All Chapters of Menggoda Sang Paman: Chapter 101 - Chapter 110

Pagi itu, suasana di kamar rias Puspa dipenuhi dengan hiruk-pikuk persiapan. Para penata rias sibuk menyempurnakan tampilan Puspa yang duduk anggun di depan cermin besar. Gaun pengantin berwarna putih gading dengan detail renda halus membalut tubuhnya, sementara rambutnya ditata dalam sanggul modern yang elegan.  Di sudut ruangan Ratu, adik Puspa, tengah mengenakan kebaya seragam berwarna biru pastel yang senada dengan anggota keluarga lainnya. Ia menatap cermin, memastikan setiap detail penampilannya sempurna.  "Mama, Om Govan dapat baju seragam juga nggak?" tanya Ratu sambil membetulkan antingnya. Anes, sedang duduk di sofa sambil menyeruput teh hangat, melirik Ratu melalui cermin.  "Nggak, dia nggak dikasih. Lagipula, dia bukan bagian dari keluarga inti kita," jawab Mira dengan nada datar. "Tapi dia kan Adik, Mama," ujar Ratu, sedikit bingung. "Keluarga mama yan

Riang tawa dan denting gelas saling bersahutan di dalam aula megah tempat pesta pernikahan berlangsung. Musik lembut mengalun, tamu-tamu terus berdatangan dan mengisi meja-meja yang disusun rapi.  Di meja tengah yang paling dekat ke pelaminan, keluarga besar memusatkan perhatiannya bukan hanya pada pasangan pengantin, tetapi pada sosok lain yang mencuri sorotan, Nabila. "Siapa sih tadi cewek cantik yang datang bareng Govan?" bisik seorang tante bermake-up tebal, mencondongkan tubuhnya ke arah sepupu perempuan Anes. "Yang bajunya hijau itu? Cantik banget, ya ampun… mukanya kayak artis!" ujar sepupu lain, matanya tak lepas dari sosok Nabila yang kini tengah menyendokkan sup jamur dengan anggun. "Aku sempat nanya ke Mbak Retno, katanya itu keponakan Anes, Si Nabila. Yang dibawa Govan dulu…" "Tapi masa iya? Bukannya Nabila itu gendut ya, dulu kan waktu kecil dia ge

“Govan bukan pamanmu,” bisik Tante Anes lirih, namun cukup jelas untuk menghentikan detak jantung Nabila seketika. “Maksud Tante apa?” Nabila menoleh cepat, matanya membulat.  Anes menyilangkan tangan di dada, menatap Nabila tanpa berkedip. “Dia bukan saudara kandung Tante dan ibumu. Govan itu cuma anak angkat dari almarhum Ayah, kakekmu. Nggak ada hubungan darah sedikit pun antara kalian.” Suaranya tenang, namun tajam. “Jadi... sebenarnya nggak wajar kamu terus-terusan tinggal serumah sama dia.” “Itu... itu nggak benar. Nggak mungkin...” Napas Nabila tercekat. Ia melangkah mundur setapak, seperti baru saja ditampar kenyataan yang tak pernah ia bayangkan. “Dia bukan pamanku?” tanyanya lagi, suara gemetar, seolah berharap ada penyangkalan. Anes justru melangkah pelan mendekat, wajahny

Malam itu angin bertiup lembut dari jendela yang sedikit terbuka. Tirai tipis bergoyang pelan, seolah menari di bawah cahaya lampu kamar yang kekuningan. Govan masih berada di ruang kerjanya, menatap layar laptop yang penuh angka dan laporan. Bahunya terlihat menegang, lehernya kaku, dan beberapa kali ia memutar kepalanya ke kanan dan kiri seakan mencari celah untuk bernapas. Nabila hanya memperhatikan Govan yang diam dan lelah. “Om mau aku pijitin gak?” tawar Nabila pelan. "Pijit?" Govan menoleh, alisnya naik sebelah  "Gak usah Bil. Kamu istirahat saja sana," katanya lagi dengan mata lelah, tapi ia tetap tersenyum.  Nabila menggigit bibir bawahnya, ragu, tapi kemudian mengangguk. “Oke, aku isirahat dulu ya Om. Kalau Om butuh pijitan datang aja ke...kamar a...aku.” “Iya, nanti kalau Om perlu Om datang ke kamar kamu.&rdq

Pagi di Jakarta masih diselimuti sisa embun yang belum sepenuhnya menguap dari dedaunan. Di sebuah ruangan kantor elegan yang dindingnya dihiasi lukisan modern dan rak penuh berkas, Wisnu duduk dengan raut wajah serius. Tangannya membuka satu per satu lembar laporan investigasi yang sebelumnya ia minta dari tim kepercayaannya.  “Govan… kamu ternyata lebih rumit dari yang kau tampilkan,” gumamnya pelan sambil menelusuri detail demi detail. Ada catatan tentang perjalanan hidup Govan dari masa kecilnya di panti asuhan hingga akhirnya diadopsi oleh seorang. Namun yang lebih membuat alis Wisnu terangkat tinggi adalah bagian laporan yang menyebutkan sejarah hubungan asmara Govan. Beberapa nama perempuan muncul sebagai mantan kekasih. Semuanya berpendidikan, cantik, dan berstatus sosial tinggi.  Tapi semua hubungan itu berakhir tiba-tiba. Salah satu catatan menarik menyebutkan bahwa beberapa mantan