Lahat ng Kabanata ng Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku: Kabanata 1131 - Kabanata 1140

Setelah duduk, Warda menyapa dengan hormat pada pria paruh baya di depannya yang terlihat berwibawa dan berpenampilan bak orang suci, "Salam hormat, Master."Pengawal paruh baya di sampingnya bahkan terlihat lebih hormat lagi. Dia membungkuk sampai hampir 90 derajat dengan ekspresi penuh rasa kagum.Setan Lalai atau yang mereka sebut sebagai "master" menatap Warda sejenak, lalu berucap sambil tersenyum ramah, "Bu, kamu cantik luar dalam, hatinya juga baik dan murni. Di zaman sekarang yang penuh keserakahan, masih bisa menjaga diri dan tetap suci sampai sekarang, sungguh langka sekali. Sungguh luar biasa .... Ck, ck ...."Mendengar itu, Warda langsung mengernyit. Pipinya sedikit memerah karena canggung. Dia tidak menyangka bahwa master ini langsung bisa melihat bahwa dia masih perawan dan bahkan mengatakannya dengan begitu terang-terangan.Hal itu membuat Warda merasa sungguh canggung dan sedikit malu. Namun karena sedang meminta bantuan, dia pun tidak berani banyak protes.Warda bertan

Setan Lalai langsung menggendong Warda. Di wajahnya, muncul senyum mesum, lalu dia mencium dalam-dalam aroma tubuh perawan gadis itu. Dia berujar, "Sayang banget. Formasi Persembahan Darah memang butuh gadis perawan. Kalau nggak .... Hehehe ...."....Di dalam Kuil Monsera, orang-orang masih ramai berlalu-lalang. Banyak orang mengantre untuk meramal nasib dan minta jimat keberuntungan. Antrean panjang terbentuk di depan tempat penjualan "kartu dewa".Saat itu, Afkar melangkah masuk ke dalam Kuil Monsera. Dia menatap antrean panjang di depannya dengan senyum sinis di wajah. Saat berikutnya, dia langsung berjalan ke depan. Dia mendekat ke meja tempat "master" duduk.Melihat ada orang langsung menerobos ke depan, wajah salah satu murid yang berjaga di samping master langsung berubah dingin. Alisnya mengerut ketika bertanya, "Hmm? Kamu mau apa?"Afkar membalas dengan ekspresi datar, "Mau diramal.""Diramal?" Ucapan Afkar membuat murid itu mendengus kesal, lalu dia menunjuk ke antrean palin

Afkar bertanya dengan suara dingin, "Sekarang, bisakah kita bicara baik-baik?""Ugh, ugh ...." Berhubung rahangnya terlepas, master botak itu tidak bisa bicara. Dia hanya bisa mengangguk keras-keras.Afkar mendengus dingin. Dia mengulurkan tangan untuk menekan satu titik akupunktur di tubuh lawan, lalu menahan dagunya dan menyambungkannya kembali."Huft! Huft! Huft!" Master botak itu terengah-engah menahan sakit. Butuh waktu cukup lama untuk bisa berbicara lagi. Setelah sekian lama, dia menatap pemuda di depannya dengan tatapan dipenuhi rasa takut, seolah sedang menatap iblis.Master botak itu berkata dengan ekspresi seolah tidak bersalah, "Aku ... aku akui di balik Kuil Monsera memang ada Sekte Kartu Hantu. Pak, apa maumu? Sekte Kartu Hantu dan Kuil Monsera memang banyak berbuat jahat, tapi itu nggak ada hubungannya denganku!"Master botak itu melanjutkan, "Aku cuma boneka yang mereka dorong ke depan untuk menipu uang dan mengelabui orang di luar. Lagian aku paling-paling cuma meramal

"Kalian iblis! Kalian ini iblis!""Tempat ini neraka!"Para gadis menjerit dan menangis. Ketakutan mereka bahkan melebihi saat menghadapi akhir dunia."Hehehe. Kalian benar, tempat ini memang neraka!" kata Setan Kutukan si Ketua Sekte Kartu Hantu dengan tawa seram.Warda berteriak marah, "Kalian monster nggak punya hati! Bakal ada orang yang membasmi kalian!"Sayangnya, jawaban yang Warda dapat hanyalah tawa makin bengis dari para kultivator sesat Sekte Kartu Hantu.....Sementara itu, si master botak digiring Afkar seperti tahanan. Dia berjalan di depannya sambil menuntun jalan.Saat berjalan melewati pegunungan yang membentang, Afkar merasakan makin banyak energi dendam dan kematian di sekelilingnya. Dari situ saja, sudah terlihat berapa banyak nyawa yang sudah direnggut oleh Sekte Kartu Hantu ....Pada saat ini, si master botak bertanya dengan mata berkilat waspada, "Siapa kamu sebenarnya? Apa urusanmu dengan Sekte Kartu Hantu?""Namaku Afkar," jawab Afkar dengan nada dingin.Menden

Melihat itu, mata Afkar berkilat sedikit kaget. Dalam hati dia berpikir, pantas saja Sekte Kartu Hantu bisa bertahan begitu lama. Tampaknya mereka memang punya dasar kekuatan dan teknik. Formasi pembunuh yang saling mendukung ini memang cukup menarik. Sayangnya ... ini masih jauh dari cukup untuk mengalahkan Afkar.Afkar mendengus dingin. Tatapannya penuh dengan kepercayaan diri. Dia langsung maju untuk menghadapi mereka sendirian."Eh, rasakan hebatnya Formasi Pembantai Abadi dari Sekte Kartu Hantu!" seru si penegak hukum sambil tertawa. Orang itu memancarkan aura yang menggelegar karena merasa dirinya tak terkalahkan."Bawel banget!" jawab Afkar dingin, lalu menebas dengan Pisau Naga Es di tangannya. Tebasan itu membawa kekuatan tanah murni dan elemen petir, ditambah tekanan aura dari jurusnya.Meski hanya satu tebasan sederhana dan bukan jurus pemungkasnya, kekuatan itu langsung membuat wajah para ahli Sekte Kartu Hantu pucat ketakutan."Jangan!" Formasi pembunuh mereka dengan peneg