Hate You To The Bone

Hate You To The Bone

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-06-13
Oleh:  RaininaBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
38Bab
241Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Silvi membenci Julian, begitu membencinya lebih dari apapun sejak SMA. Baginya, Julian adalah pria rendahan yang kerap membenarkan niat buruk dengan dalih cinta. Siapa sangka sembilan tahun setelah Silvi merasa bebas darinya, ia akan bertemu kembali dengan Julian sebagai bawahan pria itu! Lebih parahnya lagi, Julian masih sama buruknya dengan dulu dan Silvi tahu ia tak akan bisa kabur lagi dari pria itu.

Lihat lebih banyak

Bab 1

1. Pertemuan Kembali

“Kamu nggak mendengarkan kata sambutanku sampai akhir.” Suara itu tenang dan ramah, terlalu ramah hingga membuat Silvi terlalu takut untuk mengangkat wajahnya.

Sambutan, arti dari kata itu sudah melebur jika dia yang menyebutkannya. Itu bukan lagi omong kosong atau kata yang sebenarnya tak berarti yang diucapkan di atas panggung. Kata sambutan dari pria itu tidak pernah berarti ucapan selamat datang atau perkenalan. Tapi pengingat yang terus mengatakan bahwa ia tidak akan bisa lari dari dirinya.

Sama seperti hari ini, ketika ia kira sekarang masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Hari-hari di mana ia bisa lepas dari kendali pria itu. Tapi dia kembali, naik ke atas panggung lengkap dengan sambutan kepadanya, sebagai anak dari pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Dan semua orang bertepuk tangan, seolah mereka saling bekerja sama, mengejek ilusi kebebasan yang telah Silvi bangun selama ini.

Tidak ada yang berubah, semua masih sama dengan saat itu, saat Silvi hanya seorang siswa yang terus mempertahankan harga diri yang bukan lagi miliknya dengan kebohongan. Dan dia di sana, tertawa mengejek sambil bertepuk tangan memuji pentas yang Silvi mainkan.

Lalu, tanpa sedikitpun rasa bersalah, Julian si pria brengsek itu membisikkan kalimat di telinga Silvi yang untuk pertama kalinya membuat ia menangis. Sambil memeluknya erat seolah itu pengakuan cinta. “Aku melakukannya karena aku tidak mau kamu melupakanku, Silvi. Terus ingat siapa aku.”

Dan sama seperti harapannya, Silvi tidak pernah melupakan nama itu lagi, nama yang terus muncul di mimpi buruknya: Julian. Bahkan ketika dia tidak ada di hadapan SIlvi selama bertahun-tahun lamanya hingga akhirnya mereka bertemu lagi sekarang.

“Aku... perlu ke toilet.”

“Supaya kamu nggak perlu melihat wajahku?”

Silvi tidak menjawab. Ia terlalu lelah untuk berbohong, tapi juga terlalu takut untuk menjawab jujur. Ia tahu Julian dengan baik dan pria itu tidak suka sesuatu yang tidak berjalan sesuai keinginannya.

Julian mengangkat dagu Silvi dengan jari telunjuknya, memaksa agar mata mereka bertemu. “Kamu cantik. Sama seperti dulu.”

Dan kamu sama mengerikannya seperti dulu.

Matanya bergerak ke sekeliling, ke karpet merah yang seolah sengaja dibentang untuk mengejeknya, ke dinding-dinding yang polos tanpa gambar yang mulai terlihat seperti penjara. Apa pun... asal bukan Julian. Lalu matanya jatuh ke arah beberapa pegawai hotel yang mencuri pandang ke arah mereka sambil berpura-pura fokus pada barang yang mereka bawa.

Silvi bisa merasakan tatapan mereka, seolah seluruh dunia menyaksikan setiap detik ketidakberdayaannya. Sama seperti dulu, tidak ada yang berubah.

“Ah...” Julian yang tadi hanya menyentuh dengan telunjuknya kini menggenggam wajah Silvi erat. Membuat gadis itu meringis.

“Kenapa kamu terus melihat ke arah lain, padahal aku sedang bicara denganmu?”

Silvi menatap Julian. Senyum lebar Julian kini hilang, digantikan dengan tatapan marah yang membuatnya merasa tercekik.

“Jangan melewati batas, Silvi. Aku tidak suka.”

Tidak suka? Dia bicara seolah aku ingin berada di situasi seperti ini.

