Share

Bab 437

Author: Lilia
Jelita menekan kegelisahan di hatinya dan memberi tahu Fani sambil tersenyum, "Ya, aku hamil, tapi jangan beri tahu siapa pun dulu. Kita tunggu sampai Kaisar berkunjung lagi atau bulan depan."

Fani mengangguk dan menulis lagi.

[ Hamba mengerti. Tunggu hingga kehamilan stabil, baru bicara. ]

Bayi dalam kandungan Jelita tidak mungkin anak Kaisar. Beberapa waktu lalu, saat sang nona masih berada di Kediaman Bangsawan Aneksasi, dia sering bepergian tanpa mengajak Fani.

Fani yakin bahwa bayi itu adalah anak Sunaryo atau Satya. Mengingat Satya sudah impoten, kemungkinan besar bayi itu adalah anak Sunaryo.

Fani tersenyum. Tidak peduli siapa ayah dari bayi itu, dia akan memberikan bantuan besar bagi Jelita. Ke depannya, hidupnya dan sang majikan akan jauh lebih mudah karena anak ini.

"Cepat bawa tungku dan bakar," ucap Jelita sambil merobek kertas yang ditulis Fani. Dia baru merasa lega setelah robekan kertas itu telah menjadi abu.

"Fani, jangan sampai ada yang mengetahui masalah ini," kata Je
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 460

    "Apa Tabib Lukman kepanasan?" tanya Anggi. Dia tiba-tiba menyadari Lukman menyeka keringat di dahinya."Ha? Aku nggak kepanasan," sahut Lukman. Dia berkeringat karena takut pada Aska. Hari ini Lukman berpakaian tebal demi menemui Aska. Jadi, dia tidak akan kedinginan saat melakukan akupunktur."Nggak panas ya?" tanya Anggi. Benar juga, kamar Aska begitu dingin. Kenapa Lukman berkeringat? Dia juga terus menghindari tatapan Anggi, sepertinya ada masalah.Anggi berpikir sebaiknya dia menahan diri terlebih dahulu. Setelah berbincang sejenak dengan Aska, Anggi menyuruh Lukman keluar.Lukman merasa gugup. Sebelum pergi, dia ketakutan melihat senyuman tipis Aska. Kediaman Putra Mahkota bagaikan sarang iblis.Anggi bertanya, "Tabib Lukman, tadi waktu kamu melakukan akupunktur pada Tuan Aska, nggak ada masalah, 'kan?"Saat keluar, Lukman sudah mempersiapkan mental cukup lama. Dia sudah memikirkan banyak alasan dan sekarang dia bisa memakainya. Lukman menyahut dengan tenang, "Putri Mahkota, ngga

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 459

    Melihat Aska menyerahkan jarum akupunktur, Lukman segera menyimpannya. Aska menjelaskan, "Seharusnya Tabib Lukman tahu aku ini Kepala Biro Falak. Asalkan aku mau, aku bisa tahu semua hal di dunia ini. Bahkan aku bisa mengubah takdir Negeri Cakrabirawa kalau aku mengusahakannya."Dengan kata lain, Aska juga merupakan tokoh hebat yang sangat berkuasa. Mana mungkin Lukman tidak tahu?Bahkan, Kaisar juga tidak berani menyinggung Kepala Biro Falak Negara Cakrabirawa yang paling misterius ini. Semua orang sangat menghormatinya dan tidak berani mendekatinya. Namun, untuk apa Aska menjelaskan semua ini kepada Lukman?Lukman memberi hormat dengan gugup dan mendengar sambil membungkuk. Aska merapikan bajunya, lalu duduk di tempat tidur. Gayanya sangat santai, salah satu tangannya diletakkan di atas kursi.Aska melanjutkan dengan tenang, "Sebagai Kepala Biro Falak, aku bisa mengintip takdir dan menyokong negara. Selain menikmati kemuliaan, aku juga harus berkorban. Pengorbanannya itu aku diserang

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 458

    Mina mengetuk pintu ruang samping dan berujar, "Tabib Lukman, Putri Mahkota memintamu keluar."Lukman berada agak jauh dari pintu. Dia terdiam sejenak begitu mendengar suara, lalu dia baru menyahut, "Oke. Aku segera keluar."Tak lama kemudian, Lukman berjalan keluar dan mengangguk kepada Mina. Dia menghampiri Anggi dan Aska yang menunggu di halaman.Lukman memberi hormat kepada Anggi terlebih dahulu, "Salam, Putri Mahkota."Setelah itu, Lukman memberi hormat kepada Aska, "Salam, Tuan Aska.""Tabib Lukman, nggak usah beri hormat lagi," timpal Anggi.Setelah Lukman menyapa mereka, Anggi mulai membahas penyakit Aska dengan Lukman. Kemudian, Anggi menjelaskan bagian tubuh Aska yang ditusuk dengan jarum akupunktur. Lukman adalah pria, jadi Anggi merasa mereka bisa menambah titik akupunktur di paha dan telapak kaki.Aska bergidik setelah mendengar pembahasan mereka. Dia berucap, "Aku ... merasa sebaiknya tetap lakukan akupunktur di titik-titik yang sama seperti sebelumnya saja."Bukan hanya

