All Chapters of Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran: Chapter 431 - Chapter 440

"Selama itu barang miliknya, itu cukup," ujar Pangeran Aneksasi sambil berjalan mendekati istrinya.Tidak peduli benda apa pun itu, Pangeran Aneksasi akan menyimpannya sebagai kenang-kenangan. Hanya itulah yang bisa dilakukannya dalam hidup ini.Melihat Pangeran Aneksasi hendak menyerangnya, Putri Aneksasi tiba-tiba melompat dan menendangnya. Namun, pria itu menahan kaki mungilnya dan mengejek, "Karlita, kamu sudah lama nggak berlatih. Gerakanmu nggak selincah dulu, sekarang kamu jauh lebih lambat."Putri Aneksasi makin kesal mendengar sang suami bicara. Membiarkan satu kakinya di udara, dia mengangkat sikunya, ingin menghantam kepala pria itu hingga terlepas dari leher.Keduanya bergulat selama lima belas menit sebelum Burhan akhirnya berhasil menekan Karlita di bawahnya. Sambil menahan kedua tangan wanita itu di atas kepala, dia mulai meraba-raba tubuhnya.Burhan terkesan sedang menyentuh tubuh Karlita dengan ambigu. Namun, sebenarnya dia sedang mencari barang peninggalan Riani.Tak

Lima belas menit kemudian, pelayan senior Putri Aneksasi memasuki paviliun. Dia langsung berlutut di hadapan Satya dan menyerahkan sebuah buku dengan hormat seraya berkata, "Putra Bangsawan, ini adalah satu-satunya peninggalan Putri. Beliau berpesan, sebisa mungkin buku ini jangan digunakan. Putri hanya ingin Putra Bangsawan hidup dengan baik.""Apa maksudmu dengan satu-satunya peninggalan untukku? Kenapa Ibunda nggak bilang apa pun tadi?" tanya Satya bingung. Saat melihat lebih teliti, dia menyadari mata pelayan senior itu memerah."Katakan, apa yang terjadi," perintah Satya.Pelayan senior itu menjawab dengan nada tercekat, "Putri sudah meninggal dunia.""Apa?" Satya benar-benar terkejut."Putri jatuh sakit dan meninggal setelah kembali ke paviliun meditasi," jelas pelayan senior itu."Ba ... bagaimana mungkin, Ibunda ...," gumam Satya tak percaya. Tangan dan kakinya langsung menjadi lemas.Saat ibundanya bertingkah aneh tadi, Satya terlalu kesal untuk menyadarinya. Sekarang saat dip

Memori masa lalu membanjiri benak Kaisar. Di depan matanya adalah seorang gadis yang cemerlang. Gadis itu pandai menunggang kuda, menggunakan tombak, dan sosoknya tampak heroik.Ketika gadis itu melompat turun dari kuda, seorang gadis menawan lain mencoba mengambil tombak itu. Sayangnya, dia terlalu lemah untuk mengangkatnya.Kala itu, Kaisar masih berstatus pangeran biasa. Dia dan Pangeran Aneksasi sama-sama jatuh cinta pada kedua gadis yang bersahabat itu. Kaisar menyukai Karlita yang tangguh dan pemberani."Apa kamu melihatnya? Aku nggak menyangka ada gadis sekeren itu di dunia," ucap Kaisar.Pangeran Aneksasi tersenyum dan mengangguk, tetapi tatapannya tertuju pada gadis yang berjuang untuk mengangkat tombak. Dia berkata, "Kurasa gadis yang lemah lembut lebih menarik, aku lebih terdorong untuk melindunginya."Mereka tidak membahas lebih jauh, melainkan menyuruh kasim pribadi masing-masing untuk mencari tahu latar belakang kedua gadis itu.Saat mengetahui bahwa kedua gadis itu adala

Jelita menekan kegelisahan di hatinya dan memberi tahu Fani sambil tersenyum, "Ya, aku hamil, tapi jangan beri tahu siapa pun dulu. Kita tunggu sampai Kaisar berkunjung lagi atau bulan depan."Fani mengangguk dan menulis lagi.[ Hamba mengerti. Tunggu hingga kehamilan stabil, baru bicara. ]Bayi dalam kandungan Jelita tidak mungkin anak Kaisar. Beberapa waktu lalu, saat sang nona masih berada di Kediaman Bangsawan Aneksasi, dia sering bepergian tanpa mengajak Fani.Fani yakin bahwa bayi itu adalah anak Sunaryo atau Satya. Mengingat Satya sudah impoten, kemungkinan besar bayi itu adalah anak Sunaryo.Fani tersenyum. Tidak peduli siapa ayah dari bayi itu, dia akan memberikan bantuan besar bagi Jelita. Ke depannya, hidupnya dan sang majikan akan jauh lebih mudah karena anak ini."Cepat bawa tungku dan bakar," ucap Jelita sambil merobek kertas yang ditulis Fani. Dia baru merasa lega setelah robekan kertas itu telah menjadi abu."Fani, jangan sampai ada yang mengetahui masalah ini," kata Je

"Saya dengar berkuda baik untuk kesehatan fisik dan mental. Yang Mulia, saya sangat menantikannya. Bagaimana kalau Yang Mulia mencarikan seorang guru untuk mengajari saya berkuda dan memanah?" ucap Jelita."Kamu ingin belajar seni bela diri?" tanya Kaisar.Jelita mengerjapkan matanya yang berbinar cerah di bawah sinar bulan. Dia mengangguk dan menyahut, "Ya, saya ingin belajar."Kaisar merasa sedikit curiga. Apa Jelita tahu bahwa dia mencintai Karlita selama ini? Apa dia juga tahu bahwa Karlita adalah wanita langka yang menguasai bela diri, serta pandai menggunakan tombak dan berkuda?Mungkin Kaisar tidak sepenuhnya percaya pada kata-kata Pangeran Aneksasi. Namun, kalaupun Jelita tahu bahwa dirinya sangat mirip dengan Karlita, jika nanti dia benar-benar bisa berkuda dan menggunakan tombak ... Kaisar juga akan merasa senang."Baiklah, aku akan menyuruh Wawan membawamu ke tempat latihan besok," ucap Kaisar."Terima kasih, Yang Mulia," ujar Jelita.Sekarang sudah larut malam. Jelita pikir