Wajah Marila dan Shinta memerah. Marila menyetujui, "Oke. Kita mau pergi ke mana? Pak Tirta, kamu bawa kami ke sana saja."Devika melihat bodinya yang juga tidak kalah seksi dari Marila dan Shinta. Namun, Tirta sama sekali tidak melihatnya. Devika makin marah sampai-sampai matanya memerah.Devika mengadang Tirta dan menegur, "Hei, pria berengsek! Apa kamu mendengar omonganku tadi? Jangan keterlaluan!"Tirta menggaruk kepalanya, lalu bertanya dengan ekspresi terkejut, "Ha? Bu Devika, tadi kamu bilang apa?"Devika membentak, "Kamu ... memang berengsek! Padahal aku sudah datang pagi-pagi khusus untuk mengantarmu! Tapi, kamu malah memperlakukan aku begini! Aku nggak mau pedulikan kamu lagi!"Saat ini, Devika menangis saking marahnya. Setelah menendang Tirta, dia berlari ke pintu bandara.Melihat situasi ini, Marila menjulurkan lidahnya dan membujuk, "Pak Tirta, candaanmu terlalu berlebihan. Sebaiknya kamu kejar Devika dan hibur dia."Tirta menanggapi, "Wanita itu suka cemburu. Kalau nggak
Read more