Semua Bab Gara-gara Mertua: Bab 21 - Bab 30
43 Bab
Part 21
POV Naya"Kamu tau kenapa Umi dan Abi dulu setuju kamu menikah dengan Arman?" Pertanyaan Ini barusan hanya aku jawab dengan gelengan kepala."Karena orang tuanya Arman adalah sahabat baik, Umi," ucap Umi pelan tapi mampu membuatku kaget."Jadi Ibunya Mas Arman sahabat Umi? Tapi kok....""Ibu kandungnya. Bukan Ibu yang kamu maksud," sanggah Umi membuatku syok."Aku nggak ngerti maksud, Umi.""Ibu mertua kamu sekarang, bukan Ibunya Arman. Dia hanya babu yang kemudian menjadi ratu dirumah itu.Deg!"Jadi selama ini dia bukan mertuaku?" tanyaku spontan sambil menutup mulut."Hus, ngomong apa kamu. Dia tetap mertua kamu," balas Umi sambil mengibaskan tangannya."Pantesan selama ini Ibu nggak sayang sama Daffa dan aku. Ternyata....""Sebenarnya Umi sama Abi tau kalau kamu diperlakukan tidak baik oleh mereka. Tapi kami memutuskan diam dulu, lagian kamu juga sudah dewasa. Tau bagaimana caranya menghadapi masalah," sambung Umi lagi yang membuatku merajuk."Umi tau, tapi nggak mau belain Naya,"
Baca selengkapnya
Part 22
Pov NayaKuraih beberapa berkas yang sudah aku persiapkan sebelumnya. Tidak lupa ponsel dan headset. Aku butuh itu untuk bisa fokus. Kulirik jam yang ada di pergelangan tangan. Ternyata sudah pukul delapan pagi.Hari ini aku ada janji dengan Pak Wira. Aku tidak boleh terlambat. Karena katanya dia ada jadwal lainnya setelah ini. Setelah pertemuan tidak sengaja kemarin, membuatku lebih sering berkomunikasi dengannya.Apalagi setelah waktu itu dia membantuku menenangkan Daffa yang sedang menangis. Karena jarang-jarang Daffa mau digendong oleh orang lain."Nay, makan dulu," ujar Ibu saat aku baru saja keluar kamar."Nggak sempat lagi, Umi. Aku buru-buru," tolakku lembut kemudian meraih Daffa dalam gendongan Umi. Aku membuka resleting baju kemudian memberikan Daffa ASI.Karena kata Umi, biar Daffa dijaga oleh Umisaja. Lagian aku juga pergi tidak lama, jadiUmi ingin menghabiskan waktu bersama cucutercintanya. Untungnya selain minum ASI,Daffa juga minum sufor. Jadi aku tidak terlalu cema
Baca selengkapnya
Part 23
POV ArmanSetelah mendapatkan ijin dari Pak Bagas. Aku segera menelpon Intan agar menjemputku. Jika aku memesan taksi online, pasti akan lama. Karena jarak antara kantorku ke jalan Linggar Jati lumayan jauh. Untung saja Intan dengan senang hati membantuku kali ini."Emangnya kita mau kemana sih, Mas?" tanya Intan padaku saat kami sedang dalam perjalanan menuju ke cafe tempat Naya selingkuh."Kita ke cafe yang di jalan Linggar Jati ya. Aku ada perlu," jawabku tanpa melihat kearahnya. Dipikiranku sekarang hanya Naya dan Naya.Kuacuhkan beberapa pertanyaan yang dari tadi terlontar dari mulut Intan. Karena aku memacu mobil dengan sedikit kencang, makanya aku ingin fokus menyetir saja."Mas, hati-hati. Aku takut," pekik Intan saat aku membawa mobil dengan kecepatan tinggi."Maaf, Intan. Tapi aku sedang terburu-buru," jawabku."Tapi ini mobilku, Mas. Kalau terjadi apa-apa kamu harus tanggung jawab," bentak Intan sambil memukul lenganku."Iya, kamu diam aja dulu. Aku harus segera sampai kesa
