok Aurora yang cantik dengan rambut ikal, kulit putih bersih, dan senyum yang meneduhkan. Ia hampir menunggu 30 menit untuk bengong sebelum ke kamar mandi. Baru setelah 30 menit berlalu, ia bangun dari kasur dan bergegas untuk mandi. Lalu, mempersiapakan segalanya seorang diri di apartement sebelum pergi ke kantor. Coba kalau ia sudah menikah, pasti ada yang sudah duduk manis di meja makan. Tapi, Aurora bukan ya?"Hari ini sarapan pisang ajalah," gumamnya sambil menatap buah pisang yang tersedia di meja makan minimalis. Sambil duduk, ia menikmati pisang dan sesekali minum air putih hangat. Rasanya lega dan pikiran pun mulai enteng. Selain itu, ia juga menyalakan televisi agar situasi hangatnya semakin terasa. Sementara itu, Aurora yang tiba-tiba terus mengusik memori Ervin rupanya sedang sibuk membantu mertuanya masak di dapur. Terlihat dari sudut pintu kulkas, ia sedang memotong bawang merah hingga meneteskan air mata. Ibu mertuanya yang melihat ia meneteskan air mata, langsung datang menghampiri."Kalau mau iris bawang merah, jangan lelet kaya gitu. Bisa dipercepat gak?""Hmm.. maaf, bu. Aku gak kuat kalau iris bawang merah.""Ah, udah kaya orang berada aja gak bisa iris bawang merah. Sini, biar ibu aja!" Ibu mertuanya langsung mengambil pisau dan mengiris bawang merah yang masih tersisa. Karena tak enak, Aurora ganti tugas memotong daging ayam. Lalu, membersihkannya dengan air untuk selanjutnya diungkeb menggunakan bumbu kuning. Ditengah kesibukan itu, suaminya yang bernama Antony datang sambil menggendong seorang anak laki-laki. Ya, anak laki-laki itu adalah buah hati Aurora dan Antony. Ia dengan lucunya turun dari pangkuan Antony dan berlari ke pelukan kaki Aurora. Anak berusia 3 tahun itu merengek minta ibunya untuk pergi keluar."Mamaaah, keluar yuk! Aku pengen main baleeeng mamah aja!" daster yang ia kenakan hampir saja robek karena ulah anaknya."Aduh, cucuku sayang. Kalau sama nenek gimana?" saut ibu mertua yang menyela tangisannya. Meski tanpa jawaban dari sikecil, ibu mertua yang bernama Firah ini langsung menggendongnya. Entah, akan dibawa main kemana anak laki-laki itu. Biasanya, ia pasti diajak pergi jajan ke warung. Kini, tersisa hanya Aurora dan Antony di dapur. Meski sang suami ada di dapur, ia hanya duduk manis sambil menikmati kopi hitam dan rokok. Aurora sendiri yang mempersiapkan jamuan sarapan untuk keluarga. Saat Aurora mengangkat ayam goreng yang sudah matang dari wajan, ia bertanya tentang salah satu hal yang tak asing lagi. Yaitu, meminta kejelasan kapan pindah rumah dan kembali bekerja seperti dulu. Namun, seperti apa jawabannya?"Ah, kenapa sih nanya itu mulu? Sudah di sini aja bareng ibu. Keuangan juga sudah terjamin. Ngapain kerja, bengong aja udah capek!""Eh, mas gak salah ngomong kaya gitu? Bisnis yang dimiliki ibu itu bersifat sementara. Kalau suatu saat bangkrut gimana? Emang mas bisa bantu apa?""Udahlah, bosen!!" Harus berapa kali Aurora tegaskan, ia hanya minta suaminya itu bekerja. Entah, pekerjaan seperti apa pun itu yang penting halal dan bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Karena keributan yang terlalu sering, pesona cantik Aurora pun perlahan pudar. Tubuh semampainya berubah jadi lebar ke samping karena stress. Tak sampai di sana, Antony pergi meninggalkan