Mata si tua digenangi garis bening. Keharu biruan Dongdongka dibuyarkan oleh teriakan cempreng memekakkan telinga."Dongdongkaaaa!"Dedengkot Sinting berbalik. Seorang nenek peyot jelek sudah berdiri dilepi sungai dengan sikap permusuhan."Kau?! Apa maumu menemuiku, Jonggrang!"Wajah Dongdongka berubah. Ada garis-garis kegusaran merangas."Hi hi hii""Jangan ketawa!""Hi hi hi! Suka-suka aku!""Hi hi hi," cibir Dongdongka."Kau sudah jelek. Kalau tertawa jadi tambah jelek, tahu!""Hi hi hi, kau juga jelek!""Dibanding kau, masih jelek aku""Memang!""Eh, maksudku, dibanding aku, masih bagus kau!""Memang, hi hi hi!""Eh, salah lagi. Brengsek! Ah, sudah! Sekarang katakan, apa maumu menemuiku? Bukankah sudah hampir empat puluh tahun kita tak bertemu? Dan sampai aku mati nanti, lebih baik tetap begitu!""Empat puluh sembilan tahun, tiga bulan, sembilan hari tepatnya!"
Last Updated : 2025-11-16 Read more