Beranda / Romansa / Ayo Menikah, Mas Duda! / Bab 71: Sekarang Kamu Milikku

Share

Bab 71: Sekarang Kamu Milikku

Penulis: Mita Yoo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-13 19:29:44

Pintu ruang kerja Galih tertutup rapat dengan suara dentum lembut. Di dalamnya, udara terasa lebih panas. Mungkin karena dipenuhi ketegangan yang tak bisa ditepis sejak mereka meninggalkan ruangan Divisi Kreatif.

Galih memutar kunci pintu, lalu berbalik cepat. Pandangannya tertuju penuh pada Aster yang berdiri beberapa langkah darinya, masih menunduk, tampak bingung dengan perubahan ekspresi pria itu.

Tanpa banyak kata, Galih melangkah cepat, menyingkirkan jarak di antara mereka. Tangannya terangkat, menyentuh lembut sisi wajah Aster, lalu membawa bibirnya mendekat. Memburu dalam ciuman yang dalam, penuh hasrat, seolah ingin menegaskan bahwa hanya dia yang berhak atas gadis itu. Tidak Rein. Tidak lelaki mana pun.

Aster terkejut, tubuhnya sedikit menegang, tetapi dia tak menolak. Sentuhan Galih bukan sekadar desakan, tapi juga luka yang baru saja tersentuh. Luka karena cemburu, karena takut kehilangan.

Galih mencium lagi, kali ini lebih pelan namun intens. Napasnya berat, menyapu pelip
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 137: Tiba-tiba Pingsan

    Pagi itu, langit mendung menggantung berat seolah memperingatkan sesuatu. Aster baru saja mengantar Jason ke sekolah dengan sedikit terburu-buru karena hari itu dia terlambat bangun. Saat akan masuk ke mobil, kepalanya tiba-tiba terasa berat, pandangannya berkunang-kunang.Tangannya yang sedang memegang gagang pintu mobil terasa lemas, dan sebelum sempat memanggil nama Jason, tubuhnya sudah lunglai jatuh ke aspal. Jaso lantas berteriak panik. "Bunda!!!"   Dengan sigap, Jason berlari dan mendekap tubuh Aster yang tak sadarkan diri. Tangannya gemetar saat mencoba mengeluarkan telepon genggam dari saku seragam sekolahnya. Ia segera menghubungi Galih.   Jason mengatakan dengan suara tersendat-sendat. "P-Papa... Bunda pingsan! Aku takut..."Galih semula menyahut dengan suara tenang mulai terdengar gemetar. "Papa ke sana sekarang, Boy. Kamu pegang tangan Bunda, terus coba tepuk-tepuk pipinya pelan

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 136: Jason Sayang Bunda

    "Jadi, Bunda mau berhenti kerja selamanya?" Jason bertanya sambil melirik ke arah Aster."Iya, Boy. Bunda mau jadi ibu rumah tangga aja. Bunda udah capek," sahut Aster tanpa mengalihkan pandangan dari jalan.Mobil lalu berhenti di depan gerbang sekolah Jason.Jason melepas sabuk pengaman lalu mengangguk. "Aku sebenernya seneng, Bunda berhenti kerja. Karena... Aku jadi bisa kasih tau ke temen-temen kalau Bunda cantik banget.""Makasih, sayang." Aster mengusap rambut Jason.Remaja dua belas tahun itu mengangguk. “Aku sekolah dulu.”“Iya, sayang.”Mata Jason berbinar polos, wajahnya yang masih terlihat kekanak-kanakan tersenyum lebar pada ibunya. Aster terharu mendengar kata-kata lugu anak semata wayangnya itu. Ia kembali mengusap rambut Jason yang sedikit berantakan, lalu menatapnya dengan penuh kasih.  Aster tersenyum lembut. "Bunda juga seneng kalau Jason seneng. Jadi, Bu

