Di depan mata semua orang, status tombak emas itu telah berubah. “Ka—kamu, kamu, kamu benar-benar berani merampas hartaku,” ucap Gong Liechen terbata-bata. Kata-katanya terputus-putus, bukan karena ia kehabisan kata, tetapi karena rasa sakit, kemarahan, dan penghinaan bercampur menjadi satu. “Jangankan merampas hartamu, mengambil nyawamu saja aku berani,” sahut Xiao Tian dengan wajah polos. Nada suaranya datar. Tidak ada emosi berlebihan, tidak ada tekanan yang dibuat-buat. Ia mengatakannya seperti fakta yang tidak perlu diperdebatkan. “Xiao Tian, aku tahu kamu kuat. Tapi jangan bodoh, aku ini pangeran pertama Istana Laut Timur. Sehebat apa pun kamu, kamu tetap harus patuh dan tunduk kepadaku. Nasibmu yang berasal dari Alam Hundun tidak lebih dari seorang budak. Jadi jangan bertingkah! Sampah, sekarang kembalikan senjataku!” Gong Liechen meraung marah sambil terus mencaci Xiao Tian. Kata-kata itu keluar deras, penuh penghinaan, penuh penekanan pada status dan asal-us
Last Updated : 2025-12-13 Read more