Beranda / Romansa / Ayo Menikah, Mas Duda! / Bab 71: Sekarang Kamu Milikku

Share

Bab 71: Sekarang Kamu Milikku

Penulis: Mita Yoo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-13 19:29:44

Pintu ruang kerja Galih tertutup rapat dengan suara dentum lembut. Di dalamnya, udara terasa lebih panas. Mungkin karena dipenuhi ketegangan yang tak bisa ditepis sejak mereka meninggalkan ruangan Divisi Kreatif.

Galih memutar kunci pintu, lalu berbalik cepat. Pandangannya tertuju penuh pada Aster yang berdiri beberapa langkah darinya, masih menunduk, tampak bingung dengan perubahan ekspresi pria itu.

Tanpa banyak kata, Galih melangkah cepat, menyingkirkan jarak di antara mereka. Tangannya terangkat, menyentuh lembut sisi wajah Aster, lalu membawa bibirnya mendekat. Memburu dalam ciuman yang dalam, penuh hasrat, seolah ingin menegaskan bahwa hanya dia yang berhak atas gadis itu. Tidak Rein. Tidak lelaki mana pun.

Aster terkejut, tubuhnya sedikit menegang, tetapi dia tak menolak. Sentuhan Galih bukan sekadar desakan, tapi juga luka yang baru saja tersentuh. Luka karena cemburu, karena takut kehilangan.

Galih mencium lagi, kali ini lebih pelan namun intens. Napasnya berat, menyapu pelip
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 2: Berjuang (2)

    Pagi itu, Aster melangkah mendekati Galih. Senyumnya masih menawan, seperti biasa."Mas Gal ..." suara merdu Aster menyapa telinga Galih.Galih mendongak. Menatap Aster hingga tatapan mereka bertemu di titik sama. Aster meletakkan kertas yang dibalut pita cantik di atas meja kerja Galih."Apa ini sayang?" tanya Galih.Galih menatap kertas itu, jemarinya gemetar ketika menyentuh permukaannya yang dingin. Balutan pita warna merah muda itu kontras dengan warna kertas gading yang mewah. Undangan pernikahan. Dan namanya tak tertera di sana."Itu undangan pernikahan aku, Mas Gal.” Senyum masih menggantung di bibir cantik Aster, tetapi matanya basah oleh air mata yang belum jatuh.Galih menggeleng. "Nggak. Ini nggak boleh terjadi. Aku sayang kamu, Aster. Neng, kamu pasti bohong 'kan?" “Aku minta maaf. Tapi, kita sudahi hubungan kita sampai di sini.”Galih merasakan dunia be

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 72: Berjuang

    Matahari baru saja tenggelam ketika Audi A5 Sportback berwarna merah metalik berhenti di pelataran rumah bergaya kolonial milik keluarga Kesuma. Lampu-lampu taman menyala lembut, menyambut kedatangan Galih yang turun dari kursi kemudi.Dia segera membuka pintu belakang dan mengulurkan tangan pada Jason, yang langsung melompat keluar dengan riang.“Akhirnya, kita ke rumah Nenek lagi! Aku udah kangen sama Mama Dea, Pa!” seru Jason sambil menatap bangunan megah itu dengan mata berbinar.Galih tersenyum singkat. “Iya. Tapi ingat, kamu harus sopan, ya. Jangan lari-lari di dalam. Nenek masih belum pulih banget soalnya. Jangan sampai Nenek marah.”“Siap, Pa!” Jason mengangguk penuh semangat, lalu menggenggam tangan Galih. Mereka berjalan menuju pintu utama, dan sebelum sempat mengetuk, pintu sudah terbuka.“Galih, akhirnya datang juga,” sapa Winda, ibunda Galih, dengan senyum lebar yang terasa penuh tuntutan terselubung.Wanita paruh baya itu mengenakan kebaya modern berwarna gading, rambutn

