Semua Bab Dinikahi Sang Penguasa : Suami Kontrakku Memberi Segalanya: Bab 531 - Bab 540

Lily membuang napas kasar. Namun, senyum tipis tak bisa disembunyikan di bibirnya. Dia menyandarkan kepalanya ke bahu Arsen. "Agaknya sedikit sulit," kata Lily. "Lihat saja dia seperti baru diisi batre," imbuhnya. Arsen terkekeh, mencium lembut sisi kepala Lily, kemudian menoleh ke arah Audrey yang masih sibuk memetik bunga di rumput. Dengan satu tangan, ia mengangkat dagu Lily, memaksanya menatapnya. "Aku mencintaimu," bisik Arsen, matanya memancarkan ketulusan, seolah momen semalam belum cukup. "Sangat. Terima kasih sudah memberiku hadiah ini," ucapnya lagi. Lily membalas tatapan Arsen, mata mereka saling mengunci. Lily melihat cinta yang besar di mata suaminya itu. Rasa takutnya semalam menguap tak bersisa. Lily menyesal telah menutupi kehamilannya. "Aku juga mencintaimu," jawab Lily, suaranya pelan dan lembut, lalu dia membiarkan Arsen mencondongkan tubuhnya ke depan. Perlahan, Arsen mendekat, sentuhan bibirnya pada bibir Lily begitu lembut, penuh penghormatan, da

Sementara itu di sebuah kafe David menatap malas ke Ivy saat mereka bertemu. Dia sebenarnya tak ingin bertemu dengan mantan istrinya ini, tapi karena Ivy terus memaksa, membuat David tak punya pilihan selain menemui Ivy. “Apa sebenarnya yang kamu inginkan? Untuk memaksaku bertemu?” tanya David. “Keinginan apa? Aku hanya berpikir kalau kita bisa dekat dan akrab, Axel pasti senang karena melihat kita tak terus menerus bertengkar,” kilah Ivy. David tersenyum miring mendengar alasan Ivy, kemudian dia membalas, “Aku tahu tidak sesederhana itu, jadi kalau memang kamu ada niatan, katakan saja apa yang mau kamu katakan. Jangan banyak membuang waktuku.” Sadar tidak bisa membohongi David, Ivy tersenyum lalu membalas, “Ya, kamu sepertinya paham sekali dengan apa yang aku lakukan. Baiklah, kalau begitu langsung saja. Aku ingin kamu mengenalkanku ke Lily.” David tersenyum mencibir, ternyata benar kalau Ivy memaksanya bertemu karena menginginkan sesuatu. “Untuk apa kamu ingin berkenal

Lily tiba-tiba saja tertawa meledek mendengar ucapan Ivy, sebelum kemudian dia membalas, “Anak-anak dekat apa bisa dibilang saling suka? Apalagi mereka masih kecil, wajar kalau mereka dekat karena bisa bermain bersama. Jangan berlebihan.” Melihat respon Lily yang terdengar tidak mengenakkan, apalagi tatapan Lily yang seperti meremehkannya, Ivy tersenyum lalu membalas, “Aku hanya bercanda.” Lily menatap biasa ke Ivy. Lalu dia mengambil tisu untuk mengeringkan kedua tangannya. “Soal sebelumnya saat pertama kali kita bertemu, aku minta maaf karena kamu pasti tidak nyaman melihat kejadian tidak mengenakkan waktu itu,” kata Ivy lagi. Lily menoleh ke Ivy, dia paham masalah mana yang Ivy maksud. “Tidak apa-apa, bukankah semua orang punya masalah mereka masing-masing,” balas Lily sebelum membuang tisu ke tempat sampah. Lily menatap Ivy lagi, kemudian dia berkata, “Aku keluar dulu.” Ivy menatap Lily yang keluar dari toilet, begitu Lily menghilang dari pandangannya, Ivy bergumam

Teddy segera dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami kejang-kejang. Sesampainya di UGD. Polisi langsung membawa masuk Teddy ke ruang penanganan, dokter dan perawat sudah bersiaga dan segera melakukan tindakan untuk menyelamatkan nyawa Teddy. Polisi menunggu di luar ruang penanganan, sampai beberapa saat kemudian dokter keluar sambil menggeleng. “Maaf, kami sudah berusaha sebaik mungkin, tapi narapidana tidak bisa diselamatkan karena mengonsumsi banyak zat berbahaya,” ujar dokter menjelaskan. “Dia keracunan?” tanya polisi memperjelas. Dokter mengangguk mengiyakan. “Kami akan melakukan tes lebih lanjut untuk laporan pihak kepolisian.” *** Di rumah Soraya. Soraya baru saja melihat Wisnu pulang. Dia ingin menghampiri suaminya, tapi lebih dulu mendapat panggilan dari polisi. “Halo,” sapanya ketika menjawab panggilan itu. “Ini dengan Ibu Soraya?” “Iya, betul,” balas Soraya mengangguk setelah mendengar suara dari seberang panggilan. “Kami dari kepolisian, ingin m

Di kamar Audrey. Adhitama dan Risha menemani Audrey yang sedang bermain dengan Oddy. Mereka hanya duduk memantau, sampai tiba-tiba Oddy menarik paksa mainan yang ada di tangan Audrey. “Eh, kalau bermain jangan rebut-rebut seperti itu,” kata Risha karena kaget. “Sudah, biarkan saja,” kata Adhitama menenangkan. Risha tetap cemas, tapi dia kembali duduk dan memperhatikan Audrey bermain lagi dengan Oddy. Namun, Oddy lagi-lagi menarik mainan dari tangan Audrey, sampai membuat Audrey jatuh ke karpet. “Oddy, kalau bermain jangan suka merebut seperti itu,” kata Risha memperingatkan sampai berdiri dari duduknya. Oddy takut melihat Risha marah, tapi Audrey malah berkata, “Tidak apa-apa kok, Oma. Biarin aja Oddy ambil mainannya Audy.” Oddy tersenyum karena dibela Audrey, dia menoleh ke Risha lalu meledek dengan menjulurkan lidahnya. Risha sangat syok melihat kelakuan Oddy, sampai dia berkata, “Tidak bisa, sifat jelek begitu tidak boleh terus menerus dibiarkan.” “Sudahlah,