Aurora seorang diri. Biasanya, ia pergi memancing ikan di sungai yang tak jauh dari rumah. Aurora hanya bisa menghela nafas dan sesekali mengusap dadanya. Dan hari begitu cepat terlewati. Ervin yang tengah sibuk di kantor mendapatkan kejutan. Matanya berbinar saat mengecek email yang diterima, ia ternyata naik jabatan menjadi social media manager."Wih, pasti naik jabatan nih. Selamat, ya!" ucap rekan kerjanya yang duduk di samping."Iya, alhamdulilaah broh. Lo juga kan?" Karena kantor pusatnya ada di Amerika, sub kantor yang di Jakarta hanya mengumumkan beberapa kandidat yang dapat promo jabatan melalui email. Selanjutnya, akan diadakan secara terbuka sambil mengadakan evaluasi kinerja minggu depan. Pengumuman penting ini benar-benar membuat Ervin terkejut. Setelah itu, keesokan harinya Ervin menyempatkan diri pergi ziarah ke makan kedua orang tuanya. Ia ingin mencurahkan pencapaiannya sambil mengirimkan doa terbaik untuk mereka. Karena hari libur, ternyata yang datang untuk berziarah ke makan cukup banyak. Sambil memperhatikan setiap nisan yang berjajar, akhirnya ia menemukan batu bertuliskan nama mereka. Terlihat, sudah mulai banyak rumput liar yang tumbuh. Ia sesekali membersihkannya dengan tangan. Lalu, mengirimkan doa-doa suci untuk mereka."Maah.. paah.. alhamdulillah, aku naik jabatan. Pasti mamah sama papah bangga bukan? Anak laki-laki yang dulunya patah semangat karena gagal tes masuk perguruan tinggi negeri, ternyata bisa merasakan angin kebebasan seperti ini." Setelah segala bualan cita, mimpi dan angan tersampaikan, Ervin memutuskan untuk pergi ke salah satu kafe di daerah Jakarta Selatan. Ia sudah menaruh janji bersama teman-temannya untuk menikmati akhir pekan di sana sambil berbincang tugas kantor yang mungkin belum terlaksana. Ia kira, dirinya terlalu cepat pergi kesana. Tapi ternyata, teman-temannya itu sudah menunggu Ervin cukup lama. Sambil mengendarai mobil klasik favoritnya, ia berkirim pesan kepada mereka untuk sabar menunggu. Selain itu, ia juga meminta mereka untuk memesankan kopi dan camilan favorit seperti biasanya. Sambil menaruh canda, teman-temannya itu menggoda Ervin untuk secapatnya ke sini. Mereka takut terkena fitnah racun kopi yang ditaruh oleh sahabat seperti yang sudah tersiar di media sosial. Tapi, basa-basi itu tak mempan bagi Ervin. Ia masih bisa menaruh tawanya di saku celana. Humor itu kurang lucu katanya."Ah, lagu lama. Udah, tolong pesenin! Nanti gue bayar, kok." Tanpa terasa, akhirnya ia sampai di kafe yang tertuju. Ervin pun ikut duduk bersama mereka sambil melanjutkan candaan kopi beracun. Katanya, kopi ini mengandung racun pertanyaan mematikan. Ia akan terus menagih hutang tanpa ampun. Wah, ternyata itu adalah kode bahwa teman-temannya tahu Ervin dapat promo dan naik gaji. Otomatis, beberapa diantara mereka ada yang menagih hutang dan traktir makanan. Lalu, tiba-tiba satu daiantara mereka melontarkan beberapa pertanyaan yang tak biasa. Di saat umurnya yang dibilang masih muda, rekan kerja yang duduk di sampingnya itu menggoda Ervin dengan pertanyaan layakanya bapak-bapak. Ya, mungkin karena Ervin adalah salah satu karyawan yang paling muda diantara mereka."Wah, gaji naik, jabatan naik, calonmu mana? Vin""Ada, dong!" Ia dengan penuh percaya diri melontarkan jawaban