Semua Bab Sang Penghancur Langit : Bab 491 - Bab 500

Setelah pertemuan dengan raja Dong Ki, Arya pun mendapatkan ijin untuk mencapai pendekar legenda emas, dengan caranya bertarung di atas lapangan.Selain itu, raja Dong Ki juga meminta guru Tarugi untuk tetap berada di istana selama Arya masih ada di kerajaan. Itu raja Dong Ki, putuskan untuk menjaga keselamatan Arya sampai Arya kembali ke negeri bangsa manusia."Pengawal! Antarkan Guru Tarugi dan bangsa manusia ini, ke kamar mereka!" teriak raja Dong Ki.Dua pengawal datang, dan seperti yang Arya dapatkan dari semua bangsa naga, dia mendapatkan tatapan yang sangat tajam. Tatapan penuh kebencian."Kalian berdua! Jangan coba-coba kalian ganggu bangsa manusia itu, atau kalian akan dapatkan hukuman yang berat," ancam raja Dong Ki.Dua pengawal itu hanya angguk kepala sebagai tanda mengiyakan.Arya dan guru Tarugi dibawa ke ruangan yang terpisah, tapi ruangan keduanya cukup dekat, bahkan dinding ruangan mereka berdempetan."Arya! Kau harus hati-hati sampai hari pertarunganmu terjadi. Janga

Di saat terjadi kekacauan di istana, guru Tarugi sesungguhnya melihat semua itu, dan biarkan semuanya terjadi.Guru Tarugi ada di sebatang pohon yang ada di belakang istana itu, hutan kerajaan yang dijaga dengan baik.Guru Tarugi menghilangkan energi kehidupan yang dia miliki, sehingga keberadaan dirinya tidak mampu dideteksi oleh siapa pun, termasuk panglima yang menjaga bagian belakang istana."Sepertinya sudah dimulai, penjagaan sudah diperketat, dan itu adalah sebuah tanda bagiku untuk bergerak," ucap guru Tarugi.Guru Tarugi melompat dan berdiri di puncak pohon yang tinggi itu dan dia menatap ke udara."Aku harap awan akan membantuku bersembunyi," kata guru Tarugi.Huppppppp.Dengan gerakan bagaikan secepat kilat, guru Tarugi naik ke udara, dan bersembunyi di balik awan yang tebal.Dengan kemampuan yang dia miliki, guru Tarugi gunakan awan sebagai tempat untuk bersembunyi, dan juga dengan kemampuan tinggi itu, guru Tarugi menurunkan awan tanpa disadari oleh prajurit kerajaan yang

Di tengah hutan yang cukup rimbun, ada sebuah danau yang luas, danau indah yang disinari cahaya rembulan malam.Di tepian danau itu, ada sebuah gubuk mewah yang dibangun untuk tempat bersantai bagi satu keluarga, danau itu milik keluarga menteri Futiah.Ke danau itulah Jelita membawa Arya. Dan itu sangat membingungkan bagi Arya.Dan, satu hal yang sangat membingungkan Arya adalah, gadis itu akan mandi di malam dingin itu."Apa yang harus aku lakukan?" gumam Arya.Jelita tersenyum melihat kebingungan Arya, dan gadis naga itu tidak pedulikan kebingungan Arya.Tanpa sedikit pun memikirkan tentang keberadaan Arya, Jelita melepaskan pakaiannya satu per satu, dan dia polos tanpa pakaian satu pun yang menempel di tubuhnya, dan itu terjadi di hadapan mata Arya.Di hadapan Arya, dia menunjukkan bagaimana indahnya seluruh bagian tubuhnya, begitu putih tanpa cacat sedikit pun."Kemarilah! Apa kau tidak ingin mandi, Arya?" tanya Jelita dan melambaikan tangannya memanggil Arya."Tidak, kau saja!"

Seorang menteri yang dipercayai istana naik ke atas arena dan dia berdiri tepat di tengah antara Arya dan lima panglima yang akan jadi lawan Arya."Selamat datang untuk semua penduduk kota Basing, kalian sungguh datang tanpa di undang!" katanya dengan suara keras dan sedikit bercanda.Menteri itu melihat ke arah lima panglima, setelah itu dia gantian dan menatap ke arah Arya."Para Panglima pasti sudah tahu aturan dalam pertarungan menuju peningkatan kependekaran ini, tapi bangsa manusia ini aku yakin dia tidak akan tahu aturannya, apa kau ingin bertanya, bangsa manusia?" tanya menteri itu."Aku ingin tahu, apa aturan dalam pertarungan ini?" tanya Arya."Hahahah! Aturan dari pertarungan ini, tidak ada! Bebas," jawab menteri itu."Bebas?" tanya Arya masih belum paham."Benar! Disini kau boleh gunakan apa pun kemampuan yang kau miliki, senjata pun tidak dilarang dalam pertarungan ini," jelas menteri itu.Arya cukup terkejut dengan aturan yang ada itu. Jelas itu adalah pertarungan kemati

Rombongan besar kerajaan bangsa naga putih sudah berjalan kaki selama satu harian, dan wajah-wajah lelah terlihat dari para prajurit yang berjalan mengiring raja mereka menuju Medan perang.Panglima Gurara, panglima utama kerajaan naga putih melihat itu, dan melihat ke arah langit, hari sudah kembali sore."Raja Dong, apa tidak sebaiknya kita istirahat?" tanya panglima Gurara."Istirahat? Apa kau ingin mereka, para pasukan dari kerajaan naga hitam melewati Padang nyawa?" ucap raja Dong Ki sedikit kesal."Bukan begitu raja Dong, tapi coba raja lihat para prajurit kita, mereka sudah sangat kelelahan," kata panglima Gurara.Raja Dong ki menoleh ke belakang, dan barulah dia sadar kalau dia sudah memaksakan seluruh prajurit berjalan kaki satu hari satu malam."Kau benar!" kata raja Dong Ki."Jadi bagaimana raja Dong?" tanya panglima Gurara."Kau surulah mereka istirahat, tapi besok pagi kita harus segera berangkat!" kata raja Dong Ki."Pasti raja Dong, kita pasti akan berangkat pagi-pagi!"