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 135: Aku Sayang Kamu

    "Mas, aku takut banget. Setelah kejadian yang menimpa Jason, aku jadi takut kalau dia kemana-mana." Aster menggenggam tangan Galih. "Tenang, Sayang. Aku yakin, kita akan baik-baik saja. Kita hanya perlu hati-hati, tapi juga nggak perlu berlebihan. Ada aku, Sayang." "Mas, kamu nggak ngerti. Aku..." Kalimat Aster tak diteruskan karena Galih membungkam bibirnya dengan ciuman lembut. Aster terkejut, tetapi perlahan menyerah dalam pelukan dan ciuman Galih. Ciuman itu hangat dan menenangkan, seolah mengusir semua ketakutan yang menggerogoti hatinya. Ketika Galih menarik diri, Aster masih memejamkan mata, seolah tak ingin momen itu berakhir. Aster berbisik. "Mas… kamu selalu tahu cara bikin aku tenang." Galih tersenyum lembut. "Karena itu tugasku. Aku di sini buat jagain kamu, Sayang." Aster mengh

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 134: Teka-teki Masa Lalu (6)

    Hujan mulai reda ketika Aster dan Galih tiba di rumah Evan. Dea memeluk Aster erat, mencoba menenangkan sahabatnya yang sejak kehilangan jejak Jason belum berhenti menangis. Sementara itu, Evan dan Galih berdiri di ruang kerja kecil milik Evan, memandangi layar laptop yang menampilkan peta pelacakan kendaraan dari sinyal plat nomor.“Aku udah kirim data ke temenku di kepolisian, Mas. Tapi ini butuh waktu. Andre bukan orang sembarangan, Mas Gal,” ujar Evan.Galih mengangguk. “Aku sadar sekarang… kita terlalu menyepelekan dia.”Di Kamar tamu itu, Aster terdiam. Ia duduk di lantai, memandangi selembar foto lama yang ia keluarkan dari dompet kecilnya. Foto masa kecil bersama seorang bocah laki-laki tampan, tersenyum kikuk di depan rumah tua. Bocah itu adalah Andre.Flashback, Belasan Tahun Lalu…Di sebuah dusun kecil, Aster kecil tinggal bersama neneknya setiap libur sekolah. Ia selalu ditemani Andre, tetangga sebelah

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 133: Teka-teki Masa Lalu (5)

    Hujan turun pelan, menggores jendela seperti tangan masa lalu yang ingin mengetuk kembali. Di pagi yang sendu itu, Aster membuka kotak surat di pagar rumah mereka dan mendapati sebuah amplop krem tanpa nama pengirim. Tak ada perangko, tak ada stempel. Hanya tertulis: “Untuk Aster.” Tangannya gemetar saat membuka kertas di dalamnya. Aroma samar kapur tulis tercium samar, membangkitkan kenangan kelas-kelas kecil di masa sekolah dasar. “Kamu masih ingat taman kecil di belakang rumah nenekmu? Tempat kita sembunyi saat hujan pertama datang? Aku ingat kamu suka melipat daun jambu jadi perahu. Aku menunggu kamu kembali. Tapi kamu hilang. – R” Aster terdiam. Dunia seperti berhenti sejenak. R. Raka. Andre. Semua teka-teki mulai tersambung. Sementara Itu, di sekolah Jason… Jason melambaikan tangan pada Evan yang menjemputnya lebih awal karena hujan deras. Namun, dari kejauhan, seorang pria bert

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 132: Teka-teki Masa Lalu (4)

    Langit sore menggantung kelabu saat Jason menunggu jemputan di depan sekolah. Biasanya Aster atau sopir pribadi yang datang. Namun sore itu, seseorang yang tak dikenal menghampirinya.“Jason?” panggil seorang pria berpakaian rapi, membawa helm motor di tangan.Jason menoleh, mengerutkan dahi. “Iya. Om siapa?”Lelaki itu tersenyum. “Aku Andre. Temen papa kamu.”Jason menatap lelaki itu, heran. “Temen Papa? Kok aku nggak pernah ketemu sama Om?”“Soalnya Om ketemu sama papa kamu udah dua puluh tahun lalu,” katanya.“Terus, kenapa Papa nggak jemput aku dan malah Om yang ke sini?” tanya Jason.“Ya. Papa kamu mendadak meeting, Bunda kamu katanya masih di kantor. Mereka minta aku jemput kamu. Anggap aja kita udah pernah ketemu 'kan waktu di kantor papamu?”Jason mengangguk ragu. “Ya… kayaknya Om bukan orang jahat,” kata Jason.Lelaki itu menyeringai. “Betul. Nggak mungki

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status