Baca selengkapnya
Part 24
POV Arman"Iya, Mas. Aku akan jelaskan semuanya di sana. Kita sama-sama harus bisa menjelaskan pada orang tuaku. Bagiamana bisa aku di sini bersama Pak Wira. Dan bagaimana bisa kamu ke sini bersama wanita ini. Satu lagi, kamu juga harus bisa menjelaskan kenapa bisa diantar jemput oleh wanita seperti dia," desis Naya pelan.Deg!Bagaimana Naya bisa tau jika aku sering pergi dan dijemput oleh Intan. Kenapa sekarang jadi aku yang harus menjelaskan semuanya."Apa maksud kamu?" tanyaku menatapnya garang."Kamu tau sendiri maksud aku, Mas. Ingat ya, aku tidak bodoh. Kita buktikan nanti di rumah Abi dan Umi. Siapa sebenarnya yang bersalah.Setelah mengatakan itu, Naya langsung pergi dengan tas di punggungnya. Juga laki-laki tadi mengikuti dari belakang. Apa-apaan ini, seharusnya di sini aku yang marah. Bukan malah Naya yang memperlakukan aku seperti ini.Padahal yang ketahuan selingkuh itu dia, bukan aku. Aku mengepalkan tangan dengan kuat, sebisa mungkin aku harus bisa meredam emosi yang ki
Baca selengkapnya
Part 25
POV Arman"Yakin seribu persen saya, Pak. Apalagi akhir-akhir ini Istri saya itu berubah. Dia tidak lagi peduli pada saya, bahkan sekarang dia memutuskan untuk pulang kerumah orang tuanya," jelasku lagi. Padahal aku tidak ingin semua orang tau tentang masalah rumah tanggaku. Tapi apa boleh buat, aku harus membuat Pak Bagas percaya padaku."Kamu tau siapa laki-laki ini?" tanya Pak Bagas sambil menunjuk laki-laki yang masih sok keren itu. Aku hanya menggeleng tanpa bersuara. Aku masih kesal."Dia itu anak saya! Calon penerus perusahan saya. Tempat kamu bekerja!"Deg!"Maaf, Pak. Saya tidak mengerti," ucapku gugup. Nafasku seakan terhenti saat ini juga. Rasanya bumi berhenti berputar pada porosnya."Dia Ajun Prawira. Anak saya, keluarga Prawira. Kamu mengerti sekarang?" tanya Pak Bagas padaku setelah menjelaskan untuk kedua kalinya. Aku menelan ludah yang terasa kering. Kenapa aku menjadi mendadak pusing seperti ini. Aku kehabisan kata, tidak tau mau bilang apa lagi."Dia yang kamu perma
Baca selengkapnya
Part 26
"Nay, aku masuk ya," ucapku ketika sudah berada di depan pintu kamar yang sedikit terbuka. Tidak ada jawaban. Tapi aku tetap memilih masuk."Berhenti, Mas. Jangan masuk!" tekan Naya padaku sambil mengangkat tangannya. Langkahku terhenti."Aku mau bicara," ucapku lagi sambil melangkah lagi untuk bicara lebih dekat. Naya bangun dari tidurnya, kulihat Daffa tertidur pulas di sampingnya."Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Mas. Aku mau kita pisah, aku rasa hubungan kita sudah tidak sehat. Aku tidak sanggup lagi bertahan, jadi tolong ceraikan aku. Biarkan aku melepaskan diri dari kalian."Naya berucap tanpa melihat ke arahku. Dia bahkan mengacuhkan aku yang berusaha mendekatinya. Bukannya minta maaf, tapi malah ini yang dia katakan."Sadar, Nay. Sadar. Yang barusan kamu ucapkan itu tidak baik," ucapku sambil menarik tangan Naya yang semula mendekap tubuhnya."Lepas, Mas. Aku sadar, yang nggak sadar itu kamu," bentak Naya yang membuatku kaget. Semakin kesini sikap Naya semakin berubah.
