Pagi itu, Julian yang sudah rapi dalam setelan kerja berdiri menatap Silvi yang masih membungkus dirinya di balik selimut. Tak ada gerakan. Hanya tubuh yang diam, seperti mencoba menghilang dari dunia.Mata Silvi bengkak. Tapi tak satu pun air mata mengalir. Tangisnya sudah habis semalam, atau mungkin, ia sudah terlalu kosong untuk menangis lagi. Tatapannya lurus menembus tembok, kosong, tanpa makna, seolah jiwanya tertinggal di tempat lain.“Silvi…” suara Julian terdengar pelan dan lembut, ia duduk di ujung ranjang lalu mengelus kepala Silvi dengan hati-hati, “Aku akan pergi kerja. Kamu mau tinggal?”Tidak ada respons. Silvi tetap diam lalu perlahan menarik selimut lebih tinggi, menyembunyikan wajahnya sepenuhnya. Sikapnya itu cukup menjawab.Julian menghela napas panjang dan berat sebelum akhirnya berdiri. “Aku anggap itu iya,” katanya, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Silvi.Ia mengambil barang-barangnya dengan gerakan yang rapi, hampir terlalu tenang untuk pagi sekelam
Last Updated : 2025-05-23 Read more