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 457

    Setelah beberapa saat, Faisal melihat Aska sekilas. Dia memberi hormat kepada Anggi dan menyahut, "Putri Mahkota, denyut nadi Tuan Aska lemah dan lambat. Kondisi nadinya memang langka."Bahkan Faisal merasa Aska berumur pendek. Anggi mengangguk, lalu melihat Mina dan memerintah, "Kamu cari seorang pasien biar aku dan Tabib Faisal periksa nadinya."Bagaimanapun, Anggi belajar ilmu pengobatan sendiri. Ini adalah pertama kalinya dia meragukan ilmu pengobatannya.Tak lama kemudian, seorang pria dewasa masuk. Dia memegang perutnya dan berkata dengan ekspresi pucat pasi, "Tabib Faisal, Putri Mahkota, perutku sakit sekali selama beberapa hari ini. Tolong bantu aku."Anggi berujar, "Silakan duduk di sini."Pria itu duduk di tempat yang ditunjuk Anggi dengan patuh. Dia juga mengulurkan tangannya. Anggi memeriksa lidah dan nadinya, lalu menanyakan beberapa hal. Setelah mendapatkan hasilnya, Anggi meminta Faisal memeriksa pria itu.Faisal memeriksa kondisi pria tersebut. Dia hanya mengatakan pria

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 456

    "Kak Aska?" panggil Anggi. Dia melihat Aska merenungkan sesuatu.Lamunan Aska buyar. Dia memandangi Anggi seraya tersenyum dan berkata, "Nggak ada wanita yang kusukai di dunia ini."Kenapa Aska begitu yakin? Anggi bertanya, "Jadi, apa yang kamu sukai di dunia ini?"Aska berpikir untuk waktu yang lama, lalu asal menjawab, "Aku suka uang."Anggi menanggapi, "Kesukaan Kak Aska memang nggak biasa. Banyak orang jelas-jelas menganggap uang seperti nyawa mereka, tapi mereka nggak mau mengakuinya."Setelah berpikir sejenak, Anggi melanjutkan, "Dulu aku juga suka uang. Tapi, setelah pernah kehilangan nyawa, aku merasa aku suka hidup."Untuk masalah mencari istri Aska, sebaiknya tunggu sampai Luis mendapatkan kekuasaan itu terlebih dahulu.Anggi mendekati Aska untuk membisikkan ucapan itu padanya. Bagaimanapun, kemungkinan besar Sura, Pati, Mina, dan lainnya di bagian luar kereta kuda bisa mendengar pembicaraan mereka.Aska melihat mata Anggi yang bersinar. Anggi juga mendekati Aska dengan ekspr

  • Pembalasan Dendam Sang Pemeran Figuran   Bab 455

    Anggi berkata, "Aku masuk angin."Aska menimpali, "Pati bilang beberapa hari ini memang panas. Kalau makin panas, jangan pakai selimut lagi.""Apa yang dibilang Kak Aska memang benar," balas Anggi.Mungkin karena sudah melihat Anggi, penderitaan Aska semalam sudah banyak berkurang. Sebenarnya akupunktur tidak bisa meringankan penyakitnya. Satu-satunya obat yang paling ampuh adalah berada di samping Anggi lebih lama. Selain itu, kulit mereka pasti bersentuhan saat Anggi melakukan akupunktur.Setelah makan siang, Anggi dan Aska pergi ke Balai Pengobatan Afiat sesuai janji semalam. Lukman merasa gugup saat melihat pasien dan majikannya pergi. Dia memandangi tanaman obat-obatan di halaman dan bawahan yang menjemur obat-obatan sambil termenung.Di tengah perjalanan. Awalnya Mina juga duduk di dalam kereta kuda bersama Anggi dan Aska, tetapi dia terus menggosok tangannya. Anggi berucap, "Kamu duduk di luar saja."Mina menanggapi, "Hamba ...."Anggi menyela, "Cepat, nanti kamu flu.""Apa Putr

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status