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 71: Sekarang Kamu Milikku

    Pintu ruang kerja Galih tertutup rapat dengan suara dentum lembut. Di dalamnya, udara terasa lebih panas. Mungkin karena dipenuhi ketegangan yang tak bisa ditepis sejak mereka meninggalkan ruangan Divisi Kreatif.Galih memutar kunci pintu, lalu berbalik cepat. Pandangannya tertuju penuh pada Aster yang berdiri beberapa langkah darinya, masih menunduk, tampak bingung dengan perubahan ekspresi pria itu.Tanpa banyak kata, Galih melangkah cepat, menyingkirkan jarak di antara mereka. Tangannya terangkat, menyentuh lembut sisi wajah Aster, lalu membawa bibirnya mendekat. Memburu dalam ciuman yang dalam, penuh hasrat, seolah ingin menegaskan bahwa hanya dia yang berhak atas gadis itu. Tidak Rein. Tidak lelaki mana pun.Aster terkejut, tubuhnya sedikit menegang, tetapi dia tak menolak. Sentuhan Galih bukan sekadar desakan, tapi juga luka yang baru saja tersentuh. Luka karena cemburu, karena takut kehilangan.Galih mencium lagi, kali ini lebih pelan namun intens. Napasnya berat, menyapu pelip

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 70: Ular Berbisa

    Katrina mengayun langkahnya dengan percaya diri mendekati meja Salma yang berada di tengah deretan meja tim Divisi Kreatif. Langkahnya diiringi denting halus sepatu hak tinggi yang bergema ringan di lantai marmer. Di meja itu, aneka desain terbaru terpajang rapi di papan gabus kerja. Semua sketsa produk, mockup kampanye visual, dan moodboard warna. Salma, sang desainer muda yang kalem namun cekatan, sedang membenahi berkas presentasi untuk klien berikutnya."Salma," sapa Katrina sambil menyisir rambut panjangnya ke belakang telinga. Senyum tipisnya mengembang, namun ada nada menyelidik di baliknya. "Aku denger, tadinya Aster itu masuk ke Divisi Kreatif, ya?"Salma menoleh dan mengangguk sopan. “Iya. Dia lolos seleksi karyawan dengan nilai terbaik. Makanya Pak Galih akhirnya narik dia jadi sekretaris. Buat gantiin Tasya.”Katrina mengangkat alis, pura-pura terkesima. “Wah, berarti anak itu memang ambisius, ya? Sampai bisa langsung deket sama Pak Galih. Pinter juga dia ngambil peluang.”

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 69: Gangguan dari Masa Lalu

    Pagi itu kantor Dreams Studio Ltd. tampak lebih sibuk dari biasanya. Bukan karena tumpukan dokumen yang harus segera ditandatangani, atau klien besar yang datang berkunjung. Namun, karena seorang perempuan berparas mencolok muncul di Divisi Kreatif, mengenakan heels merah menyala, blazer ketat berwarna pastel, dan rambut panjang yang sengaja digerai membingkai wajahnya.Namanya Katrina. Staf baru pengganti Putri, yang katanya lulusan luar negeri dan memiliki pengalaman bekerja di berbagai agensi kreatif besar. Namun, bukan prestasinya yang membuat seisi kantor sibuk bergunjing di belakangnya, melainkan ucapannya yang terlalu tak biasa saat perkenalan singkat di ruang kreatif."Kalian nggak tahu, aku ini Katrina. Calon tunangan Galih," ucapnya santai sambil menyilangkan kaki, seolah baru saja menyampaikan fakta yang biasa saja untuk telinga para rekan kerjanya di ruangan itu.Seketika ruangan hening. Beberapa karyawan saling pandang, ada yang

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 68: Seolah Napasku Berhenti

    Galih mengusap lembut punggung tangan Aster. Mata gadis itu masih terpejam, bulu matanya sedikit bergetar karena efek obat yang perlahan mereda. Wajahnya masih pucat, tetapi napasnya sudah lebih teratur.“Bangun, sayang…” bisik Galih, suaranya lembut seperti bayangan sore yang merunduk di tepi jendela.Lelaki tampan itu mendekatkan wajahnya, menatap dalam ke arah wajah Aster yang masih diam.“Aku takut banget tadi. Rasanya kayak… aku kehilangan setengah nyawaku waktu kamu jatuh,” lanjutnya, jemarinya kini menyentuh pipi Aster dengan sangat hati-hati, seolah takut menyakitinya.Aster mengerang pelan, bola matanya bergerak di balik kelopak yang perlahan mulai terbuka.“Mas … Galih?” suaranya pelan dan parau.Galih tersenyum lega, matanya sedikit berkaca-kaca. Dia segera menggenggam erat tangan Aster.“Aku di sini. Kamu udah aman sekarang, sayang. Jangan bikin aku panik kayak tadi lagi, ya?”Aster mencoba tersenyum, meski wajahnya masih terlihat lemah. “Aku pusing, Mas. Tadi … panas bang

