All Chapters of Dokter Ajaib Primadona Desa: Chapter 2171 - Chapter 2180

Jumanta kembali bersujud berkali-kali. Batu yang tajam menggores dahinya. Namun, Jumanta tetap tidak berhenti bersujud. Sudah jelas dia sangat ketakutan.Tirta tidak peduli. Dia menyipitkan matanya, lalu tertawa sinis dan berujar, "Tua bangka, sekarang kamu baru meminta ampun? Bukannya tadi kamu semangat sekali waktu berkoar-koar?"Krek! Tirta menginjak salah satu telapak tangan Jumanta. Telapak tangannya langsung hancur lebur. Jumanta berteriak histeris.Namun, siksaan yang dialami Jumanta belum selesai. Tirta mengangkat kakinya lagi, lalu menginjak tubuh Jumanta. Dia mengulang gerakan ini beberapa kali.Jumanta tidak berhenti berteriak. Tirta sudah menginjak kedua lengan dan paha Jumanta hingga hancur.Rasa sakit yang menusuk hampir membuat Jumanta kehilangan kesadaran. Dia berbicara dengan terbata-bata, "Langsung ... bunuh aku .... Aku ... nggak mau ... hidup lagi!"Jumanta hanya ingin mati agar bisa terbebas dari penderitaan. Tirta tertawa sinis lagi, lalu menanggapi, "Aku pasti ma

Orang Negara Kawria menambahkan, "Kami nggak akan bunuh kamu kalau kamu beri tahu kami caranya dan membawa kami mencari Tirta. Tentu saja, kamu harus ikut kami kembali ke Negara Kawria untuk melayani kami!"Awalnya Luvia tidak terlalu yakin mereka adalah orang Negara Kawria. Bagaimanapun, tampang mereka hampir sama dengan orang Negara Darsia. Gawat jika Luvia salah membunuh orang.Namun, setelah mendengar mereka melecehkannya dan mengatakan ingin mencari Tirta, Luvia baru sepenuhnya yakin.Luvia tidak berbasa-basi lagi. Dia melambaikan tangannya, lalu 32 pedang es seketika terbentuk di udara dan langsung menusuk jantung orang-orang Negara Kawria itu.Alhasil, 32 orang Negara Kawria itu bahkan belum sempat berteriak histeris. Tubuh mereka dihancurkan oleh hawa dingin kuat yang menyebar dari pedang es.Gen semua orang Negara Kawria ini memang sudah diubah dan fisik mereka termasuk kuat, tetapi mereka tidak ada apa-apanya menghadapi Luvia yang sudah mencapai tingkat inti emas. Tentu saja,

Krak! Krak! Suara bekertak terus terdengar. Bagian perut ular raksasa terus berubah. Seketika empat kaki tumbuh dari tubuh ular itu yang terlihat seperti cakar elang.Salah satu cakarnya hendak menangkap anjing hitam. Di hadapan cakar raksasa, anjing hitam bagaikan ulat yang kecil.Anjing hitam yang terlambat menghindar diserang oleh ujung cakar ular raksasa. Bam! Cakar ular menghantam tanah sehingga muncul lubang sedalam tiga meter.Anjing hitam berang. Dia marah-marah, "Sialan, aku nggak menyinggungmu! Kenapa kamu mencari masalah denganku? Kamu kira aku bisa ditindas seenaknya?"Alhasil, anjing hitam yang baru merangkak keluar dari lubang langsung ditangkap oleh ular raksasa. Cakarnya mencengkeram anjing hitam dengan erat sekalian dengan debu dan pecahan batu, jadi anjing hitam sama sekali tidak bisa bergerak.Melihat nasib anjing hitam, Tirta mentertawakannya dengan perasaan senang, "Anjing sialan, siapa suruh kamu nggak mau bantu aku? Sekarang, giliran kamu yang celaka!"Padahal se

Kemampuan tertinggi yang dibayangkan ular berkepala delapan hanya tingkat inti emas tahap sempurna dan belum mencapai batas tingkat pembentukan jiwa.Jadi, mana mungkin ular berkepala delapan tidak panik melihat anjing hitam yang begitu mengerikan? Ular berkepala delapan segera memasang formasi agar bisa kabur kembali ke Negara Yumai.Anjing hitam berseru, "Sialan, kamu masih mau kabur setelah membangkitkan amarahku? Mati saja!"Anjing hitam meraung. Bayangan raksasa membuka mulut dan menyerap kesadaran spiritual ular berkepala delapan. Dia menyerapnya dari tubuh Harjaya dan ular berkepala delapan sama sekali tidak bisa melawan.Anjing hitam mengecap, lalu berkomentar dengan sinis, "Cih, sama sekali nggak ada rasanya. Lemah sekali! Aku nggak puas!"Dalam sekejap, anjing hitam sudah menyerap dan memurnikan kesadaran spiritual ular berkepala delapan.Pada saat yang sama, di rumah kayu yang terletak di Negara Yumai. Jeritan histeris terdengar dari patung ular berkepala delapan. Bam! Patun

Lutfi memberi tahu Saba permintaan Tirta, "Nggak. Tapi, Tirta mau pergi ke Negara Yumai sendirian untuk balas dendam. Um ... lebih tepatnya dia mau bawa anjing itu. Aku nggak bisa menghentikannya, Pak Saba ...."Saba berpikir sejenak sebelum menanggapi, "Um .... Berdasarkan sifat Tirta, kamu memang nggak bisa menghentikannya. Tirta berani pergi ke Negara Yumai sendirian untuk balas dendam. Dia benar-benar tangguh dan pemberani! Tirta itu memang pemuda hebat di negara kita!""Aku beruntung sekali punya adik angkat seperti Tirta. Begini saja, beri tahu Tirta nggak ada penerbangan ke Negara Yumai malam ini. Suruh dia berangkat besok pagi saja. Jadi, aku bisa memanfaatkan waktu ini untuk mengutus sedikit ahli. Aku akan menyuruh mereka menyamar dan mengikuti Tirta pergi ke Negara Yumai," lanjut Saba.Kenyataannya memang seperti yang dikatakan Tirta. Jika Tirta diam-diam pergi sendiri, tidak ada yang bisa menghentikannya. Lebih baik Saba utus orang untuk diam-diam mengikutinya."Oke, Pak Sab