Usai mengucapkan kalimat terakhir, Arjuna sudah kehabisan napas.Dalam hati, dia mengumpat, 'Sial!'Bisa-bisanya menggunakan racun. Itu benar-benar tidak etis.Dia juga lalai.Tidak kepikiran anti-keracunan."Tidak boleh, Yang Mulia. Anda tidak dalam kondisi baik, Anda harus istirahat." Tabib Tumar mengerutkan kening, menolak untuk berkompromi. "Anda yang memimpin dalam perang. Sekarang Anda keracunan dan terluka, jadi Anda adalah pasien. Anda harus mendengarkanku.""Tabib Tumar." Arjuna tersenyum lemah. "Aku tidak bilang aku tidak akan beristirahat. Carikan aku kereta yang lebih bagus dengan alas yang lebih tebal, lalu ... ikuti aku sepanjang jalan, bukankah beres?""Tidak bisa!" Tabib Tumar masih tampak tegas, bersikap profesional."Setelah kembali ke ibu kota, aku akan memberi tahu Tabib Wira bahwa keterampilan medismu tidak bagus. Hanya keracunan, aku duduk di kereta pun, kamu tidak bisa mengobatinya."Arjuna mengatakannya dengan setengah bercanda, setengah serius.Dia harus memanf
Read more