Rai melangkah cepat, menyarungkan pedangnya dalam satu gerakan yang nyaris tak terdengar. Ia tak sempat menatap kepala yang menggelinding atau tubuh tanpa nyawa yang roboh di belakangnya. Matanya hanya tertuju pada Sua — yang kini berdiri seperti boneka rusak, dengan tubuh gemetar dan pandangan yang nyaris kosong.Pakainya setengah terbuka, robek di beberapa bagian. Kulitnya pucat, berkeringat, dan napasnya tersengal dalam helaan yang tidak wajar.“... Linjin,” bisik Rai, nada suaranya rendah — nyaris gemetar.Ia menghampiri, lalu memeluk gadis itu tanpa banyak kata. Tubuh Sua terkulai di pelukannya, ringan dan lemah, tapi panas. Terlalu panas. Napasnya membakar. Matanya mengerjap pelan, menatap Rai dengan pandangan samar-samar — bukan sebagai dirinya, tapi sebagai... sesuatu yang lain.“Aku akan membawamu pergi dari sini,” kata Rai pelan. Lalu, tanpa menunggu jawaban, ia mengangkat tubuh Sua ke pelukannya, membopongnya erat.Ia berlari menyusuri lorong istana — cepat, sunyi, dengan ju
Last Updated : 2025-07-23 Read more