Baca selengkapnya
Part 27
POV Arman"Sudah saatnya Mas Arman tau, Umi. Agar dia tidak masuk terlalu dalam ke jurang hitam," balas Naya yang membuatku semakin bingung."Wanita yang menggendong kamu di situ adalah Ibu kandungmu. Wanita yang mengandung dan melahirkan kamu," jawab Umi yang membuat dadaku bergemuruh hebat.Badanku terasa kaku dan sama sekali tidak bisa digerakkan. Kenyataan apa lagi ini, kenapa kejadian dan kenyataan ini seperti drama yang sering ditonton oleh Naya ketika dirumah. Ibuku? Lalu yang selama ini aku panggil Ibu siapa?"Tolong jelaskan maksud Umi gimana? Aku benar-benar bingung sekarang," ucapku gamang. Bagaimana tidak, umurku sudah tiga puluh tapi aku baru tahu kenyataan tentang diriku."Dengar baik-baik. Wanita dalam foto ini namanya Narsih. Dia adalah Ibu kandung kamu. Dan wanita yang selama ini kamu panggil Ibu, adalah Ibu tiri kamu," jelas Umi sambil menunjuk kearah wanita yang ada di dalam foto. Wanita yang dikatakan oleh Umi adalah Ibu kandungku.Aku meremas rambut frustasi, bag
Baca selengkapnya
Part 28
POV Naya"Siapa, Mas?" tanyaku karena melihat Mas Arman tidak menjawab panggilan tersebut."Nomor asing. Aku nggak tau siapa," jawabnya yang kembali menyimpan ponsel di atas meja.Ddrrtt!Ponselnya kembali bergetar, ternyata nomor itu menelpon lagi."Angkat saja dulu, siapa tau penting," ucap Umi yang membuat Mas Arman terpaksa harus menerima panggilan itu."Halo,""Apa? Astaghfirullah, aku pulang sekarang." Mas Arman tiba-tiba saja berteriak yang membuatku dan Umi menoleh kearahnya."Kenapa, Mas?" tanyaku penasaran."Rumah Ibu, disita sama rentenir," jawab Mas Arman yang membuatku terkejut."Disita? Kok bisa?" tanyaku lagi. Karena selama ini yang aku tahu rumah itu atas nama Mas Arman."Mas nggak tau. Sekarang Mas mau pulang, kamu mau ikut nggak?" tanya Mas Arman padaku. Sebenarnya aku malas ikut, tapi bagaimanapun kan rumah itu miliknya Mas Arman. Dan otomatis rumah itu menjadi haknya Daffa."Ikutlah, biar Umi yang jagain Daffa," ucap Umi padaku."Yaudah, aku ikut. Umi, nanti kalau
Baca selengkapnya
Part 29
POV NayaDunia ini ibarat bayangan, kalau kamu berusaha menangkapnya maka ia akan lari. Tapi jika kamu membelakanginya, maka ia tidak punya pilihan lain selain mengikutimu. Itulah kata-kata yang selalu melekat di pikiran juga hatiku.Makanya aku tidak terlalu berharap bisa hidup bahagia di dunia ini. Apalagi berharap jika kebahagiaan itu datang dari manusia. Termasuk anak ataupun suami. Karena dulu aku pernah berharap pada manusia, tapi bukannya bahagia. Tapi malah kekecewaan yang mendalam. Membawa luka hati yang remuk redam.Seperti pemandangan saat ini, aku melihat Lela menangis meraung meratapi nasibnya yang malang. Laki-laki yang bergelar suami sekarang pergi meninggalkannya dalam keadaan kecewa. Laki-laki tempat bertumpu bahagianya sekarang pergi dengan wanita lain.Pemandangan yang menyayat hati bagi semua perempuan. Termasuk aku, apalagi Lela harus menghidupi anak semata wayangnya. Berapapun pelukan kekuatan yang diberikan oleh orang lain, tidak akan sebanding dengan luka yang
Baca selengkapnya
Part 30
POV Naya"Kamu jangan dengarkan istri kamu, Mas. Kamu tau kan gimana susah payah Ibu kamu melahirkan dan membesarkan kamu sendirian tanpa sosok Ayah. Inilah saatnya kamu membalas jasanya," sahut Intan lagi sok bijak."Nah, Bu. Kalau menurutku ya, Ibu dan Lela nggak akan nyaman tinggal di tempatku. Pasti kita akan selalu bertengkar. Gimana kalau Ibu minta bantuan atau numpang dirumah Intan aja? Dia pasti akan cocok dengan Ibu dan Lela, ya kan Intan?" tanyaku pada Intan yang kini wajahnya tegang.Rasakan kamu, Intan. Makanya jangan sok bijak dengan masalah keluarga orang lain. Kamu itu hanya orang asing yang gagal menjadi menantu dirumah ini."Loh, kok aku sih. Yang menantu dirumah ini kan kamu," sanggah Intan dengan wajah pucat. Baru segitu saja sudah masam itu muka. Apalagi jika pernah berada di posisiku dulu."Jadi siapa lagi? Yang dianggap menantu sama Ibu itu kamu. Bukan aku, jadi kamu yang harusnya ada saat Ibu sudah," jawabku lagi yang membuat Intan salah tingkah.Gatal sih. Udah
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status