Semua Bab Bangkitnya Naga di dalam Tubuhku: Bab 1451 - Bab 1460

Wajah kecil Gerlin yang tegang menjadi pucat. Dia bertanya dengan suara serendah mungkin, "Kak Afkar, ada apa?"Afkar membalas sambil menggeleng, "Bukan apa-apa. Jangan takut!"Saat ini, mereka sepertinya masih berada di bawah tanah wilayah Puncak Buranaga. Pada saat itu, Afkar tiba-tiba merasakan sebuah aura. Aura itu mirip dengan perasaan yang diberikan oleh sepasang bola mata raksasa sebelumnya, tetapi jauh lebih menakutkan.'Ternyata, di bawah Puncak Buranaga ini masih tersembunyi sebuah rahasia. Tapi, sekarang bukan waktunya untuk melakukan penyelidikan. Suatu hari nanti, aku pasti akan kembali.' Afkar diam-diam membatin. Dia menekan rasa penasaran sekaligus ketakutan tersebut, lalu membawa Gerlin terus bergerak maju.Setengah jam kemudian ....Saat sedang melaju di dalam tanah, Afkar tiba-tiba merasakan adanya sebuah hambatan lembut. Dia tahu, mereka sudah sampai di penghalang.Afkar segera menghimpun energi sejati ke kepalan tangannya, lalu menghantam penghalang itu dengan keras

Di tanah penjara, terbujur empat mayat."Dia kabur! Afkar bisa-bisanya ... berhasil kabur! Dasar nggak guna! Benar-benar sampah! Mati pun nggak pantas disayangkan!" geram Nevan penuh amarah. Giginya hampir bergemeletuk.Raut wajah Adnan juga sangat muram. Terutama setelah mencari-cari, dia mendapati bahwa "Rantai Pengikat Naga" miliknya juga ikut lenyap. Hatinya langsung dipenuhi kemarahan yang tak bisa dibendung.Siapa yang bisa menyangka dalam kondisi terikat dengan rantai pengikat jiwa dengan keempat anggota tubuh diputuskan, Afkar ternyata masih bisa lolos? Bahkan sebelum melarikan diri, dia sempat membunuh dua ahli tingkat kelahiran jiwa tahap akhir. Lebih parah lagi, dia juga membawa kabur salah satu harta milik Adnan.Seorang Tetua Agung Sekte Pemutus Nadi bertanya dengan suara berat, "Pak Nevan, sekarang kita harus gimana?"Mendengar itu, Nevan mengernyit dalam-dalam. Untuk sesaat, dia benar-benar tidak tahu harus mengambil tindakan seperti apa terhadap Afkar.Sekarang, Afkar s

Begitu melihat ibunya, Felicia langsung sedikit terkejut. Dia bertanya sambil tersenyum, "Bu? Kenapa kamu datang ke sini?"Belakangan ini, Gauri memang sedang belajar memasak. Dia mengangkat termos makanan di tangannya sambil membalas, "Kenapa? Aku nggak boleh datang menjenguk anakku sendiri? Aku takut kamu di kantor cuma makan seadanya, jadi masak sup dan buat pangsit kukus untukmu. Siang ini, kamu makan ini saja ya."Lantaran merasakan kasih sayang ibunya, kehangatan dan rasa haru langsung muncul di wajah cantik Felicia. Namun, dia hanya bisa menimpali seraya tersenyum pahit, "Bu, kebetulan banget. Siang ini, aku sudah janjian makan di luar sama Arin. Gimana kalau Ibu ikut dengan kami?"Gauri sempat tertegun, lalu bertanya dengan bingung, "Arin? Maksudmu anak orang terkaya di Magizta itu? Anaknya Presdir Farmasi Bioteknologi Exoro ya?"Soal kerja sama yang dijalin antara Felicia dan Arin, juga tentang bagaimana Felicia pernah menyelamatkannya dan akhirnya menjalin hubungan baik denga

Alice mendengus dingin. Dia mengangkat dagunya sambil berucap, "Arin, sepertinya kamu belum memperkenalkanku dengan benar pada temanmu. Selain menjadi kepala teknisi di Grup Hosza, aku juga anggota keluarga bangsawan tinggi di Negara Fredola, Keluarga Pompey.""Di tubuhku mengalir darah keturunan bangsawan yang mulia. Sebagai seorang bangsawan, aku nggak terbiasa sembarangan melakukan kontak fisik dengan orang lain!" Sambil berkata begitu, mata Alice penuh dengan sikap tinggi hati.Kemudian, Alice menatap Felicia sambil bertanya, "Bu Felicia, kalau boleh tahu kamu berasal dari keluarga besar mana di Yanura? Apa kamu punya darah keturunan yang mulia?"Mendengar ucapan itu, Felicia langsung tertawa dingin. Dia menggeleng tak habis pikir sebelum membalas, "Maaf, aku nggak punya darah keturunan mulia apa pun. Kami, orang Yanura, adalah keturunan naga. Di tubuh kami, mengalir darah naga yang agung. Kalau bahas soal anjing, barulah kami akan menyinggung masalah darah keturunan. Untuk manusia

Bam!Dalam sekejap, tinju mungil Felicia bertabrakan dengan bayangan cepat itu dan menimbulkan suara dentuman keras seperti guntur. Tubuh ramping Felicia berdiri mantap di tempat, sementara lawannya justru terhuyung mundur beberapa langkah. Dia bahkan menabrak dinding ruang VIP hingga jebol berlubang.Tatapan dingin Felicia menajam. Dia menatap pemuda berusia sekitar 30 tahunan yang kini berdiri di hadapannya, lalu bertanya dengan suara dingin, "Siapa kamu? Kamu datang memang khusus untuk menyerangku?"Pemuda itu mengenakan baju tempur putih. Saat itu, raut wajahnya sudah penuh keterkejutan. Padahal, dia adalah seorang ahli tingkat inti emas tahap akhir. Tidak disangka, dia justru bisa dipaksa mundur hanya dengan satu pukulan dari istri Afkar.Pemuda berbaju putih itu menatap Felicia, lalu berbicara dengan nada mengejek, "Awalnya, ketika Pak Omar menyuruhku turun tangan, aku merasa ini berlebihan. Untuk menghadapi keluarga Afkar, mana perlu mengerahkan ahli tingkat inti emas? Tapi tern