Semua Bab Dinikahi Sang Penguasa : Suami Kontrakku Memberi Segalanya: Bab 551 - Bab 560

David tidak membiarkan Ivy menyelesaikan kalimatnya. Ia maju selangkah lagi, menipiskan jarak di antara mereka. Sorot mata David menunjukkan ambisi. “Kalau begitu, mari kita wujudkan agar menjadi kenyataan,” bisik David, suaranya pelan dan mengancam. “Aku tahu kamu menginginkan Arsen." Ivy menyilangkan tangan di depan dada, memasang ekspresi tertarik. "Apa tawaranmu?” tanyanya. “Gaun,” jawab David, tatapannya menyapu gaun nude yang Ivy kenakan. “Gaunmu dan gaun Lily sama persis. Itu bukan kebetulan, kan? Kita manfaatkan saja ini untuk menjebak Arsen.” David menjelaskan rencananya dengan cepat pada Ivy. Ia membuat skenario untuk menghancurkan reputasi Arsen, dan melukai Lily. Ivy mendengarkan dengan saksama. Senyumnya perlahan berubah menjadi tawa kecil yang meremehkan. “Tapi aku penasaran." Ivy menggelengkan kepala seraya menatap curiga pada David. “Dari mana kamu bisa tahu kalau aku tertarik pada Arsen? Bukannya aku harusnya tertarik padamu, mantan suamiku yang baru s

Lily membawa Arsen kembali ke Mansion. Dia meminta Bibi Jess memanggil dokter untuk mengecek kondisi suaminya itu. ​Perjalanan dari hotel ke mansion terasa mencekam. Lily terus menggenggam tangan Arsen yang terkulai lemas, wajahnya memerah menahan amarah dan kekhawatiran. Sesampainya di rumah, Lily dibantu seorang pelayan segera memapah Arsen ke kamar utama. Dokter yang dipanggil tidak lama kemudian tiba. Setelah memeriksa kondisi Arsen dan melakukan tes darah cepat, dokter mengonfirmasi bahwa Arsen dibius. ​“Ada kandungan obat penenang dosis tinggi di dalam darahnya, Bu Lily. Syukurlah tidak berlebihan. Pak Arsen akan baik-baik saja, hanya butuh istirahat total. Dalam beberapa jam ke depan, Pak Arsen akan sadar,” jelas dokter. ​Lily menghela napas lega, namun kemarahannya pada Ivy tak mereda. Setelah dokter pergi, Lily duduk di sisi ranjang, menatap suaminya yang masih terlelap. Dia tahu betul, ini adalah rencana yang sangat matang untuk menghancurkan reputasi Arsen, dan mun

Kembali ke pagi ini Lily dan Arsen masih berada di kamar. Mereka masih menatap ke layar tablet milik Lily, menyaksikan salah satu saluran berita yang sedang menayangkan gosip tentang perselingkuhan Arsen dan Ivy. Lily mengembuskan napas pelan, dia lalu menoleh ke Arsen yang hanya diam. “Menurutmu, dengan melakukan ini, apa yang sebenarnya wanita itu cari?” tanya Lily. Arsen tak langsung merespon perkataan Lily, setelah beberapa detik dia baru menoleh ke Lily, lalu berkata, “Aku tidak peduli dengan apa yang dia cari. Sebaliknya, apa dia tahu apa yang bisa aku lakukan karena dia berani malakukan ini?” Lily mengangguk paham. “Biarkan saja dia bermain-main dulu, kita ikuti permainannya.” Arsen mengerutkan kening mendengar ucapan Lily. “Kenapa ngidammu aneh sekali?” Lily melebarkan senyum, saat dia mau membalas ucapan Arsen, ponselnya lebih dulu berdering membuat Lily terfokus ke ponselnya. “Bunda. Aku lupa cerita ke Bunda, dia pasti sekarang bingung,” kata Lily panik. Li

Lily masih termenung mencerna ucapan Arsen sampai ponselnya berdering. Ia sedikit terkejut melihat nama yang terpampang di layar.Lily mengernyit. "Dia menelepon,” ucapnya.“Terima saja,” balas Arsen dengan santai.Lily sejenak memandang ragu pada Arsen, sebelum benar-benar menerima panggilan itu.“Hallo.” Lily menyapa. Ia menatap Adhitama lalu papanya itu segera menurunkan volume televisi.“Bagaimana kabarmu? Apa kamu baik-baik saja? Apa kamu sudah membaca berita tentang Arsen yang sudah tersebar?' tanya David diseberang sana. "Ya, aku sudah melihatnya dan aku baik-baik saja," jawab Lily santai. Lily diam, lantas mengingat kejadian kemarin. Pada malam pesta peresmian hotel David, pria itu tiba-tiba mengirimi Lily pesan dan memintanya untuk waspada pada Ivy.Awalnya Lily tidak mengerti apa maksud David mengiriminya pesan seperti itu, mengingat David adalah mantan suami Ivy. Namun, setelah melihat dengan matanya sendiri saat Ivy benar-benar datang dengan menggunakan gaun yang sama d

Ivy membuka amplop berlogo kepolisian yang diterimanya dari Bunga, lantas mengeluarkan lipatan kertas putih dari dalamnya dan membaca isi surat itu. Matanya membulat lebar, dia sangat syok membaca laporan atas dirinya. Kepalanya menggeleng kuat, bukan ini yang dia harapkan. Meremas kuat surat itu, Ivy lantas melemparnya serampangan dengan dada naik turun tak beraturan karena geram. Bahkan napasnya sampai sedikit tersengal menahan amarah. ‘Bukan, bukan ini rencananya. Harusnya Arsen menghubungi, tapi kenapa dia malah melaporkanku?’ batin Ivy dengan kepala yang terasa berdenyut memikirkan rencana yang dibuatnya malah gagal. Ivy menatap Bunga yang masih bersamanya, dengan sikap tenangnya dia berkata, “Hubungi wartawan untuk datang ke kantor agensi, aku mau membuat klarifikasi.” ‘Aku sudah nekat menjebak Arsen, kalau aku yang menjadi tersangka, maka semua rencanaku akan hancur,’ batinnya kemudian. Bunga terkejut mendengar permintaan Ivy, dia menatap Ivy yang begitu marah. “Haru