Jam dinding menunjukkan pukul 2:47 pagi ketika Alena terbangun dengan mata basah. Mimpi yang sama lagi—dia berlari di studio kecilnya yang dulu, menulis dengan bebas di bawah lampu meja yang redup, tertawa sendiri karena menemukan kalimat yang sempurna. Lalu dia terbangun, dan kenyataan menghantam seperti air dingin.Di sampingnya, Adrian tidur dengan nyenyak, napasnya teratur dan tenang. Wajahnya damai, tidak ada jejak kecurigaan atau kemarahan yang akhir-akhir ini sering muncul. Alena memandanginya dengan perasaan campur aduk—cinta, takut, benci, dan kasihan bercampur menjadi satu.Bagaimana bisa orang yang sama yang dulu membuatnya merasa seperti putri dongeng, sekarang membuatnya merasa seperti burung dalam sangkar emas?Alena perlahan bangkit dari tempat tidur, berusaha tidak membangunkan Adrian. Dia berjalan ke balkon, menutup pintu geser dengan hati-hati. Udara malam Jakarta masih gerah, tapi setidaknya ada angin kecil yang bertiup.Dia duduk di kursi rotan yang Adrian beli bul
Last Updated : 2025-08-09 Read more