Bumi berdiri di sisi ranjang, menatap Maria yang terbaring lemah. Wajahnya dingin, tak ada sisa kasih sayang di sana. Hanya mata yang menyimpan bara, dan bibir yang tak lagi mengenal kelembutan.“Aku datang bukan untuk mendengar ucapan itu darimu, Maria,” ucap Bumi pelan, tapi tajam. “Aku datang untuk menanyaimu satu hal: dari mana Gilea mendapatkan bekas luka tusukan itu?”Maria menelan ludah, tubuhnya menegang.“Dan satu lagi,” lanjut Bumi, matanya menusuk. “Jika kau memang gadis kecil yang menolongku dulu, mengapa kau tidak memiliki bekas luka sama sekali di perutmu?”Maria membuka mulut, tapi tak ada suara yang keluar.“Aku memang kehilangan ingatan atas kejadian itu,” Bumi melanjutkan, nadanya semakin rendah, semakin berbahaya. “Tapi jangan sampai saat ingatanku kembali, aku menemukan kebenaran yang berbeda dari cerita yang kau bangun selama ini.”Ia mendekat, membungkuk sedikit, suaranya nyaris berbisik. “Kau mengenalku, Maria. Aku tidak pernah berbaik hati pada pengkhianatan da
Last Updated : 2025-08-30 Read more