Ini sudah pernah terjadi sebelumnya. Bertahun lalu, Julian juga pernah memaksa wajah Silvi menghadapnya, menuntut perhatian dengan cara yang menyiksa. Dan mengatasnamakan perasaan sebagai dasar dari perilakunya yang tidak masuk akal.

Jari Julian berpindah dari dagunya ke rambut, menyusuri helaiannya pelan, dengan kasih sayang palsu yang justru mengintimidasi. Ia membungkuk, mencium helaian rambut yang berada di tangannya.

“Masih wangi. Seperti yang kuingat.”

Sial. Dia masih sesakit itu.

Silvi menepis tangannya, ekspresinya berubah jijik. “Katakan sejak awal kalau anda hanya berniat untuk membuat saya tidak nyaman.”

Julian hanya tertawa kecil. Bukannya marah, senyumnya justru semakin lebar. Silvi membuang muka. Sadar bahwa dia sudah menunjukkan emosinya, sesuatu yang paling Julian inginkan.

“Benar. Nada sinis dan arogan itu lebih cocok denganmu. Persis seperti Silvi yang kuingat, begitu tidak tahu diri.”

Wajah Silvi memerah, matanya mulai memanas karena emosi yang mendidih dalam dirinya.

Tangan Julian kembali mendekat, tapi Silvi memalingkan wajah. Hanya beberapa helaian rambut yang sempat menyentuh kulit dingin pria itu.

“Saya tidak akan bersikap arogan kalau anda tidak bersikap seperti ini.”

“Oh, ya? Maksudmu seperti apa?”

Silvi ragu, tapi akhirnya menjawab lirih, “Anda bertingkah seperti orang mesum.”

Julian tertawa lepas. Beberapa pegawai hotel melirik ke arah mereka. Silvi menunduk, malu dan tak nyaman. Ia tidak lagi menyukai tatapan orang-orang yang melihat ke arahnya dengan penasaran. Tidak, karena itu hanya mengingatkannya pada luka masa lalu yang coba dikorek oleh Julian.

"Aku cuma memperlakukanmu seperti seseorang yang penting bagiku. Apakah itu salah, Silvi?"

Silvi tersenyum, sinis. Tapi berusaha menyembunyikan ekspresinya dibalik juntaian rambut di wajahnya. “Bukan seperti cara memperlakukan orang yang penting bagi anda.”

“Kenapa? Karena aku cuma boleh menyentuh wanita yang satu level denganku?”

Wajah Silvi memucat. Perkataan itu... dia masih ingat.

“Saya... nggak bermaksud seperti itu…” bisiknya. Ia memeluk tubuhnya sendiri. “Saya salah bicara. Saya minta maaf.”

Julian membuka tangan, seolah memamerkan dirinya. “Aku juga belajar banyak, Silvi. Tidakkah kamu melihatnya? Sekarang jawab pertanyaanku.”

Dengan nafas tercekat, Silvi berbisik, “Pertanyaan apa?”

Silvi hampir tidak berani mengangkat kepala.

Ia tahu apapun jawaban yang diberikan hanya akan membawanya semakin dalam ke permainan Julian. Tapi Julian menunggu, dengan tatapan menusuk yang seolah dapat menembus pikirannya.

“Apakah sekarang aku sudah berada di level yang bisa jadi kekasihmu?”

Silvi membeku. Pria ini gila. Jauh lebih gila dari siapapun yang ia kenal. Tapi jika ia melawan, Julian bisa menjungkirbalikkan hidupnya dengan mudah.

“Saya hanya karyawan di perusahaan keluarga Anda,” ucapnya pelan.

“Kalau begitu, siapa yang sekarang berada di level lebih tinggi?” Senyum mengejek muncul di bibir Julian.

Silvi menatapnya, nyaris tak percaya. Ia menggigit bibir dan menjawab lirih, “Anda.”

“Aku nggak dengar.”

“Anda, Pak Julian!” Kali ini Silvi berteriak. Tapi tangannya bergetar, menahan emosi yang hampir meledak.

Dia sedang mempermainkanku, pikir Silvi. Dan aku... tidak punya pilihan selain bermain dalam permainannya.

Julian menyentuh bahunya, senyum puas merekah di wajahnya. Selalu seperti ini, ia akan membuat Silvi tidak mampu melawan dan kemudian ia akan tersenyum. Seolah semua yang ia lakukan adalah bentuk kasih sayang.

“Berbahagialah, Silvi. Karena aku tidak keberatan menurunkan levelku... hanya untuk kamu.”

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
38 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status