Valerie masih memandangi Tama dengan rasa bersalah yang samar. Kekhawatirannya atas kondisi kepala Tama mengalahkan sejenak urusan model yang pelik."Tapi tidak apa-apa kan, Anne, kita menjitak kepala Tama seperti tadi?" tanya Valerie, ragu. "Dia kan baru saja cedera."Anne, dengan profesionalitas seorang dokter, hanya mengangkat bahu. "Tidak apa-apa. Sudah kuperiksa. Kita menjitaknya di bagian kepala agak ke belakang, sedangkan lukanya ada di atas pelipis matanya. Lokasinya berbeda," jelasnya tanpa beban, seolah hal itu adalah penjelasan medis yang paling normal."Malah, kalau kau tidak percaya," ujar Anne dengan suara keras sambil mendelik ke arah Tama, "kita bisa reka ulang adegannya sekali lagi untuk memastikan!"Mendengar ancaman itu, Tama langsung menggeser kursinya menjauh, kedua tangannya refleks melindungi kepalanya. "Sudah, sudah, aku percaya! Sungguh wanita-wanita barbar," sungutnya pelan, sambil menelan salivanya dengan ekspresi seperti anak kecil yang ketakutan.Sekilas s
Última atualização : 2025-10-18 Ler mais