Pagi itu, Jakarta diselimuti kabut tipis. Matahari malu-malu menembus jendela studio kecil tempat Alena kini tinggal. Udara masih segar, belum sempat dikotori polusi dan rutinitas. Alena duduk di depan jendela, membungkus tubuhnya dengan sweater tipis, dan menatap jalanan sempit yang mulai hidup.Di hadapannya, secangkir kopi sachet mengepul pelan. Aroma sederhana itu membawa pulang kenangan—kenangan yang tidak bisa dibeli, hanya bisa dirasakan.Ia membuka laptop tuanya, bukan untuk mengecek email kerja atau jadwal sosial. Tapi untuk membuka folder yang sudah lama ia abaikan: “Draf Cerita – Reno.”Sebuah folder berisi catatan, puisi, dan fragmen kehidupan yang dulu pernah ia tulis diam-diam, ketika hari-hari masih penuh kebebasan, sebelum semuanya berubah menjadi pertunjukan.Alena menggeser kursor, membuka salah satu file.“Kopi pagi di teras sempit. Langit abu-abu, tapi hati terang. Reno duduk di sebelah, matanya belum sepenuhnya bangun. Tapi senyumnya... senyumnya utuh. Kadang diam
최신 업데이트 : 2025-08-02 더 보기