Di tengah perjuangan itu, ilusi perlahan terbentuk di hadapannya. Pandangan Xiao Tian kabur karena darah menetes dari dahinya, namun gambaran itu semakin jelas. Ia melihat dua sosok yang amat dikenalnya, Ayah dan Ibunya. Keduanya berdiri dengan senyum tipis, hangat namun rapuh. Senyum itu hanya bertahan sesaat sebelum tubuh mereka dilanda kehancuran. Darah menyembur, tubuh mereka koyak dan lenyap, seolah ditelan oleh kekuatan tak kasat mata. Pemandangan itu menghujam hatinya lebih dalam daripada seribu pedang. Belum sempat ia menarik napas, ilusi lain muncul, lebih kejam dari sebelumnya. Wajah-wajah orang yang pernah berdiri di sisinya, orang-orang yang pernah ia percaya, kini terlihat satu per satu jatuh. Mereka terluka parah, tubuh mereka runtuh, dan jeritan terakhir mereka menggema memenuhi ruang itu. Teman-teman yang pernah berjuang bersamanya, orang-orang yang pernah memberi kepercayaan, semuanya mati di hadapannya, meninggalkan luka batin yang jauh lebih menyakitkan daripada tu
Last Updated : 2025-09-07 Read more