All Chapters of Anak Kembar Empat si Presdir Dingin: Chapter 1881 - Chapter 1890

Naomi akan menyindir dengan tersenyum, “Putrimu bodoh sekali. Setelah besar nanti, apa ada yang mau menikahinya?”Caden segera berkata, “Tentu saja ada! Dia bisa memilih untuk nggak menikah juga. Kalau dia menikah, dia juga mesti menikah dengan cowok terbaik di dunia! Cowok biasa nggak pantas untuk bersama dengan putrinya Caden!”“Hanya saja, kalau Baby nggak mau menikah untuk selamanya, aku juga nggak akan mendesaknya. Lagi pula, dia punya kita dan keempat abang yang begitu mencintainya. Seumur hidup Baby, dia nggak kekurangan cinta.”…Mereka berdua bersama-sama memasuki lift. Naomi berkata, “Baby memang masih kecil, tapi dia sangat berbakat dalam bidang pengobatan. Apalagi ilmu pengobatannya diajari langsung sama Nenek, sekarang dia pasti lebih pintar daripada dokter biasa.”Masalah bakat memang tidak bisa dikalahkan!Baby memang bodoh, tapi dia memiliki daya serap luar biasa dalam soal pengobatan. Orang biasa pun tidak bisa menandinginya! “Oh, ya, bagaimana kondisi Paman Kevin sek

Dylan melirik Leon dengan dingin sembari berkata, “Camila sudah terlepas dari masa kritisnya. Kami memang sudah menderita, tapi kami akan hidup dengan bahagia di kemudian hari. Naomi sangat mencintai Caden. Mereka juga akan hidup dengan bahagia. Hanya kamu saja yang nggak punya apa-apa. Kamu akan mati sendiri dan tragis.”Kening Leon berkerut. “Apa kamu berani membunuhku? Meskipun aku itu buronan, kamu juga nggak berhak untuk merenggut nyawaku! Setelah kamu membunuhku, kamu akan berubah menjadi pembunuh. Kamu akan menerima hukuman dan juga dihujat orang-orang!”Dylan berkata dengan sangat tenang, “Nggak susah bagiku untuk membunuhmu, tapi aku takut mengotori tanganku. Sepasang tanganku ini gunanya untuk memberi kebahagiaan kepada Camila dan anak kami, jangan sampai dikotori sama kamu! Kamu hanya seorang pengecut saja. Nggak pantas aku mengotori tanganku demi kamu!”Ketika mendengar kata “pengecut”, tiba-tiba Leon menjadi emosi. Dia memuntahkan darah, lalu berkata dengan gusar, “Aku pen

Dylan segera bertanya, “Apa papaku baik-baik saja? Terus terang sama aku!”Bibir Edward bergerak. “Nggak begitu baik. Kamu tahu sendiri kondisi Paman Kevin, lukanya lebih parah. Robbin bilang kondisinya nggak boleh diulur lagi. Dia mesti menjalankan operasi hari ini. Kalau nggak, takutnya Paman Kevin nggak bisa bertahan sampai malam hari ini.”Kening Dylan berkerut. “Apa operasi sudah dijalankan? Apa Papa bisa diselamatkan?”Edward menghela napas. “Aku juga nggak jelas. Tergantung operasi bisa berjalan sukses atau nggak. Aku dengar dari Robbin, teknik pengobatan Naomi sangat bagus.”Kening Dylan sangat berkerut. “Aku akan ke sana sebentar lagi.”Baru saja telepon diakhiri, tiba-tiba Lyana meneleponnya. “Kamu jangan kemari. Kamu temani Camila dan anak di Kota Jawhar saja.”Dylan berkata, “Aku ke sana sebentar, baru kembali.”Belakangan ini, Lyana sering menangis, suaranya pun terdengar serak. “Kamu yang patuh. Ada kami yang menemani papamu. Sekarang dia lagi nggak sadarkan diri. Kamu ju

“Tapi … tapi Leon bilang dia sudah membunuh Paman Kevin! Aku … karena merasa gugup, aku nggak bisa mengendalikan emosiku, si bayi malah jadi ikut kenapa-napa …,” ucap Camila dengan menangis. Dia merasa sedih dan merasa bersalah!Dylan takut akan mengagetkan Camila. Dia pun hanya mengatakan ucapan bagus saja, “Leon cuma lagi kagetin kamu. Papaku memang terluka, tapi dia nggak mati. Semalam Naomi turun tangan sendiri untuk operasi dia. Operasi berjalan dengan sangat lancar. Sekarang dia sedang memulihkan kondisinya di rumah sakit.”“Bayi, dia … karena dia terlahir prematur, kondisinya memang agak lemah. Jadi, dia butuh dirawat di dalam inkubator selama beberapa saat. Tapi, mereka semua masih hidup. Aku nggak lagi bohongi kamu! Hanya Leon saja yang sudah mati!”Camila terisak-isak, lalu bertanya sekali lagi, “Apa benar kamu nggak bohongi aku?”Dylan menyeka air matanya. Dia berkata dengan sangat yakin, “Aku nggak lagi bohongi kamu! Kalau kamu nggak percaya, kamu bisa tanya dokter. Bayi ki

Dylan menghiburnya, “Mama juga sudah bilang, seandainya terjadi apa-apa dengan anak, itu berarti aku memang nggak berjodoh sama dia. Kalau kami berjodoh, seberapa besar rintangannya, dia tetap akan bertahan hidup.”Lyana menghela napas dalam. “Mama mengerti!”“Oh, ya, tolong rahasiakan masalah anak dulu. Jangan sampai Camila mengetahuinya!”“Mama juga perempuan, tentu saja Mama mengerti. Melahirkan bukan hanya membahayakan nyawa perempuan, melainkan sangat merusak kesehatan! Apalagi Camila mengalami pendarahan hebat saat melahirkan, kondisi tubuhnya pasti lebih buruk lagi. Biasanya orang yang melahirkan dengan lancar saja butuh waktu satu bulan untuk memulihkan kesehatannya, apalagi kondisinya yang seperti ini?”“Hibur dia dengan baik. Usahakan untuk istirahat selama beberapa bulan. Dia pasti bisa memulihkan kesehatannya lagi! Mengenai kamu, kamu mesti jaga dirimu dengan baik. Mama tahu belakangan ini kamu merasa lebih sakit daripada siapa pun. Anakku memang malang sekali.”Selesai men