ada. Memorinya kembali mengingat Aurora. Lalu, saat teman-temannya sibuk di depan layar leptop, Ervin kembali menginstal aplikasi f******k. Ia masih sangat ingat dengan janji 4 tahun yang lalu, melamar Aurora pada saat ia sudah di puncak karir. Sengaja hidup tanpa sosial media, berharap ia lebih fokus kerja dibanding memikirkan hal lain. Namun, harapan itu sirna ketika ia membaca pesan balasan dari Aurora. Ada selebaran undangan pernikahan dari Aurora dan Antony yang ternyata terkirim 3 tahun yang lalu."Aduh, badanku jadi lemes gini. Kenapa kamu bisa ingkar janji, ra?"Bersambung.."Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif"Ervin mencoba menghubungi Aurora saat itu juga. Sayangnya, hanya terdengar notifkasi bahwa nomor Aurora tidak aktif. Kesal campur khawatir, ia berusaha mengirimkan pesan kepada Aurora. Meskipun hanya terbaca ceklis satu, setidaknya ia bisa memberi kabar kepadanya bahwa ia ada di rumah yang sama. Saat itu, Ervin kembali mengubah posisi duduknya. Lalu, tiba-tiba perutnya berbunyi. Hal semacam itu memberi sinyal ia sedang lapar. "Aduh, perut kerconcangan gini. Mana nyamuk berisik. Tangaku udah gatel, nih!" ujarnya dengan nada pelan tapi kesal sendiri. Kemudian, tangannya menyentuh saku baju. Ia mendapati 1 bungkus kecil kue untuk ibu hamil. Tak lain, camilan itu adalah sisa dari camilan milik Neira. Sedikit melegakan, Ervin kini bisa mengisi perutnya. Sambil tertawa kecil, ia mengingat wajah lucu Neira saat itu juga. "Yah, aku tahu kamu memang baik Nei. Makasih, ya. Aku gak ingat kamu nyimpen cemilan ini di saku baju. Entah harus
"Ibu duluan aja." Reva meminta Bu Firah untuk masuk ke kamar lebih dulu. Sambil menatap area luar, ia juga ikut masuk ke kamar. Lalu, ia lanjutkan dengan duduk di salah satu kursi. Wanita itu juga menata area kamar Bu Firah yang cukup bersih. Namun, aroma minyak kayu putih cukup menyekat kuat baginya. Pada saat itu juga, Reva meminta izin untuk buka jendela sebentar saja. Dirinya ingin menghirup udara segar terlebih dulu sebelum tidur. "Jangan ditutup, rev. Ibu ga kuat sama angin Jakarta!" "Oh, hehe iya maaf bu. Kalau saya tidurnya di bawah boleh?" "Nanti kamu kedinginan lho, cantik. Yaudah, kamu boleh buka jendela kalau saya sudah tidur. Kamu disini dulu temenin saya." Keduany merebahkan badan dan berlawanan arah tanpa tatap. Memori Reve bergejolak sedangkan Bu Firah terlelap tidur lebih cepat. Beberapa pertanyaan pun muncul di benak akal bulusnya. Sambil menatap foto pernikahan Antony yang masih dipajang, ia pun mengeluarkan sumpah serapah untuk keluarga kecil in
"Tapi, apa? Udah yah, aku berangkat dulu sayang. Jaga diri baik-baik dan jaga dede di perut sehat juga." ucap Ervin yang langsung mengecup kedua pipi Neira. Lalu, ia tancap gas berlari menuju mobil. Tak tertinggal, ponsel dalam sakunya pun ia bawa sebagai pentunjuk jalan. Ia berlari cukup kencang sampai Neira kewalahan menahan perutnya. Dari sana, Neira bergegas duduk di kursi teras dan mengelus perutnya sendiri. Sambil menatap Ervin dari jauh, terlihat ia sudah mulai masuk mobil. Sembari duduk, Neira juga berteriak memberikan seruan untuk sang suami. "Jangan lupa lapor polisi, ya!""Aduh, dasar Mas Ervin ada-ada aja. Sekarang aku panggil dia mas, deh. Barangkali bisa luluh. Sabar ya, kakak. Itu ayahmu lagi bantu orang. Semoga cinta tetap buat kita, ya!" Neira bergumam dan mengelus-ngelus perut yang mulai terlihat sedikit buncit. Sementara itu, Ervin yang sudah duduk manis di dalam mobil kembali membuka kaca. Ia menatap ke arag spion untuk memastikan istrinya masih ada di
