“Sial, ternyata aku hanya katak dalam sumur. Di hadapan ahli sejati, aku masih setitik debu yang mudah tersapu,” batin Xiao Tian. Tapi meski begitu dia masih berusaha agar tidak pingsan. Pikirannya tetap jernih, meskipun tubuhnya berada di ambang runtuh. Dia tidak memaksa diri untuk menantang, dia hanya menolak untuk jatuh sebelum benar-benar tidak mampu. Kelima puluh orang di belakangnya adalah beban yang dia bawa sendiri, dan dia tidak ingin mereka dibunuh hanya karena dia tidak bisa bertahan satu napas lebih lama. Tekanan itu terus bertambah, bukan dalam kekuatan, tetapi dalam durasi, seolah-olah menguji berapa lama tubuhnya bisa bertahan tanpa celah. Ketika Xiao Tian hampir tidak kuat lagi. Ada momen tipis ketika kelopak matanya terasa berat, ketika tubuhnya hampir menyerah pada tekanan. Dalam momen itu, pikirannya sempat kosong, seolah-olah ada bagian dirinya yang menunggu sesuatu yang tidak ia panggil. BUZZ!!! Respon itu muncul tanpa perintah dari mulutnya, tanpa segel ta
Terakhir Diperbarui : 2025-12-14 Baca selengkapnya