“Besok kamu harus menikah dengan juragan!”Suara paman Bahar yang cukup tenang kemarin sore, tak membuat Iriani merasa aman. Memang hari ini paman yang Iriani kira sebagai ayahnya, sedang tak mabuk. Namun suara yang sedikit lebih tenang dari biasanya malah mampu membuatnya hampir terlonjak kaget.Apa ini, harus menikah dengan juragan tua itu? “Ma-maksudnya gimana, Paman?”Iriani memberanikan diri bertanya, sebab ia merasa perlu mengetahui alasannya. Ini tentang pernikahan. Dan Iriani tak ingin gegabah mengiyakan.“Ya, menikah! Harusnya kamu senang, anak yatim piatu seperti kamu ada yang menjadikan istri. Laki-laki itu juga kaya, bisa membantu perutmu berhenti dari rasa lapar!”Paman Bahar yang ditanya, tapi bibi Hilda yang menjawab. Istri pamannya itu entah ada masalah apa, sepanjang ingatan Iriani, perempuan bertubuh berisi ini, sering ketus dan begitu judes padanya.Dan kalimat menyakitkan yang sering ia hujani untuk Iriani sungguh memilukan hati. Entah betul atau tidak, bibi Hil
Baca selengkapnya