Ruangan itu sunyi sesaat setelah kata-kata Zanitha terucap lirih. “Aku akan ikut kalian kembali ke Zurich,” ucapnya dengan suara bergetar namun pasti.Ananta menatap istrinya tak percaya. Mata laki-laki itu perlahan membesar dan berkilat haru. “Kamu… serius, sayang?” tanyanya nyaris berbisik, seolah khawatir harapannya hanya ilusi semata.Zanitha mengangguk pelan. Wajahnya pucat, tetapi sorot matanya menunjukkan tekad yang bulat. “Demi Ares, aku akan ikut,” ulangnya, lebih tegas.Sejenak Ananta terpaku, lalu senyum hangat merekah di wajahnya. Tanpa ragu ia merengkuh Zanitha ke dalam pelukannya. “Terima kasih, Zanitha,” bisik Ananta dengan suara serak menahan haru, “Kamu enggak tahu betapa bahagianya aku sekarang.”Di dekat mereka, Ares yang sedari tadi mendengarkan percakapan orangtuanya tiba-tiba bersorak girang. Bocah laki-laki itu melompat-lompat kecil di sofa. “Horeee! Mommy ikut ke Zurich! Mommy ikut!” serunya dengan tawa riang. Tangannya yang mungil bertepuk-tepuk kegirangan
Terakhir Diperbarui : 2025-05-16 Baca selengkapnya