"Biasa, Nei.." "Iya, iya.. aku gak bakalan angkat, kok!" ujar Ervin sambil mengubah nada ponsel ke hening. Lalu, ia membuka pintu untuk mempersilahkan istriny duduk dan menutupnya. Ia memutar arah untuk membuka pintu sendiri. Sekarang, mereka hanya fokus memandang area jalanan. Tapi meski begitu, Ervin curi-curi waktu mengecek ponsel meski istrinya cemberut. Tapi, kali ini ada yang berbeda. Saat ia mengecek ponsel, ada panggilan masuk dari salah satu orang penting di kantor. Siapa lagi kalau bukan Pak Adam. Orang yang juga ia anggap sebagai orang tua angkat sekaligus berjasa atas perjodohan dirinya dan Neira. "Ini ada telpon dari Pak Adam." "Oh, i-iya. Aduh, jangan-jangan dari tadi beliau nelpon. Angkat saja, Vin!" Neira gigit jari seolah merasa bersalah. Ia takut bosnya itu sudah lama menghubungi Ervin. Tapi, sebenarnya tidak sama sekali. Beliua baru menghubungi Ervin tepat saat suaminya itu mengecek ponsel. Sisanya adalah Aurora yang mengirimkan banyak pesan dan
"Aurora?!" "Aurora?!" "Buka pintunya!" Beliau terus saja mengetuk pintu sampai Aurora membukanya. Dan saat pintu itu terbuka, sempat ada jeda beberapa detik dimana mereka berdua saling tatap. Aurora menahan tangisnya dan berusaha menguatkan diri. ia pikir dirinya bakal diusir saat itu juga oleh Bu Firah. Sayangnya, pikiran itu hanyalah bayangan semu semata. "Ibu mau ngomong sesuatu di ruang tamu bisa? Kebetulan ibu gak enak juga diam sendirian dari kemarin." "Hmm.. i-iya, bu. Sebentar. Ibu duluan duduk nanti aku nyusul. Kebetulan lagi beres-beres berkas." "Berkas buat apa?" "Aku lagi ikut pelatihan, bu." Dengan wajah ketus seolah tak percaya dengan yang Aurora nyatakan, beliau masuk ke kamar sebentar dan menatap sekeliling kamar. Lalu, membalilkkan bada untuk bergegas duduk kembali di sofa ruang tamu. Aurora sebenarnya risih. Hanya saja ia masih menghormati sosok Bu Firah sebagai orang tua sekaligus mertua. Dan sambil menatap matanya di cermin, Aurora meyakinkan
"Tenang, Nei. Biar aku jelasin.""Jelasin apa? Bukannya prioritasin istri malah teman. Bisa gak si gak usah layanin dia""Aku juga gak layanin, Nei. Aku hanya bantu dia lewat teman. Lagian kita gak ada hubunan spesial. Teman biasa!""Teman biasa? Perselingkuhan juga berawal dari biasa saja.""Lagian aku gak nyembunyiin itu dari kamu kan?! Semuanya terbuka." Percakapan itu terdengar cukup keras. Ervin yang awal mulanya bernada lembut mengikuti nada Neira yang emosi. Seolah-olah dipaksa untuk selingkuh tanpa bukti. Entah, apa yang merasuki Neira. Mungkin karena hormon hamil, ia tak bisa kendalikan emosi dan hanya ingin dimengerti. Di sisi lain, Ervin juga belum paham apa yang harus dilakukan oleh seorang calon ayah."Terus kamu maunya apa? Hah?!" tanya Ervin mendekat. Ekhem..Terdengar seseorang menyelinap di balik pintu kamar. Ternyata dari tadi ada adik Neira yang diam dan menyimak. Ia pura-pura bertanya pada kakaknya. Bukan sekadar basa-basi, ia bernniat untuk melerai k
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen