All Chapters of Duda Pilihan Ayah: Chapter 41 - Chapter 50
70 Chapters
Empat Puluh Dua
"Po, gimana caranya cara buat papa lo move on?" tanya Naya pada ikan yang sedang berenang dengan tenangnya itu. Sudah lama dirinya tidak menyapa ikan kesayangan suaminya ini, Naya meletakan dagunya di atas meja sambil memperhatikan ikan kesayangan suaminya ini. Karena dengan adanya ikan ini suaminya juga sering duduk bersantai di sofa sambil menatap ikan itu. Sebebernya apa menariknya? Banyak yang bilang menatap ikan itu salah satu upaya stress release, benar kah? "Kamu nggak bosen, cuma berenang kesana kemari aja?" tanya Naya. "Sejak kapan kamu bicara sama hewan?" Suara itu membuat Naya berdecak kesal. "Sejak punya suami susah bicara," Balasnya, Dewa berjalan kearah Naya kemudian duduk di sofa yang ada di belakang Naya. Memperhatikan Naya yang menggambar pola abstrak di aquarium ikannya itu. "Jangan duduk di lantai." Perintahnya menepuk sofa di sisinya. "Suka-suka gue mau duduk dimana," balas Naya sewot. "Kanaya." dari panggilannya saja sepertinya suaminya itu tidak ingin d
Read more
Empat Puluh Tiga
Hari ini Naya kembali seperti biasanya hanya berdiam diri dirumah, rasanya masih kurang jalan-jalannya kemarin walaupun harus ketahuan suaminya kalau dirinya menggunakan anak mereka untuk menyenangkan dirinya sendiri. Tapi ibu hamil kan memang butuh refreshing, agar tidak bosan dan suasana hatinya harus senang jadi bayinya juga ikut senang. Apalagi Dewa setelah kembali dari jalan-jalan singkat mereka langsung kembali menyibukan diri dengan pekerjaannya, bahkan semalam laki-laki itu di ruang kerja hingga tengah malam. Namun karena seharian sudah menemaninya jadi Naya membiarkan Dewa berkutat dengan pekerjaannya. "Mbak mau saya buatkan cemilan?" tawar bi Rosma membuat Naya mengangguk. "Boleh bik, tapi saya bantuin, Ya. Bosen bik," ujar Naya membuat bi Rosma mengangguk. Setelah ada bi Rosma Naya hanya diam saja, tidak lagi melakukan pekerjaan rumah sama sekali karena Dewa juga melarangnya, dan hanya mengurus Dewa seperti menyiapkan baju, membantunya bersiap dan te tidak melakukan apap
Read more
Empat Puluh Empat
Setelah menyelesaikan memasaknya Naya segera menyusul suaminya ke kamar, sesampainya di kamar Naya melihat Dewa sedang duduk di atas ranjang dengan buku di tangannya. Dewa itu aktivitasnya hanya kerja, baca buku, dan olahraga selain itu sepertinya tidak ada. Sangat berfaedah bukan kehidupan suaminya itu jelas sangat berbeda dengan dirinya yang hanya bermalas-malasan, tapi herannya Dewa tidak pernah komplain apapun tentang kehidupannya. "Kok tumben tadi pulang cepet?" tanyanya lalu ikut menyusul suaminya. "Saya besok ke bali." ujarnya membuat Naya mengerucutkan bibirnya kesal. agaimana tidak kemaren suaminya hanya mengajaknya jalan-jalan keliling kota, dan sekarang suaminya itu akan ke Bali. "Ngapain? Aku ikut ya? " ujar Naya merengek. "Saya kerja, bukan liburan." jawab Dewa membuat Naya semakin cemberut. "Aku nggak akan ganggu kamu," ujar Naya serius. Dirinya akan jalan-jalan sendirian tanpa mengajak suaminya dan membayangkan jalan-jalan menginjak pasir pantai rasanya menyenangk
Read more
Empat Puluh Lima
Sudah tiga hari suaminya berada di Bali, hubungan mereka juga tidak seperti kemarin-kamarin biasanya Naya selalu mengirim pesan kepada suaminya hanya untuk bertanya sudah makan atau belum, sedang apa dan banyak hal yang tidak perlu di tanyakan. Namun kali ini Naya tidak membalas ataupun mengirim pesan ke suaminya.Entahlah dirinya ingin menenangkan diri dulu, semakin hari perutnya juga semakin membuncit. Naya menonton banyak sekali video-video tentang kehamilan dan melahirkan, yang awalnya tidak memiliki ketakutan apapun justru sekarang merasa takut.Hingga akhirnya hari ini Naya memutuskan untuk berkunjung ke rumah bundanya untuk mencari tips dan trik agar tidak membuatnya takut. Dan karena sejak masalahnya dengan Rian, dirinya belum berkunjung kerumah orang tuanya."Tambah cantik anak bunda," Suara bunda menyambut kedatangan Naya yang baru memasuki rumah."Tumben muji Naya, ada maunya pasti?"Bundanya terkekeh, "Mau dong di kasih cucu yang ganteng dan cantik.""Duh, bunda udah minta
Read more
Empat Puluh Enam
Siang hari ini rumah Naya terasa ramai. Dirinya kedatangan adik iparnya dengan dua anak yang sudah sangat ramai saat mereka datang."Qila jangan lari-lari. Astaga," terlihat Anita sedang memarahi putri pertama mereka, yang sedari tadi berlarian kesana kemari."Mbak, maaf ya Qilla emang super aktif banget sekarang," ujarnya membuat Naya terkekeh."Nggak papa, justru rumah jadi rame." ujar Naya menaruh cemilan dan beberapa minuman ke meja ruang tamu mereka.Karena bik Rosma sedang ke pasar, jadi Naya sendiri yang menyiapkannya. Apalagi adik iparnya itu tidak mengabarinya dulu jadi Naya tidak menyiapkan apa-apa hanya seadanya saja.Melihat adik iparnya yang sibuk mengganti pokok anak keduanya, anak pertama mereka justru kembali dengan dengan baju basahnya, karena ketumpahan air minum. Hal itu membuat ayahnya geram, bagaimana tidak gadis kecil itu terlihat tidak bisa diam, bahkan selalu berdebat dengan mamanya.Naya hanya bisa terkekeh, rumah yang biasanya sepi ini jadi begitu ramai hany
Read more
Empat Puluh Tujuh
Naya menoleh menatap suaminya sambil berbaring. Dewa saat ini masih bersandar di headboard sambil membaca buku. Lampu kamar belum di Matikan, karena sejak mereka memutuskan untuk ngobrol namun berujung dirinya kesal dan memilih untuk tidur duluan, dan suaminya tidak membujuk dirinya atau meminta maaf. "Kenapa belum tidur?" tanya Dewa merasakan pergerakan dari istrinya."Kamu nggak lihat mata aku masih melek gini," jawab Naya sewot. Ternyata kekesalannya masih bertahan hingga sekarang."Tidur, Kanaya." Naya mendengus, kenapa sih suaminya itu selalu membuatnya kesal, tidak bisakah sehari saja suaminya itu membuatnya senang. Naya mengambil tangan kiri suaminya dia taruh di kepalanya agar suaminya itu mengusap-usap lembut kepalanya. Barangkali dengan begitu Naya bisa tertidur.Dewa menoleh sekilas, lalu kembali melihat bukunya. Naya mungkin tidak melihat. Tapi Dewa tersenyum tipis karena istrinya sudah tidak ngambek lagi padanya. Dewa kembali melanjutkan membaca bukunya hanya dengan sat
Read more
Empat Puluh Delapan
Naya menghampiri Dewa yang baru selesai olahraga, setiap pagi Dewa memang rutin olah raga. Berbeda dengannya tidak pernah olahraga, karena pada dasarnya Naya itu pemalas, jadi menurutnya olahraga itu hanya akan bikin capek saja. “Kenapa?” tanyanya membuat Naya mencebikan bibirnya kesal. “Kamu dulu pasti sering olahraga bareng mantan istri kamu kan. Secara dia sering olahraga?” “Tau dari mana?” tanyanya sambil menuangkan air putih kedalam gelasnya. Naya kan memang suka cari gara-gara tentu saja Naya mencari tau apapun tentang mantan istri suaminya itu. Apalagi wanita itu setiap pagi selalu membuat potongan saat dirinya sedang berolahraga. Mengingat hobi suaminya juga olahraga membuat Ñaya jadi kepikiran apakah dulu suaminya setiap pagi juga berolahraga bersama. “Y-ya.. kan tanya aja..” Dewa menggelang singkat dan melangkahkan kakinya meninggalkan Naya. Naya memincingkan matanya menatap suaminya yang semakin menjauh, melihat respon suaminya membuat Naya menyimpulkan jika duga
Read more
Empat Puluh Sembilan
Sejak kejadian kemaren dirinya ketahuan bertemu dengan Rian. Hubungan mereka sedikit dingin bahkan Dewa sedikit mendiamkan Naya. Dan setiap Naya membuka obrolan Dewa menjawabnya singkat bahkan lebih singkat daripada biasanya. Dan pagi ini Naya melihat laki-laki itu sudah duduk di atas karpet ruang tengah, Dewa sedang tampak serius mengeluarkan barang belanjaannya dari kardus. Karena Naya tidak tahan dengan keheningannya Naya menyusul Dewa ikut duduk di karpet,namun belum juga dirinya duduk Dewa menahannya. “Jangan, kamu duduk di atas.” Padahal dirinya hendak duduk saja sudah kesusahan karena perutnya yang sudah mulai membesar tapi bisa-bisanya suaminya itu menghentikannya. Dewa berdiri dari duduknya, dan membantu Naya untuk duduk di sofa, kemudian laki-laki itu kembali duduk di lantai. “Mas, mau di apain, di goreng?” tanya Naya melihat Dewa memindahkan Pipo kedalam wadah kecil. Bahkan mengeluarkan seluruh isi aquariam ikan kesayangannya itu. 'Jadi beneran Pipo mau di goreng?’
Read more
Lima Puluh
Saat ini Naya sedang perjalan pulang namun saat di perjalanan pulang, Naya takut suaminya kembali marah dengannya karena pergi tanpa seizin suaminya, tapi dirinya sudah mengirim pesan tapi memang belum mendapatkan balasan dari suaminya. Itu artinya dia sudah izin bukan, namun tiba-tiba tadinya berpapasan dengan mobil suaminya. “Itu kan mobil Mas Dewa?” ujar Naya melihat mobil berwarna hitam itu yang sangat Naya kenali. Mobil itu berbelok ke arah sebuah restoran makanan jepang yang tidak jauh dari kantor suaminya, namun untuk apa suaminya ke restoran jepang bukankah Dewa tidak menyukai makanan mentah itu? “Pak, berhenti disini aja,” ujar Naya memperhatikan taxi nya. Karena penasaran, Naya hendak menyusul suaminya itu namun saat Naya masuk kedalam restoran itu, dan saat Naya mencari suaminya Naya melihat Dewa yang duduk sendirian. “Ngapain Mas Dewa duduk sendirian di sana,” guman Naya. Saat Naya hendak menghampiri suaminya justru ada seorang wanita yang berjalan ke arah meja sua
Read more
Lima Puluh Satu
"Maksud kamu apa, Mas?" tanya Naya melepaskan dekapan suaminya.Naya manatap Dewa dengan tatapan marah, kecewa dan muak yang bercampur menjadi satu."Beri saya waktu sedikit lagi," ujar Dewa."Berapa lama lagi? Sampe aku muak dan pergi dari hidup kamu?" tanya Naya menatap suaminya marah."Selama ini aku diam, nutup mata dan telinga. Karena aku masih berharap kamu berubah, Mas. Aku selalu berusaha untuk menjadi istri yang baik buat kamu. Dan ini balasan yang aku dapatkan?" Kali ini Naya sudah benar-benar tidak bisa menahannya lagi, dan sepertinya sembilan bulan pernikahan sudah cukup untuk dirinya dengan Dewa. Untuk apa dirinya berjuang sendirian, sedangkan yang dirinya perjuangan saja tidak pernah mau membuka diri. Mau sampai kapan suaminya itu terikat dengan masalalunya."Kalau memang kamu belum selesai dengan masalalu kamu, harusnya kamu selesaikan itu dulu tanpa kamu bawa aku dalam kehidupan kamu yang rumit ini, Mas." Melihat suaminya diam membuat Naya tersenyum miring, "Kalau ka
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status