Malam makin pekat, tapi Binar masih terjaga. Memandang jendela berkabut jejak hujan yang sudah mereda. Tubuhnya dibalut selimut tebal, memegang secangkir coklat panas yang baru saja Matthias bawakan untuknya. “Jawab aku, Matthias …,” ucap Binar tiba-tiba, memecah keheningan. Suara Binar nyaris tak terdengar. Namun, tatapannya tajam dan menusuk seperti ingin menguliti kebenaran yang Matthias sembunyikan rapat-rapat.Pria itu berdiri di dekat pintu. Ragu untuk mendekat. Walaupun hujan tak lagi mengguyur, tapi hati Binar kini malah dilanda badai. Mengacaukan isi pikirannya. Binar meletakkan coklat panasnya tak selera. Beralih menatap Matthias tajam. “Aku lelah menebak-nebak. Dia ke mana? Kenapa dia meninggalkanku? Apa ini tujuannya menikahiku? balasan untukku yang pernah meninggalkannya?"Matthias masih diam. Tangan kirinya mengepal, menahan sesuatu. Marah ... dan rasa bersalah yang menyeruak, menghimpit dadanya. “Kau orang terdekatnya, kan? Harusnya kau tau!” Binar berdiri, mendeka
Terakhir Diperbarui : 2025-04-23 Baca selengkapnya