Pintu ruang kerja Galih tertutup rapat dengan suara dentum lembut. Di dalamnya, udara terasa lebih panas. Mungkin karena dipenuhi ketegangan yang tak bisa ditepis sejak mereka meninggalkan ruangan Divisi Kreatif.Galih memutar kunci pintu, lalu berbalik cepat. Pandangannya tertuju penuh pada Aster yang berdiri beberapa langkah darinya, masih menunduk, tampak bingung dengan perubahan ekspresi pria itu.Tanpa banyak kata, Galih melangkah cepat, menyingkirkan jarak di antara mereka. Tangannya terangkat, menyentuh lembut sisi wajah Aster, lalu membawa bibirnya mendekat. Memburu dalam ciuman yang dalam, penuh hasrat, seolah ingin menegaskan bahwa hanya dia yang berhak atas gadis itu. Tidak Rein. Tidak lelaki mana pun.Aster terkejut, tubuhnya sedikit menegang, tetapi dia tak menolak. Sentuhan Galih bukan sekadar desakan, tapi juga luka yang baru saja tersentuh. Luka karena cemburu, karena takut kehilangan.Galih mencium lagi, kali ini lebih pelan namun intens. Napasnya berat, menyapu pelip
Last Updated : 2025-05-13 Read more