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 67: Demam Tarik Ulur

    Aster baru saja merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Kepalanya menyentuh bantal yang dingin, dan tubuhnya langsung menyerah pada lelah yang menumpuk. Setelah Galih mengantarkannya sampai ke depan pintu rumah tadi, dia merasa menjadi satu-satunya perempuan paling beruntung di dunia—meski pekerjaan barunya menyita hampir seluruh energi.Keningnya mengernyit, matanya menatap langit-langit kamarnya yang temaram, lampu tidur menyala redup di sudut ruangan."Masih ada rapat buat besok," gumamnya pada diri sendiri sambil menarik selimut hingga ke perut. “Bener kata orang, sekretaris itu nggak ada jam liburnya. Harus tahan badai. Harus tahan mental, anti korupsi, sampai nggak bisa kesantet juga!"Tawa kecil lepas dari bibirnya, setengah lelah, setengah geli. Ponselnya yang dia taruh di nakas tiba-tiba menyala, bergetar pelan.Nama Pacar muncul di layar ponselnya.Aster mengangkatnya dengan mata yang mulai berat. "Halo?"Suara Galih terdengar rendah dan hangat, khas suara pria yang baru s

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 66: Balasan untuk Kumbang Pengganggu

    Udara sore itu sedikit berdebu. Langit masih menyisakan warna jingga ketika Aster keluar lebih dulu dari kantor untuk mengurus dokumen pengiriman logistik proyek Moyu. Galih masih tertahan dalam rapat online bersama klien luar negeri.Aster berjalan melewati halaman parkir yang sepi, bersiap menuju mobil operasional. Namun, suara langkah tergesa dan familiar membuat langkahnya melambat.“Eh, Aster,” suara Doni terdengar dari belakang, dan Aster tak sempat menghindar saat pria itu tiba-tiba meraih pergelangan tangannya.Sentuhan itu kasar, mendadak, penuh emosi yang membuat Aster tak nyaman. Gadis itu buru-buru melepaskan diri dari Doni.“Kenapa kamu laporin aku ke HR, hah? Mau sok suci, ya? Padahal kamu juga kayaknya suka waktu aku deketin!” ucap Doni, wajahnya memerah oleh amarah yang tertahan terlalu lama.Aster tercengang, tangannya terus berusaha melepaskan tangan Doni. “Lepasin! Anda sudah keterlaluan, Pak!”

  • Ayo Menikah, Mas Duda!   Bab 65: Kumbang yang Mengganggu (2)

    Aster menghapus air matanya dengan tisu. Ia menatap matanya sendiri—mata yang kini terlihat lebih gelap. Lebih dingin.“Aku nggak akan tinggal diam,” katanya lirih.“Aku bakalan laporkan semuanya. Tapi bukan dengan emosi. Aku akan membalas dengan cara yang bikin dia nggak akan mengulangi perbuatannya di masa depan.”Ketika Aster kembali ke ruangannya, dia menatap ke pintu ruangan Galih yang tertutup. Dia ingin mengetuk, ingin mencari perlindungan… tetapi dia mengurungkan niatnya.Tidak sekarang.Dia akan menyelesaikannya lebih dulu. Dengan bukti. Dengan strategi. Dengan kekuatan yang tak lagi lembut.Dan ketika pintu ruangan Galih terbuka karena pria itu hendak ke luar, pandangan mereka bertemu. Galih menatap mata Aster. Dan lelaki itu tahu—ada badai yang mulai berputar dalam diamnya.Aster bekerja dalam diam, tetapi bukan lagi dalam ketakutan. Sejak sore itu, dia mulai menyusun langkah

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status