Semua Bab Sang Menantu Perkasa: Bab 741 - Bab 750

"Jenderal, bagaimana kalian biasanya bertarung dalam situasi ini?" tanya Arjuna kepada Ardian."Tentu saja, kita harus membiarkan mereka mendekat, kemudian para pemanah menyerang. Orang yang cukup beruntung untuk menghindari anak panah akan diserang oleh para pelempar batu.""Yang Mulia Arjuna, apakah kamu punya taktik yang lebih baik?""Tidak." Arjuna menggelengkan kepalanya. Tim pengebom wanita yang dipimpin oleh Rizal berada di belakang Maruli dan yang lainnya. Granat kendi anggur milik prajurit wanita di kota ini tidak banyak. Di era senjata dingin, metode Ardian sudah sangat bagus untuk menghadapi musuh kuat yang datang untuk menyerang kota.Untuk pelempar batu, Arjuna hanya memberikan saran kecil, yaitu mengolesi minyak pada batu, kemudian menyalakan api supaya batunya menjadi bola api.Ketika menyerang Gunung Magmora, Arjuna merasa bahwa bola api para bandit Gunung Magmora ini sangat mematikan.Jika bukan karena granat kendi anggur, jika para bandit Gunung Magmora tidak memandan

Selain itu, pengorbanan mereka hanya menunda serangan Pasukan Kota Teratai untuk sementara.Setelah mereka tiada, Pasukan Kota Teratai akan terus menyerang kota.Tidak boleh, tidak boleh!Dia meminta Rizal untuk membawa para prajurit wanita memotong jalan mundur Maruli, bukan untuk mati sia-sia.Dia harus memikirkan ide, memikirkan dengan baik.Arjuna menggelengkan kepalanya sambil memikirkan solusi."Disa, Ayumi, lindungi aku ke pinggir menara," kata Arjuna dengan cemas."Tuan.""Tuan Arjuna.""Kamu tidak boleh pergi.Disa dan Ayumi melarang secara serempak."Yang Mulia Arjuna, jangan!" Ardian juga melarangnya.Sekalipun Pasukan Patroli dimusnahkan, dia tidak boleh membiarkan Arjuna mengambil risiko."Kalau begitu aku akan pergi sendiri!"Arjuna menghindar, kemudian berjalan cepat dari antara Disa dan Ayumi ke menara."Tuan, jika kamu tidak kembali, aku akan menggunakan busur silang ini untuk melukai kakimu!"Sehari sebelum ekspedisi, Pangeran Maruta memberi Disa sebuah busur silang.

"Bubar, bubar!"Maruli mengabaikan bahunya yang tertembak, kemudian terus mengeluarkan perintah untuk bubar."Tembak!"Pasukan Kota Teratai yang ada di bawah menara baru saja bubar, tetapi Ardian segera memerintahkan para pemanah untuk menembak.Tanpa perlindungan perisai, Pasukan Kota Teratai di bawah menara menjadi sasaran bagi para pemanah Pasukan Patroli.Pasukan Kota Teratai ingin berkumpul, menggunakan perisai untuk perlindungan seperti tadi, tetapi begitu mereka berkumpul, mereka dibombardir oleh busur silang Disa.Pemboman Disa, serangan hujan panah Pasukan Patroli terus menyerang mereka secara bergantian. Pasukan Kota Teratai di bawah menara menjadi pusing.Jeritan terus terdengar, Pasukan Kota Teratai jatuh berkelompok."Mundur!""Mundur!"Maruli mengeluarkan perintah untuk mundur.Dia ingin menarik pasukan menjauh dari menara, jauh dari panah dan bom.Lalu ....Rizal, yang berada jauh, diam-diam mendekati Pasukan Kota Teratai dengan prajurit wanita sebelum Maruli memberi per

Sebelum tiba di tenda prajurit wanita, Arjuna melihat banyak prajurit wanita berkerumun di depan pintu tenda dari jauh. Mereka berdiri berjinjit sambil melihat ke depan.Para prajurit wanita itu tidak mengenali Arjuna, tetapi mereka mengenali Rizal. Ketika mereka melihat Arjuna berjalan di samping Rizal, mereka langsung mengerti.Pejabat berkulit putih dan lembut yang ada di samping Rizal adalah Arjuna. Orang yang memberi mereka kehidupan kedua, Yang Mulia Arjuna."Yang Mulia datang!""Cepat berbaris!"Ketika Arjuna masuk ke dalam tenda, sekitar seribu lima ratus prajurit wanita sudah berdiri tegak.Para prajurit wanita ini masih kecil, baru berusia tujuh belas atau delapan belas tahun.Melihat wajah-wajah kemerahan dan muda di depannya, Arjuna merasakan haru.Jika ini di zaman modern, gadis-gadis ini pasti masih hidup tanpa beban di bawah asuhan orang tua mereka.Namun, gadis-gadis yang ada di depannya ini sudah pergi ke medan perang, bertarung dengan pria yang dua kali lebih kuat dar

Sebuah paha manusia."Oh ...."Galang melempar paha manusia yang ada di tangannya ke tanah. "Paha ini milik si bajingan Maruli."Ketika Maruli berlari ke Kota Tamanjati, dia berpapasan dengan Galang yang kembali."Maruli." Mata Ardian berbinar. "Galang, apakah kamu membunuhnya?""Bajingan itu beruntung, dia hanya kehilangan satu kaki!" kata Galang dengan sedikit menyesal."Satu kaki. Biarpun tidak membunuhnya, dia sudah menjadi tidak berguna," ujar Arjuna sambil tersenyum.Sangat bermanfaat bagi mereka kini Maruli tidak dapat hadir dalam perperangan.Setelah kegembiraan reuni, Galang mulai merasa sedikit tertekan.Hanya ada puluhan orang yang kembali bersamanya, mayoritas adalah pengawal Arjuna.Arjuna dan Ardian sudah menyadarinya saat Galang kembali, tetapi mereka tidak menyinggungnya. Sekarang Galang mengambil inisiatif untuk membahasnya."Ayah, Arjuna, aku membuat korps kelima tiada. Demi aku, Mossen dan yang lainnya ... hiks!"Galang, seorang pria berperawakan tinggi dengan karakt