Usai rapat direksi selesai malam itu, lampu balkon hotel di Bandung temaram, menghadap ke taman kecil dengan gemericik air dari kolam buatan. Aster dan Galih duduk berdampingan di bangku rotan beralas empuk. Hawa dingin kota mulai turun, tapi tangan mereka saling menggenggam, menghangatkan satu sama lain.Aster menyandarkan kepalanya di bahu Galih. Suaranya lembut, nyaris seperti bisikan."Makasih banyak ya, Mas. Aku nggak tau harus gimana kalau nggak ada kamu."Galih merangkul bahunya, mengusap pelan lengan Aster. Ada ketulusan di matanya, dan rasa lega yang belum lama muncul setelah rapat direksi tadi."Aku juga, sayang. Kamu bukan cuma pacar, tapi partner. Satu-satunya orang yang bisa aku percaya sepenuhnya."Aster terdiam sejenak. Pikirannya kembali ke momen-momen penuh tekanan, saat nama baiknya dicemarkan, saat dia merasa sendirian. Tapi kini, semuanya terasa jauh. Sudah melewati badai.“Aku nggak nyangka kalo dia sejahat itu," katanya dengan nada lirih.Galih menatap wajahnya.
Terakhir Diperbarui : 2025-06-04 Baca selengkapnya